Friday, May 31, 2019

Ciuman Dengan Ibu Mertua Membuatku Ingin Ngentot Dengannya

Ciuman Dengan Ibu Mertua Membuatku Ingin Ngentot Dengannya

Ciuman Dengan Ibu Mertua Membuatku Ingin Ngentot Dengannya

Perkenalkan dulu namaku Tomy. Sudah satu minggu ini akau berada di rumah sendirian. Istriku, Riris, sedang ditugaskan dari kantor tempatnya bekerja untuk mengikuti suatu pelatihan yang dilaksanakan di kota lain selama dua minggu. Terus terang saja aku jadi kesepian juga rasanya. Kalau mau tidur rasanya kok aneh juga, kok sendirian dan sepi, padahal biasanya ada istri di sisiku. Memang perkimpoian kami belum dikaruniai anak. Maklum baru 1 tahun berjalan.
Ciuman Dengan Ibu Mertua Membuatku Ingin Ngentot Dengannya
Ciuman Dengan Ibu Mertua Membuatku Ingin Ngentot Dengannya

Karena sendirian itu, dan maklum karena otak laki-laki, pikirannya jadi kemana-mana. Aku teringat peristiwa yang aku alami dengan ibu mertuaku. Ibu mertuaku memang bukan ibu kandung istriku, karena ibu kandung Riris telah meninggal dunia. Ayah mertuaku kemudian kimpoi lagi dengan ibu mertuaku yang sekarang ini dan kebetulan tidak mempunyai anak. Ibu mertuaku ini umurnya sekitar 40 tahun, wajahnya ayu, dan tubuhnya benar-benar sintal dan padat sesuai dengan wanita idamanku. Buah dadanya besar sesuai dengan pinggulnya. Demikian juga pantatnya juga bahenol banget. Aku sering membayangkan ibu mertuaku itu kalau sedang telentang pasti vaginanya membusung ke atas terganjal pantatnya yang besar itu. Hemm, sungguh menggairahkan. Peristiwa itu terjadi waktu malam dua hari sebelum hari perkawainanku dengan Riris. Waktu itu aku duduk berdua di kamar keluarga sambil membicarakan persiapan perkimpoianku. Mendadak lampu mati. Dalam kegelapan itu, ibu mertuaku (waktu itu masih calon) berdiri, saya pikir akan mencari lilin, tetapi justru ibu mertuaku memeluk dan menciumi pipi dan bibirku dengan lembut dan mesra. Aku kaget dan melongo karena aku tidak mengira sama sekali dengan ciuman calon ibu mertuaku yang cantik itu. Hari-hari berikutnya aku bersikap seperti biasa, demikian juga ibu mertuaku.

 Pada saat-saat aku duduk berdua dengan dia, aku sering memberanikan diri memandang ibu mertuaku lama-lama, dan dia biasanya tersenyum manis dan berkata, “Apaa..?, sudah-sudah, ibu jadi malu”. Terus terang saja aku sebenarnya merindukan untuk dapat bermesraan dengan ibu mertuaku itu. Aku kadang-kadang sagat merasa bersalah dengan Riris istriku, dan juga ayahku mertua yang baik hati. Kadang-kadang aku demikian kurang ajar membayangkan ibu mertuaku disetubuhi ayah mertuaku, aku bayangkan kemaluan ayah mertuaku keluar masuk vagina ibu mertuaku, Ooh alangkah…! Tetapi aku selalu menaruh hormat kepada ayah dan ibu mertuaku. Ibu mertuaku juga sayang sama kami, walaupun Riris adalah anak tirinya.




 Pagi-pagi hari berikutnya, aku ditelepon ibu mertuaku, minta agar sore harinya aku dapat mengantarkan ibu menengok famili yang sedang berada di rumah sakit, karena ayah mertuaku sedang pergi ke kota lain untuk urusan bisnis. Aku sih setuju saja. Sore harinya kami jadi pergi ke rumah sakit, dan pulang sudah sehabis maghrib. Seperti biasa aku selalu bersikap sopan dan hormat pada ibu mertuaku. Dalam perjalan pulang itu, aku memberanikan diri bertanya, “Bu, ngapain sih dulu ibu kok ingin ciuman dengan Tomy?”. “Aah, kamu ini kok maih diingat-ingat juga siih”, jawab ibuku sambil memandangku. “Jelas dong buu…, Kan asyiik”, kataku menggoda. “Naah, tambah kurang ajar thoo, Ingat Riris lho Tom…, Nanti kedengaran ayahmu juga bisa geger lho Tom”. “Tapii, sebenarnya kenapa siih bu…, Tomy jadi penasaran lho”. “Aah, ini anak kok nggak mau diem siih, Tapi eeh…, anu…, Tom, sebenarnya waktu itu, waktu kita jagongan itu, ibu lihat tampangmu itu kok ganteng banget. Hidungmu, bibirmu, matamu yang agak kurang ajar itu kok membuat ibu jadi gemes banget deeh sama kamu. Makanya waktu lampu mati itu, entah setan dari mana, ibu jadi pengin banget ciuman dan merangkulmu. Ibu sebenarnya jadi malu sekali. Ibu macam apa kau ini, masa lihat menantunya sendiri kok blingsatan”. “Mungkin, setannya ya Tomy ini Bu…, Saat ini setannya itu juga deg-degan kalau lihat ibu mertuanya. Ibu boleh percaya boleh tidak, kadang-kadang kalau Tomy lagi sama Riris, malah bayangin Ibu lho. Bener-bener nih. Sumpah deh. Kalau Ibu pernah bayangin Tomy nggak kalau lagi sama Bapak”, aku semakin berani. “aah nggak tahu ah…, udaah…, udaah…, nanti kalau keterusan kan nggak baik. Hati-hati setirnya. Nanti kalau nabrak-nabrak dikiranya nyetir sambil pacaran ama ibu mertuanya. Pasti ibu yang disalahin orang, Dikiranya yang tua niih yang ngebet”, katanya. “Padahal dua-duanya ngebet lo Bu. Buu, maafin Tomy deeh. Tomy jadi pengiin banget sama ibu lho…, Gimana niih, punya Tomy sakit kejepit celana nihh”, aku makin berani. “Aduuh Toom, jangan gitu dong. Ibu jadi susah nih. Tapi terus terang aja Toom.., Ibu jadi kayak orang jatuh cinta sama kamu.., Kalau udah begini, udah naik begini, ibu jadi pengin ngeloni kamu Tom…, Tom kita cepat pulang saja yaa…, Nanti diterusin dirumah…, Kita pulang ke rumahmu saja sekarang…, Toh lagi kosong khan…, Tapi Tom minggir sebentar Tom, ibu pengen ciuman sama kamu di sini”, kata ibu dengan suara bergetar. ooh aku jadi berdebar-debar sekali. Mungkin terpengaruh juga karena aku sudah satu minggu tidak bersetubuh dengan istriku. Aku jadi nafsu banget. Aku minggir di tempat yang agak gelap. Sebenarnya kaca mobilku juga sudah gelap, sehingga tidak takut ketahuan orang. Aku dan ibu mertuaku berangkulan, ber-ciuman dengan lembut penuh kerinduan. Benar-benar, selama ini kami saling merindukan. “eehhm…, Toom ibu kangen banget Toom”, bisik ibu mertuaku. “Tomy juga buu”, bisikku. “Toom…, udah dulu Tom…, eehmm udah dulu”, napas kami memburu. “Ayo jalan lagi…, Hati-hati yaa”, kata ibu mertuaku. “Buu penisku kejepit niih…, Sakit”, kataku. “iich anak nakal”, Pahaku dicubitnya. “Okey…, buka dulu ritsluitingnya”, katanya. Cepat-cepat aku buka celanaku, aku turuni celana dalamku. Woo, langsung berdiri tegang banget. Tangan kiri ibu, aku tuntun untuk memegang penisku. “Aduuh Toom. Gede banget pelirmu…, Biar ibu pegangin, Ayo jalan. Hati-hati setirnya”. Aku masukkan persneling satu, dan mobil melaju pulang. Penisku dipegangi ibu mertuaku, jempolnya mengelus-elus kepala penisku dengan lembut. Aduuh, gelii… nikmat sekali. Mobil berjalan tenang, kami berdiam diri, tetapi tangan ibu terus memijat dan mengelus-elus penisku dengan lembut. Sampai di rumahku, aku turun membuka pintu, dan langsung masuk garasi. Garasi aku tutup kembali. Kami bergandengan tangan masuk ke ruang tamu. Kami duduk di sofa dan berpandangan dengan penuh kerinduan. 




Suasana begitu hening dan romantis, kami berpelukan lagi, ber-ciuman lagi, makin menggelora. Kami tumpahkan kerinduan kami. Aku ciuman dengan ibu mertuaku dengan penuh nafsu. Aku rogoh buah dadanya yang selalu aku bayangkan, aduuh benar-benar besar dan lembut. “Buu, Tomy kangen banget buu…, Tomy kangen banget”. “Aduuh Toom, ibu juga…, Peluklah ibu Tom, peluklah ibu” nafasnya semakin memburu. Matanya terpejam, aku ciumi matanya, pipinya, aku lumat bibirnya, dan lidahku aku masukkan ke mulutnya. Ibu agak kaget dan membuka matanya. Kemudian dengan serta-merta lidahku disedotnya dengan penuh nafsu. “Eehhmm.., Tom, ibu belum pernah ciuman seperti ini…, Lagi Tom masukkan lidahmu ke mulut ibu” Ibu mendorongku pelan, memandangku dengan mesra. Dirangkulnya lagi diriku dan berbisik, “Tom, bawalah Ibu ke kamar…, Enakan di kamar, jangan disini”. Dengan berangkulan kami masuk ke kamar tengah yang kosong. Aku merasa tidak enak di tempat tidur kami. Aku merasa tidak enak dengan Riris apabila kami memakai tempat tidur di kamar kami. “Bu kita pakai kamar tengah saja yaa”. “Okey, Tom. Aku juga nggak enak pakai kamar tidurmu. Lebih bebas di kamar ini”, kata ibu mertuaku penuh pengertian. Aku remas pantatnya yang bahenol. “iich.., dasar anak nakal”, ibu mertuaku merengut manja. Kami duduk di tempat tidur, sambil ber-ciuman aku buka pakaian ibu mertuaku. Aku sungguh terpesona dengan kulit ibuku yang putih bersih dan mulus dengan buah dadanya yang besar menggantung indah. Ibu aku rebahkan di tempat tidur. Celana dalamnya aku pelorotkan dan aku pelorotkan dari kakinya yang indah. Sekali lagi aku kagum melihat vagina ibu mertuaku yang tebal dengan bulunya yang tebal keriting. Seperti aku membayangkan selama ini, vagina ibu mertuaku benar menonjol ke atas terganjal pantatnya yang besar. Aku tidak tahan lagi memandang keindahan ibu mertuaku telentang di depanku. Aku buka pakaianku dan penisku sudah benar-benar tegak sempurna. Ibu mertuaku memandangku dengan tanpa berkedip. Kami saling merindukan kebersamaan ini. Aku berbaring miring di samping ibu mertuaku. Ciuman, kuraba, kuelus semuanya, dari bibirnya sampai pahanya yang mulus. Aku remas lembut buah dadanya, kuelus perutnya, vaginanya, klitorisnya aku main-mainkan. Liangnya vaginanya sudah basah. Jariku aku basahi dengan cairan vagina ibu mertuaku, dan aku usapkan lembut di clitorisnya. Ibu menggelinjang keenakan dan mendesis-desis. Sementara peliku dipegang ibu dan dielus-elusnya. Kerinduan kami selama ini sudah mendesak untuk ditumpahkan dan dituntaskan malam ini. Ibu menggeliat-geliat, meremas-remas kepalaku dan rambutku, mengelus punggungku, pantatku, dan akhirnya memegang penisku yang sudah siap sedia masuk ke liang vagina ibu mertuaku. “Buu, aku kaangen banget buu…, Tomyy kanget banget…, Tomy anak nakal buu..”, bisikku. “Toom…, ibu juga. sshh…, masukin Toom…, masukin sekarang…, Ibu sudah pengiin banget Toom, Toomm…”, bisik ibuku tersengal-sengal. Aku naik ke atas ibu mertuaku bertelakn pada siku dan lututku. Tangan kananku mengelus wajahnya, pipinya, hidungnya dan bibir ibu mertuaku. Kami berpandangan. Berpandangan sangat mesra. Penisku dituntunnya masuk ke liang vaginanya yang sudah basah. Ditempelkannya dan digesek-gesekan di bibir vaginanya, di clitorisnya. Tangan kirinya memegang pantatku, menekan turun sedikit dan melepaskan tekanannya memberi komando penisku. Kaki ibu mertuaku dikangkangnya lebar-lebar, dan aku sudah tidak sabar lagi untuk masuk ke vagina ibu mertuaku. Kepala penisku mulai masuk, makin dalam, makin dalam dan akhirnya masuk semuanya sampai ke pangkalnya. Aku mulai turun naik dengan teratur, keluar masuk, keluar masuk dalam vagina yang basah dan licin. Aduuh enaak, enaak sekali. “Masukkan separo saja Tom. Keluar-masukkan kepalanya yang besar ini…, Aduuh garis kepalanya enaak sekali”. Nafsu kami semakin menggelora. Aku semakin cepat, semakin memompa penisku ke vagina ibu mertuaku. “Buu, Tomy masuk semua, masuk semua buu” “Iyaa Toom, enaak banget. Pelirmu ngganjel banget. Gede banget rasane. Ibu marem banget” kami mendesis-desis, menggeliat-geliat, melenguh penuh kenikmatan. Sementara itu kakinya yang tadi mengangkang sekarang dirapatkan. Aduuh, vaginanya tebal banget. Aku paling tidak tahan lagi kalau sudah begini. Aku semakin ngotot menyetubuhi ibu mertuaku, mencoblos vagina ibu mertuaku yang licin, yang tebal, yang sempit (karena sudah kontraksi mau puncak). Bunyinya kecepak-kecepok membuat aku semakin bernafsu. Aduuh, aku sudah tidak tahan lagi. “Buu Tomy mau keluaar buu…, Aduuh buu.., enaak bangeet”. “ssh…, hiiya Toom, keluariin Toom, keluarin”. “Ibu juga mau muncaak, mau muncaak…, Toomm, Tomm, Teruss Toomm”, Kami berpagutan kuat-kuat. Napas kami terhenti. Penisku aku tekan kuat-kuat ke dalam vagina ibu mertuaku. Pangkal penisku berdenyut-denyut. menyemprotlah sudah spermaku ke vagina ibu mertuaku. Kami bersama-sama menikmati puncak persetubuhan kami. Kerinduan, ketegangan kami tumpah sudah. Rasanya lemas sekali. Napas yang tadi hampir terputus semakin menurun. Aku angkat badanku. Akan aku cabut penisku yang sudah menancap dari dalam liang vaginanya, tetapi ditahan ibu mertuaku. “Biar di dalam dulu Toom…, Ayo miring, kamu berat sekali. Kamu nekad saja…, masa’ orang ditindih sekuatnya”, katanya sambil memencet hidungku. Kami miring, berhadapan, Ibu mertuaku memencet hidungku lagi, “Dasar anak kurang ajar…, Berani sama ibunya.., Masa ibunya dinaikin, Tapi Toom…, ibu nikmat banget, ‘marem’ banget. Ibu belum pernah merasakan seperti ini”. “Buu, Tomy juga buu. Mungkin karena curian ini ya buu, bukan miliknya…, Punya bapaknya kok dimakan. Ibu juga, punya anakya kok ya dimakan, diminum”, kataku menggodanya. “Huush, dasar anak nakal.., Ayo dilepas Toom.., Aduuh berantakan niih Spermamu pada tumpah di sprei, Keringatmu juga basahi tetek ibu niih”. “Buu, malam ini ibu nggak usah pulang. Aku pengin dikelonin ibu malam ini. Aku pengin diteteki sampai pagi”, kataku. “Ooh jangan cah bagus…, kalau dituruti Ibu juga penginnya begitu. Tapi tidak boleh begitu. Kalau ketahuan orang bisa geger deeh”, jawab ibuku. “Tapi buu, Tomy rasanya emoh pisah sama ibu”. “Hiyya, ibu tahu, tapi kita harus pakai otak dong. Toh, ibu tidak akan kabur.., justru kalau kita tidak hati-hati, semuanya akan bubar deh”. Kami saling berpegangan tangan, berpandangan dengan mesra, ber-ciuman lagi penuh kelembutan. Tiada kata-kata yang keluar, tidak dapat diwujudkan dalam kata-kata. Kami saling mengasihi, antara ibu dan anak, antara seorang pria dan seorang wanita, kami tulus mengasihi satu sama lain. Malam itu kami mandi bersama, saling menyabuni, menggosok, meraba dan membelai. Penisku dicuci oleh ibu mertuaku, sampai tegak lagi. “Sudaah, sudaah, jangan nekad saja. Ayo nanti keburu malam”. Malam itu sungguh sangat berkesan dalam hidupku. Hari-hari selanjutnya berjalan normal seperti biasanya. Kami saling menjaga diri. Kami menumpahkan kerinduan kami hanya apabila benar-benar aman. Tetapi kami banyak kesempatan untuk sekedar ber-ciuman dan membelai. Kadang-kadang dengan berpandangan mata saja kami sudah menyalurkan kerinduan kami. Kami semakin sabar, semakain dewasa dalam menjaga hubungan cinta-kasih kami. END



Hilangnya Perawan Pramugari Muda

Cerita Dewasa Hilangnya Perawan Pramugari Muda

Cerita Dewasa Hilangnya Perawan Pramugari Muda


Malam telah larut dimana jarum jam menunjukkan pukul 23.15. Suasana sepi menyelimuti sebuah kost-kostan yang terletak beberapa kilometer dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng.. Kost-kostan tersebut lokasinya agak jauh dari keramaian sehingga menjadi tempat favorit bagi siapa saja yang menginginkan suasana tenang dan sepi. Kost-kostan yang memiliki jumlah kamar mencapai 30 kamar itu terasa sepi karena memang baru saja dibuka untuk disewakan,hanya beberapa kamar saja yang sudah ditempati, sehingga suasananya dikala siang atau malam cukup lengang. Saat itu hujan turun lumayan deras, akan tetapi nampak sesuatu telah terjadi disalah satu kamar dikost-kostan itu. Seiring dengan turunnya air hujan, air mata Dinda juga mulai turun berlinang disaat lelaki itu mulai menyentuh tubuhnya yang sudah tidak berdaya itu. Saat ini tubuhnya sudah dalam kekuasaan para lelaki itu, rasa keputus asaan dan takut datang menyelimuti dirinya. Beberapa menit yang lalu secara tiba- tiba dirinya diseregap oleh seseorang lelaki disaat dia masuk kedalam kamar kostnya setibanya dari sebuah tugas penerbangan. Kedua tangannya langsung diikat kebelakang dengan seutas tali, mulutnya disumpal dengan kain dan setelah itu tubuhnya dicampakkan oleh lelaki itu keatas tempat tidurnya. Ingin rasanya dia berteriak meminta pertolongan kepada teman-temannya akan tetapi kendaraan antar jemput yang tadi mengantarkannya sepertinya sudah jauh pergi meninggalkan kost-kostan ini, padahal didalam kendaraan tersebut banyak teman-temannya sesama karyawan. Dinda Fitria Septiani adalah seorang Pramugari pada sebuah penerbangan swasta, usianya baru menginjak 19 tahun, wajahnya cantik imut-imut, postur tubuhnya tinggi dan langsing proporsional. Dengan dianugerahi penampilan yang cantik ini sangat memudahkan baginya untuk diterima bekerja sebagai seorang pramugari. Demikian pula dengan karirnya dalam waktu yang singkat karena kecantikannya itulah dia telah menjadi sosok primadona di perusahaan penerbangan itu. 

Banyak lelaki yang berusaha merebut hatinya, baik itu sesama karyawan ditempatnya bekerja atau kawan-kawan lainya. Namun karena alasan masih ingin berkarir maka dengan secara halus maksud-maksud dari para lelaki itu ditolaknya. Akan tetapi tidak semua lelaki memahami atas sikap dari Dinda itu. Paul adalah salah satu dari orang yang tidak bisa menerima sikap Dinda terhadap dirinya. Kini dirinya bersama dengan seorang temannya telah melakukan seuatu perhitungan terhadap Dinda. Rencana busuk dilakukannya terhadap Dinda. Malam ini mereka telah menyergap Dinda dikamar kostnya. Paul adalah satu dari sekian banyaknya lelaki yang menaruh hati kepada dirinya, akan tetapi Paul bukanlah seseorang yang dikenalnya dengan baik karena kedudukannya bukanlah seorang karyawan penerbangan ditempatnya bekerja atau kawan-kawannya yang lain, melainkan dia adalah seorang tukang batu yang bekerja dibelakang kost-kostan ini. Ironisnya, Paul yang berusia setengah abad lebih dan melebihi usia ayah Dinda itu lebih sering menghalalkan segala cara dalam mendapatkan sesuatu, maklumlah dia bukan seseorang yang terdidik. Segala tingkah laku dan perbuatannyapun cenderung kasar, karena memang dia hidup dilingkungan orang-orang yang bertabiat kasar. “Huh rasakan kau gadis sombong !”, bentaknya kepada Dinda yang tengah tergolek dikasurnya. “Aku dapatkan kau sekarang….!”, lanjutnya. Sejak perjumpaannya pertama dengan Dinda beberapa bulan yang lalu, Paul langsung jatuh hati kepada Dinda. Dimata Paul, Dinda bagaikan bidadari yang turun dari khayangan sehingga selalu hadir didalam lamunnanya. Diapun berniat untuk menjadikannya sebagai istri yang ke-4. Bak bukit merindukan bulan, Paul tidak berdaya untuk mewujudkan impiannya itu. Predikatnya sebagai tukang batu, duda dari 3 kali perkawinan, berusia 51 tahun, lusuh dan miskin menghanyutkan impiannya untuk dapat mendekati sang bidadari itu. Terlebih-lebih ada beberapa kali kejadian yang sangat menyakitkan hatinya terkait dengan Dinda sang bidadari bayangannya itu. Sering tegur sapanya diacuhkan oleh Dinda,tatapan mata Dindapun selalu sinis terhadap dirinya. Lama kelamaan didalam diri Paul tumbuh subur rasa benci terhadap Dinda, penilaian terhadapnyapun berubah, rasa kagumnya telah berubah menjadi benci namun gairah nafsu sex terhadap Dinda tetap bersemi didalam dirinya tumbuh subur menghantui dirinya selama ini. Akhirnya dipilihlah sebuah jalan pintas untuk melampiaskan nafsunya itu, kalaupun cintanya tidak dapat setidaknya dia dapat menikmati tubuh Dinda pikirnya. Jadilah malam ini Paul melakukan aksi nekat, diapun membulatkan hatinya untuk memberi pelajaran kepada Dinda sekaligus melampiaskan nafsunya yang selama ini mulai tumbuh secara subur didalam dirinya. Kini sang bidadari itu telah tergeletak dihadapannya, air matanyapun telah membasahi wajahnya yang putih bersih itu. “Lihat aku, cewek *******…..!”, hardiknya seraya memegang kepala Dinda dan menghadapkan kewajahnya. “Hmmmphh….!!”, jeritnya yang tertahan oleh kain yang menyumpal dimulutnya, mata Dinda pun melotot ketika menyadari bahwa saat ini dia telah berhadapan dengan Paul seseorang yang dibencinya. Hatinyapun langsung ciut dan tergetar tatkala Paul yang berada dihadapannya tertawa penuh dengan kemenangan, “Hahaha….malam ini kamu jadi pemuasku, gadis cantik”. Keringatpun langsung mengucur deras membasahi tubuh Dinda, wajahnya nampak tersirat rasa takut yang dalam, dia menyadari betul akan apa-apa yang bakal terjadi terhadap dirinya. Disaat seperti inilah dia menyadari betul akan ketidak berdayaan dirinya, rasa sesal mulai hadir didalam hatinya, akan sikap- sikapnya yang tidak berhati-hati terhadap Paul. Kini dihadapan Dinda, Paul mulai melepaskan baju kumalnya satu persatu hingga akhirnya telanjang bulat. Walaupun telah berusia setengah abad lebih, namun karena pekerjaannya sebagai buruh kasar maka Paul memiliki tubuh yang atletis, badannya hitam legam dan kekar, beberapa buah tatto menghiasi dadanya yang bidang itu. Isak tangis mulai keluar dari mulut Dinda, disaat paul mulai mendekat ketubuhnya. Tangan kanannya memegang batang kemaluannya yang telah tegak berdiri itu dan diarahkannya kewajah Dinda. Melihat ini Dinda berusaha memalingkan wajahnya, namun tangan kiri Paul secepat kilat mencengkram erat kepala Dinda dan mengalihkannya lagi persis menghadap ke batang kemaluannya.. Dan setelah itu dioles-oleskannya batang kemaluannya itu diwajah Dinda, dengan tubuh yang bergetar Dinda hanya bisa memejamkan matanya dengan erat karena merasa ngeri dan jijik diperlakukan seperti itu. Sementara kepala tidak bisa bergerak-gerak karena dicengkraman erat oleh tangan Paul. “Ahhh….perkenalkan rudal gue ini sayang…..akhhh….” ujarnya sambil terus mengoles-oleskan batang kemaluannya diwajah Dinda, memutar-mutar dibagian pipi, dibagian mata, dahi dan hidungnya. Melalui batang kemaluannya itu Paul tengah menikmati kehalusan wajah Dinda. “Hai cantik !….sekarang sudah kenal kan dengan ****** gue ini, seberapa mahal sih wajah cantik elo itu hah ? sekarang kena deh ama ****** gue ini….”, sambungnya. Setelah puas dengan itu, kini Paul mendorong tubuh Dinda hingga kembali terjatuh kekasurnya. Sejenak dikaguminya tubuh Dinda yang tergolek tak berdaya ditempat tidurnya itu. Baju seragam pramugarinya masih melekat rapi dibadannya. Baju dalaman putih dengan dasi kupu-kupu berwarna biru ditutup oleh blazer yang berwarna kuning tua serta rok pendeknya yang berwarna biru seolah semakin membangkitkan birahi Paul, apalagi roknya agak tersingkap hingga pahanya yang putih mulus itu terlihat. Rambutnya yang panjang sebahu masih digelung sementara itu topi pramugarinya telah tergeletak jatuh disaat penyergapan lagi. “Hmmpphhh…mmhhh…”, sepertinya Dinda ingin mengucapkan sesuatu kepadanya, tapi apa perdulinya paling-paling cuma permintaan ampun dan belas kasihan. Tanpa membuang waktu lagi kini diputarnya tubuh Dinda menjadi tengkurap, kedua tangannya yang terikat kebelakang menempel dipunggung sementara dada dan wajahnya menyentuh kasur. Kedua tangan kasar Paul itu kini mengusap-usap bagian pantat Dinda, dirasakan olehnya pantat Dinda yang sekal. Sesekali tangannya menyabet bagian itu bagai seorang ibu yang tengah menyabet pantat anaknya yang nakal “Plak…Plak…”. “Wah sekal sekali pantatmu…”, ujar Paul sambil terus mengusap-usap dan memijit- mijit pantat Dinda. Dinda hanya diam pasrah, sementara tangisannya terus terdengar. Tangisnya terdengar semakin keras ketika tangan kanan Paul secara perlahan-lahan mengusap kaki Dinda mulai dari betis naik terus kebagian paha dan akhirnya menyusup masuk kedalam roknya hingga menyentuh kebagian selangkangannya. Sesampainya dibagian itu, salah satu jari tangan kanan Paul, yaitu jari tengahnya menyusup masuk kecelana dalamnya dan langsung menyentuh kemaluannya. Kontan saja hal ini membuat badan Dinda agak menggeliat, dia mulai sedikit meronta-ronta, namun jari tengah Paul tadi langsung menusuk lobang kemaluan Dinda. “Egghhmmmmm…….”, Dinda menjerit badannya mengejang tatkala jari telunjuk Paul masuk kedalam liang kewanitaannya itu. Badan Dindapun langsung menggeliat- geliat seperti cacing kepanasan, ketika Paul memainkan jarinya itu didalam lobang kemaluan Dinda. Dengan tersenyum terus dikorek- koreknyalah lobang kemaluan Dinda, sementara itu badan Dinda menggeliat-geliat jadinya, matanya merem-melek, mulutnya mengeluarkan rintihan- rintihan yang teredam oleh kain yang menyumpal mulutnya itu “Ehhmmmppphhh….mmpphhhh…..”. Setelah beberapa menit lamanya, kemaluan Dindapun menjadi basah oleh cairan kewanitaannya, Paul kemudian mencabut jarinya. Tubuh Dindapun dibalik sehingga posisinya terlentang. Setelah itu roknya disingkapkan keatas hingga rok itu melingkar dipinggulnya dan celana dalamnya yang berwarna putih itu ditariknya hingga bagian bawah Dinda kini telanjang. Terlihat oleh Paul, kemaluan Dinda yang indah, sedikit bulu-bulu tipis yang tumbuh mengitari lobang kemaluannya yang telah membengkak itu. Dengan bernafsunya direntangkan kedua kaki Dinda hingga mengangkang setelah itu ditekuknya hingga kedua pahanya menyentuh ke bagian dada. Wajah Dinda semakin tegang, tubuhnya gentar, seragam pramugarinyapun telah basah oleh keringat yang deras membanjiri tubuhnya, Paul bersiap-siap melakukan penetrasi ketubuh Dinda. “Hmmmmpphhh……….hhhhhmmmmppp…. ..”, Dinda menjerit dengan tubuhnya yang mengejang ketika Paul mulai menanamkan batang kemaluannya didalam lobang kemaluan Dinda. Matanya terbelalak menahan rasa sakit dikemaluannya, tubuhnya menggeliat-geliat sementara Paul terus berusaha menancapkan seluruh batang kemaluannya. Memang agak sulit selain Dinda masih perawan, usianyapun masih tergolong muda sehingga kemaluannya masih sangat sempit. Akhirnya dengan sekuat tenaganya, Paul berhasil menanamkan seluruh batang kemaluannya didalam vagina Dinda. Tubuh Dinda berguncang-guncang disaat itu karena dia menangis merasakan sakit dan pedih tak terkirakan dikemaluannya itu. Diapun menyadari bahwa malam itu keperawanannya akhirnya terenggut oleh Paul. “Ahh….kena kau sekarang !!! akhirnya Gue berhasil mendapatkan perawan elo !”, bisiknya ketelinga Dinda. Hujanpun semakin deras, suara guntur membahana memiawakkan telinga. Karena ingin mendengar suara rintihan gadis yang telah ditaklukkannya itu, dibukannya kain yang sejak tadi menyumpal mulut Dinda. 

“Oouuhhh…..baang….saakiitt…banngg….amp uunn …”, rintih Dinda dengan suara yang megap- megap. Jelas Paul tidak perduli. Dia malahan langsung menggenjot tubuhnya memopakan batang kemaluannya keluar masuk lobang kemaluan Dinda. 



“Aakkhh….ooohhhh….oouuhhhh….ooohhhggh… .”, Dinda merintih-rintih, disaat tubuhnya digenjot oleh Paul, badannyapun semakin menggeliat-geliat. Tidak disadarinya justru badannya yang menggeliat-geliat itu malah memancing nafsu Paul, karena dengan begitu otot-otot dinding vaginanya malah semakin ikut mengurut-urut batang kemaluan Paul yang tertanam didalamnya, karenanya Paul merasa semakin nikmat. Menit-menitpun berlalu dengan cepat, masih dengan sekuat tenaga Paul terus menggenjot tubuh Dinda, Dindapun nampak semakin kepayahan karena sekian lamanya Paul menggenjot tubuhnya. Rasa pedih dan sakitnya seolah telah hilang, erangan dan rintihanpun kini melemah, matanya mulai setengah tertutup dan hanya bagian putihnya saja yang terlihat, sementara itu bibirnya menganga mengeluarkan alunan-alunan rintihan lemah, 

“Ahhh…..ahhhh…oouuhhhh…”. Dan akhirnya Paulpun berejakulasi di lobang kemaluan Dinda, kemaluannya menyemburkan cairan kental yang luar biasa banyaknya memenuhi rahim Dinda. “A..aakkhhh…..”, sambil mengejan Paul melolong panjang bak srigala, tubuhnya mengeras dengan kepala menengadah keatas. Puas sudah dia menyetubuhi Dinda, rasa puasnya berlipat-lipat baik itu puas karena telah mencapai klimaks dalam seksnya, puas dalam menaklukan Dinda, puas dalam merobek keperawanan Dinda dan puas dalam memberi pelajaran kepada gadis cantik itu. Dinda menyambutnya dengan mata yang secara tiba-tiba terbelalak, dia sadar bahwa pasangannya telah berejakulasi karena disakannya ada cairan-cairan hangat yang menyembur membanjiri vaginanya. Cairan kental hangat yang bercampur darah itu memenuhi lobang kemaluan Dinda sampai sampai meluber keluar membasahi paha dan sprei kasur. Dinda yang menyadari itu semua, mulai menangis namun kini tubuhnya sudah lemah sekali. Dengan mendesah puas Paul merebahkan tubuhnya diatas tubuh Dinda, kini kedua tubuh itu jatuh lunglai bagai tak bertulang. Tubuh Paul nampak terguncang-guncang sebagai akibat dari isak tangis dari Dinda yang tubuhnya tertindih tubuh Paul. Setelah beberapa menit membiarkan batang kemaluannya tertanam dilobang kemaluan Dinda, kini Paul mencabutnya seraya bangkit dari tubuh Dinda. Badannya berlutut mengangkangi tubuh lunglai Dinda yang terlentang, kemaluannya yang nampak sudah melemas itu kembali sedikit- demi sedikit menegang disaat merapat kewajah Dinda. Dikala sudah benar-benar menegang, tangan kanan Paul sekonyong-konyong meraih kepala Dinda. Dinda yang masih meringis-ringis dan menangis tersedu-sedu itu, terkejut dengan tindakan Paul. Terlebih-lebih melihat batang kemaluan Paul yang telah menegang itu berkedudukan persis dihadapan wajahnya. Belum lagi sempat menjerit, Paul sudah mencekoki mulutnya dengan batang kemaluannya. Walau Dinda berusaha berontak namun akhirnya Paul berhasil menanamkan penisnya itu kemulut Dinda. Nampak Dinda seperti akan muntah, karena mulutnya merasakan batang kemaluan Paul yang masih basah oleh cairan sperma itu. Setelah itu Paul kembali memopakan batang kemaluannya didalam rongga mulut Dinda, wajah Dinda memerah jadinya, matanya melotot, sesekali dia terbatuk-batuk dan akan muntah. Namun Paul dengan santainya terus memompakan keluar masuk didalam mulut Dinda, sesekali juga dengan gerakan memutar-mutar. “Aahhhh….”, sambil memejamkan mata Paul merasakan kembali kenikmatan di batang kemaluannya itu mengalir kesekujur tubuhnya. Rasa dingin, basah dan geli dirasakannya dibatang kemaluannya. Dan akhirnya, “Oouuuuhhhh…Dinndaaaa…sayanggg… ..”, Paul mendesah panjang ketika kembali batang kemaluannya berejakulasi yang kini dimulut Dinda. Dengan terbatuk-batuk Dinda menerimanya, walau sperma yang dimuntahkan oleh Paul jumlahnya tidak banyak namun cukup memenuhi rongga mulut Dinda hingga meluber membasahi pipinya. Setelah memuntahkan spermanya Paul mencabut batang kemaluannya dari mulut Dinda, dan Dindapun langsung muntah-muntah dan batuk-batuk dia nampak berusaha untuk mengeluarkan cairan-cairan itu namun sebagian besar sperma Paul tadi telah mengalir masuk ketenggorokannya. Saat ini wajah Dinda sudah acak- acakan akan tetapi kecantikannya masih terlihat, karena memang kecantikan dirinya adalah kecantikan yang alami sehingga dalam kondisi apapun selalu cantik adanya. Dengan wajah puas sambil menyadarkan tubuhnya didinding kasur, Paulpun menyeringai melihat Dinda yang masih terbatuk-batuk. Paul memutuskan untuk beristirahat sejenak, mengumpulkan kembali tenaganya. Sementara itu tubuh Dinda meringkuk dikasur sambil terisak-isak. Waktupun berlalu, jam didinding kamar Dinda telah menunjukkan pukul 1 dinihari. Sambil santai Paulpun menyempatkan diri mengorek-ngorek isi laci lemari Dinda yang terletak disamping tempat tidur. Dilihatnya album foto- foto pribadi milik Dinda, nampak wajah-wajah cantik Dinda menghiasi isi album itu, Dinda yang anggun dalam pakaian seragam pramugarinya, nampak cantik juga dengan baju muslimnya lengkap dengan ****** ketika foto bersama keluarganya saat lebaran kemarin dikota asalnya yaitu Bandung. Kini gadis cantik itu tergolek lemah dihadapannya, setengah badannya telanjang, kemaluannya nampak membengkak. Selain itu, ditemukan pula beberapa lembar uang yang berjumlah 2 jutaan lebih serta perhiasan emas didalam laci itu, dengan tersenyum Paul memasukkan itu semua kedalam kantung celana lusuhnya, “Sambil menyelam minum air”, batinnya. Setelah setengah jam lamanya Paul bersitirahat,kini dia bangkit mendekati tubuh Dinda. Diambilnya sebuah gunting besar yang dia temukan tadi didalam laci. Dan setelah itu dengan gunting itu, dia melucuti baju seragam pramugari Dinda satu persatu. Singkatnya kini tubuh Dinda telah telanjang bulat, rambutnyapun yang hitam lurus dan panjang sebahu yang tadi digelung rapi kini digerai oleh Paul sehingga menambah keindahan menghiasi punggung Dinda. Sejenak Paul mengagumi keindahan tubuh Dinda, kulitnya putih bersih, pinggangnya ramping, payudaranya yang tidak terlalu besar, kemaluannya yang walau nampak bengkak namun masih terlihat indah menghias selangkangan Dinda. Tubuh Dinda nampak penuh dengan kepasrahan, badannya kembali tergetar menantikan akan apa-apa yang akan terjadi terhadap dirinya. Sementara itu hujan diluar masih turun dengan derasnya, udara dingin mulai masuk kedalam kamar yang tidak terlalu besar itu. Udara dingin itulah yang kembali membangkitkan nafsu birahi Paul. Setelah hampir sejam lamanya memberi istirahat kepada batang kemaluannya kini batang kemaluannya kembali menegang. Dihampirinya tubuh telanjang Dinda, “Yaa…ampuunnn bangg…udah dong….




Dinda minta ampunn bangg…oohhh….”, Dinda nampak memelas memohon-mohon kepada Paul. Paul hanya tersenyum saja mendengar itu semua, dia mulai meraih badan Dinda. Kini dibaliknya tubuh telanjang Dinda itu hingga dalam posisi tengkurap. Setelah itu ditariknya tubuh itu hingga ditepi tempat tidur, sehingga kedua lutut Dinda menyentuh lantai sementara dadanya masih menempel kasur dipinggiran tempat tidur, Paulpun berada dibelakang Dinda dengan posisi menghadap punggung Dinda. Setelah itu kembali direntangkannya kedua kaki Dinda selebar bahu, dan…. “Aaaaaaaaakkkkhh………”, Dinda melolong panjang, badannya mengejang dan terangkat dari tempat tidur disaat Paul menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Dinda. Rasa sakit tiada tara kembali dirasakan didaerah selangkangannya, dengan agak susah payah kembali Paul berhasil menanamkan batang kemaluannya didalam lobang anus Dinda. Setelah itu tubuh Dindapun kembali disodok-sodok, kedua tangan Paul meraih payudara Dinda serta meremas-remasnya. Setengah jam lamnya Paul menyodomi Dinda, waktu yang lama bagi Dinda yang semakin tersiksa itu. “Eegghhh….aakkhhh….oohhh…”, dengan mata merem-melek serta tubuh tersodok- sodok Dinda merintih-rintih, sementara itu kedua payudaranya diremas-remas oleh kedua tangan Paul. Paul kembali merasakan akan mendapatkan klimaks, dengan gerakan secepat kilat dicabutnya batang kemaluan itu dari lobang anus Dinda dan dibaliklah tubuh Dinda itu hingga kini posisinya terlentang. Secepat kilatpula dia yang kini berada diatas tubuh Dinda menghujamkan batang kemaluannya kembali didalam vagina Dinda. “Oouuffffhhh……”, Dinda merintih dikala paul menanamkan batang kemaluannya itu. Tidak lama setelah Paul memompakan kemaluannya didalam liang vagina Dinda “CCREETT….CCRROOOT…CROOTT…”, kembali penis Paul memuntahkan sperma membasahi rongga vagina Dinda, dan Dindapun terjatuh tak sadarkan diri. Fajar telah menjelang, Paul nampak meninggalkan kamar kost Dinda dengan tersenyum penuh dengan kemenangan, sebatang rokok menemaninya dalam perjalanannya kesebuah stasiun bus antar kota, sementara itu sakunya penuh dengan lembaran uang dan perhiasan emas. Entah apa yang akan terjadi dengan Dinda sang pramugari cantik imut-imut itu, apakah dia masih menjual mahal dirinya. Entahlah, yang jelas setelah dia berhasil menikmati gadis cantik itu, hal itu bukan urusannya lagi.




Thursday, May 30, 2019

Cerita Dewasa Berawal dari Baca Cerita Bokep

Cerita Dewasa Berawal dari Baca Cerita Bokep


Cerita Dewasa Keperawanku Hilang sewaktu mudik

 Namaku Bastian, aku adalah seorang ABG yang berusia 17 tahun, Aku mempunyai tinggi badan sekitar 170 cm, berat badan 58 kg, cukup ideallah postur tubuhku. Disini aku akan berbagi cerita sex yang hot dari pengalaman saya dengan seorang wanita. Bisa dibilang pengalaman Sexs-ku ini sangat jarang dialami oleh orang lain, dan saya yakin para pembaca-pun mengatakan seperti itu setelah membaca cerita sexs-ku ini.


Tian nama panggilanku, selain berpostur tubuh ideal, aku juga memiliki wajah yang sedikit ganteng,hhe. Saya kira cukup pembukaan ceritanya, sekarang menuju pada cerita sex mesum pribadi Mas Bastian yang paling Ganteng. Pada suatu hari pihak sekolahku mengadakan Study Tour di sebuah pantai di daerah Jabar ( jawa barat). Kami semua sampai di lokasi sekitar pukul 03.00 dini hari.


Karena kami sampai di lokasi wisata pada Pukul 03.00 dini hari, teman satu sekolahku dan semua guru-pun lelah dan langsung tidur di penginapan yang sebelumnya sudah dibooking. Namul hal itu tidak terasa olehku, karena ketika perjalanan ke objek wisata aku sempat tidur. Maka dari itu sesampianya disana akupun bisa tertidur 1 jam kemudian tepatnya pada pukul 05.00 dini hari.


Tidak terasa waktupun berlalu, sampai pada akhirnya aku terbangun sekitar Pukul 08.45 pagi. Namun ketika aku terbangun aku merasa bingung, karena pada saat itu teman-teman sekamarku sudah tidak ada di kamar. Wah nampaknya aku ketinggalan deh ini, ucapku. Saat itu aku-pun segera keluar kamar dan melihat bus sudah tidak ada, hal itu menandakan bahwa mereka sudah pergi ketempat wisata.



Karena merasa kurang yakin aku-pun sempat menanyakan kepada staff hotel, setelah bertanya ternyata benar rombongan sekolahku telah berangkat ke lokasi wisata. Sekitar jam 07.00 pagi mereka sudah berangkat. Saat itu merasa sangat kesal akan hal itu. Aku kesal sekali tidak bisa ikut dan yang paling membuat aku jengkel adalah, mengapa teman sekamarku tidak membangunkan aku. Benar-benar keterlaluan mereka.

    



Untuk menghilangkan rasa kesalku, akupun langsung keluar dan bejalan-jalan di pantai. Kebetulan sekali hotel tempat kami menginap berdekatan dengan sebuah pantai. Sesampainya di pantai, aku merasa aneh saat itu, karena pantai ini suasana-nya sangat sepi, bahkan tak ada seorangpun kecuali aku. Lalu aku berfikir, mungkin pantai ini sepi karena pantai ini bukanlah tempat wisata.


Saat itu terlihat banyak sampah dan tanaman bakau yang cukup lebat di tepi pantai ini. Mungkin saja hal itu yang menyebabkan orang tidak suka berkunjung di pantai ini. Dengan bertelanjang kaki saat itu mulai menelusuri pantai, tak jarang sepanjang pantai aku banyak menemukan berbagai jenis sampah. Tanpa aku duga ditengah perjalanku dikagetkan dengan adanya sesosok orang yang terkapar di tepi pantai.



Karena aku penasaran, maka aku-pun segera menghampirinya, dan segera menepikanya di bawah pohon tepi pantai yang cukup rindang. Setelah kuperhatikan secara seksama, ternyata dia adalah seorang gadis yang usianya sebaya denganku. Saat itu aku coba memeriksa denyut nadinya, ternyata setelah aku periksa denyut nadinya masih berdenyut dan tubuhnya-pun masih hangat.


Karena dia masih hidup aku-pun mengamati lagi gadis itu. Sungguh sebuah rejeki aku bisa menemukan gadis yang berparas cantik, berkulit putih, bertubuh sintal dan berambut panjang. Pada saat itu Gadis itu memakai hanya mengenakan pakaian renang yang cukup indah dan mahal nampaknya. Dalam hening aku merasa bingung karena memikirkan darimana datangnya gadis ini.


Saat itu aku mencoba memeriksa memeriksa sekujur tubuhnya, dengan maksud siapa tahu ada identitas yang terselip di baju renangnya. Namun ketika aku aku memeriksa tubuhnya, spontan terlintas ide ngeres di otakku. Saat itu sesekali aku menyentuh buah dada-nya yang lumayan kenyal dan besar bagi gadis seumurannya. Saat itu aku juga memperhatikan area kewanitaan-nya yang nampak menyembul indah.




Karena aku laki-laki normal, saat itu tidak terasa kejantananku sudah ereksi hebat, dan seketika timbullah niat buruk untuk menyetubuhi gadis itu. Karena saat itu hanya ada aku dan gadis pingsan yang aku temukan tadi, tanpa buang waktu niat cabulku-pun kulancarkan. Mulailah aku melucuti celana renangnya yang menutupi tubuh dan kewanitaan-nya yang menyembul indah.


Stelah terlepas, maka terlihatlah kewanitaan dengan bulu kewanitaan yang sangat terawat dihadapanku. Tanpa berfikir panjang akupun mulai menyentuh bibir kewanitaan-nya, berhubung aku si otong (penis) sudah tidak tahan lagi, maka aku-pun bergegas melepas celana pendek, celana dalamku. Sembari memandangi indahnya tubuh gadis itu, kejantanankukupun aku gesek-gesekkan pada kewanitaan gadis itu.


“ Beuhhh, nikmat sekali ternyata rasanya… ”


Sembari masih menggesek-gesekan kejantananku pada kewanitaann gadis itu, tak lupa tanganku meraih buah dada-nya yang kenyal lalu aku remas-remas dengan penuh gairah. Sesekali aku juga memainkan puting susu-nya yang berwarna kemerah-merahan itu. sembari tangan kiriku memegang buah dada-nya, tangan kanan-kupun sekarang bergerak menuju liang senggamanya. Saat itu aku mencoba menusuk-nusukkan jemariku kedalam liang senggama yang masih sempit itu.



Secara perlahan aku menusukan jariku kedalam liang senggama gadis itu, setelah beberapa saat pada akhirnya jemariku berhasil masuk ke dalam liang senggama-nya.

Tidak kusangka ternyata dia masih Virgin, dan keluarlah sebercak darah yang mengalir dari liang senggamanya. Saat itu aku sempat terkejut karena tiba-tiba gadis itu bergerak, mungkin saja dia merasakan sakit ketika jariku menembus selaput daranya.


Seketika aku-pun langsung menghentikan perbuatanku, karena aku takut dia sadarkan diri dan akan berteriak jika melihat aku sedang melakukan hal cabul ketika dia tersadar. Setelah beberapa saat aku hentikan, ternyata dia masih tidak sadarkan diri. Saat itu aku masih sempat menunggu sekitar 10 menit untuk memastikan jika dia benar-benar masih tidak sadarkan diri.

Lalu setelah benar-benar yakin dia masih pingsan, aku-pun kembali melanjutkan bermain di arena kewanitaan-nya dengan jemariku. Setelah itu aku-pun mencoba bermain dengan gaya lain, ketika itu aku mendekatkan wajahku ke depan bibir kewanitaan-nya gadis itu. Kulihat bibir kewanitaan-nya berlumur sedikit bercak darah akibat sodokan jariku yang menembus selaput daranya tadi.


Karena aku sudah terlanjur nafsu dan khilaf akupn tidak perduli dengan bercak darah itu, dan aku-pun langsung melahap kewanitaan gadis itu sembari kedua tanganku membuka lebar dinding bibir kewanitaan-nya. Setelah beberapa saat aku menciumi kewanitaan-nya, aku mulai lidahku menjulurkan lidahku untuk memainkan clitoris-nya. Masih dengan keadaan pingsan, aku mendengar nafas gadis itu memburu.


Seketika itu hembusan nafasnya menjadi lebih cepat dan tidak beraturan. Ketika nafasnya makin tidak beraturan, tiba-tiba dari lubang itu keluar cairan putih bening yang hangat membasahi lidahku. Sungguh hebat sekali gadis itu, dalam keadaan yang tidak sadarkan diri dia bisa orgasme, hha… mantap.


Berhubung gadis itu sudah orgasmen dan masih tidak sadarkan diri, aku-pun langsung mempersiapkan kejantananku yang sudah mencapai ukuran maksimal itu, untuk memcoba memasuki liang senggama-nya. Aku langsung mencoba memasukkan kejantananku ke dalam kewanitaan itu dengan menggesek-gesekan kejantananku terlebih dahulu, tapi ketika aku akan memasukan kejantananku ke dalam liang senggama-nya ternyata liang senggama-nya masih sangat sempit.


Saat itu terasa sangat sulit sekali memasukan kejantananku kedalam Vagina Gadis itu, sampai-samapi kejantananku yang sudah ereksi maksimal tidak kuat untuk menembus kewanitaan gadis itu. Huffttt, sunguh susah menembus memek perawan. Namun aku tidak menyerah begitu saja, secara perlahan aku terus mencoba menusukan kejantananku. Setelah susah payah akhirnya,

“ Zlebbbbbbbbbb ”,

Terbenamlah seluruh kejantananku didalam vagina itu. Setelah berhasil masuk kedalam lubang kewanitaan itu, kurasakan seakan kejantananku seperti dipijat-pijat oleh dinding Vagina gadis itu,

“ Ouhhhhhhhhh…. Nikmatnya surga dunia ini… ”, ucapku puas.

Setelah terbenam seluruhnya kurasakan hangatnya lubang kewanitaan membuat kejantananku semakin keras saja. Lalu aku langsung mengangkat pinggul gadis itu sejajar dengan kejantananku. Dengan perlahan aku gerakan kejantananku keluar masuk dari liang senggamanya,

“ Eughhhhh… Nikmat sekali… Sssss… Aghhhhh… ”, desahku merasa nikmat.


Setelah sekitar 15 aku menggenjot kewanitaan gadis itu dengan tempo pelan, kini aku mempercepat genjotanku dengan liar dan penuh nafsu,

“ Ouhhh… Sssss… Aghhh… Plak… Plak… Plak… ”, desahku bercampur suara hentakan kulit kami yang menempel ketika aku menggoyangkan pinggulku.

Tidak lama kemudian kurasakan ada sesuatu yang mendesak pada pembulu darah pada kejantananku, dan,

“ Aghhhhh… Crotttt… Crotttt… Crotttt… ”,

Pada akhirnya tersemburlah semua spermaku di dalam liang senggama gadis itu, aku merasa nikmat dan melayang-layang. Sungguh luar biasa orgasme yang kurasakan saat itu. seketika itu aku-un langsung terkulai lemas di atas pasir pantai. Sejenak aku membaringkan tubuhku di samping gadis itu. Aku barbaring sambil memandang ke atas dan sesekali aku memandang wajah gadis itu yang terlelap dengan wajahnya yang lugu. Dan sesekali aku memegang buah dada-nya yang sangat menggoda.


Tidak terasa haripun sudah sore, saat itu aku terus memainkan tubuhnya karena aku tak mau melewatkan kesempatan ini. Beberapa saat aku berpikir untuk menemani dia hingga sadar. Tapi kadang aku merasa takut akan apa yang telah aku lakukan tadi. Tapi setelah berpikir beberapa kali, akhirnya aku memutuskan untuk menemani gadis itu hingga siuman.




Ditemani api unggun dan debur ombak, sambil bersandar di pohon aku memeluk gadis itu dari belakang. Dan walaupun begitu pikiran kotorku tak pernah hilang. Sambil aku memeluknya, mencoba untuk menghangatkannya, tanganku tak henti-hentinya memegangi buah dada-nya yang waktu itu dia masih telanjang karena aku tidak ingat untuk memakaikan pakaian renangnya

Pada waktu itu aku melihat jam tanganku menunjukan tepat pukul 19.00 malam. Beberapa saat kemudian akhirnya gadis itupun siuman, dia terkejut ketika dia melihat aku disampingnya dan sadar bahwa dirinya telah telanjang bulat,

“ Hah… Kamu siapa, kenapa kamu disini dan mengapa aku telanjang ??? kamu melakukan apa padaku ?? ”, ucapnya kaget bercampur kemarahan.

“ Sudah-sudah tenang dulu, tolong diam sebentar dandengarkan aku !!! tenanglah, aku akan menjelaskan semuanya kepadamu ”, ucapku dengan santainya.

Kemudian akupun menjelaskan semuanya, dari mulai aku menemukan dia sampai dia siuman. Mendengar ceritaku dia sempat meneteskan air mata. Dengan air mata bercucuran, dia menceritakan semuanya kepada aku. Dari ceritanya aku mengetahui ternyata dia adalah putri dari seorang jutawan dari kota B dan tak lupa kamipun berkenalan. Gadis itu ternyata bernama Dila.

Saat itu dia mengatakan kepadaku mengapa dia tidak sadarkan diri, ternyata dia terseret ombak ketika dia sedang berenang di pantai hingga tidak sadarkan diri. Kemudian kamipun mulai akrab dan Dila-pun berkata,

“ Tian, kamu bisa tolongin aku nggak… ”, ucap-nya.

“ Apa saja pasti akan akau lakukan Dil ”, jawabku.

“ Terima kasih sebelumnya ya Tian, aku kedinginan sekali nih tian, dan aku tidak bawa pakaian, hanya baju renang ini saja yang aku bawa ”, ucapnya memelas kepadaku.

“ Yasudah sini aku peluk kamu biar kamu hangat ”, ucapku menawarkan kehangatan.

Kemudian dia mulai mendekat dan dan aku mulai memeluk nya di dalam pelukanku,

“ Dil, kalau kamu cuma begini saja, kamu pasti masih akan kedinginan ”, ucapku penuh dengan pikiran cabul lagi.

“ Lalu aku harus bagaimana Tian biar aku nggak kedinginan ? ”, tanyanya padaku polos.

“ Agar kamu tidak kedinginan kamu harus menggerakan tubuh kamu ”, ucapku.

Lalu Dila-pun mulai menggerakan tubuhnya, sesekali dia melompat lompat agar dia merasa hangat. Namun hal itu percuma saja, karena selain dia telah lama terendam air laut, dan juga suasana dipantai dingin sekali karena angin diapun berkata padaku,

“ Tian… Kenapa aku masih dingin ya ”, ucapnya padaku.

Lalu aku memberanikan diri untuk menawarkan hal lain kepadanya,

“ Masih dingin ya Dil, Eummmm… gimana yah… Eeeeee… gmana kalau kita itu aja… Eummmm… ML maksudku ”, ucapku agak ragu.

“ Hah, Apa ?!!! ”, ucapnya kaget. Bokep Korea

“ Gimana Dil kamu mau nggak, aku yakin kalau kita ML pasti tubuh kamu nanti terasa hangat? ”, ucapku penuh trik dan pikiran cabul .

“ Eummm… giman ya Tian… aku takut kalau begituan… tapi… ”, ucapnya bingung.

“ Sudah nggak udah takut, kita coba lakukan saja… ”, kataku sambil memeluk dan menciumnya dengan lembut.


Beberapa saat kamu berciuman dengan tubuh tanpa busana. Sesekali tanpa disengaja kejantananku yang sedang berdiri menyentuh-nyentuh perutnya. Setelah beberapa menit kami berciuman, aku langsung menarik mulutku dari mulutnya. Aku langsung menyuruhnya untuk mengulum kejantananku yang dari tadi Ereksi,

“ Sekarang kamu coba sepongin kontol aku yah !!! ”, pintaku.

Tanpa banyak bicara dia langsung menuruti semua apa yang saya katakan. Dia langsung mengulum kejantananku. Pertama dia masih ragu, tetapi setelah beberapa saat dia mengulum kejantananku akhirnya dia menikmatinya dan nafas-nyapun mulai tidak beraturan,

“ Ya gitu… terus Dil… Ssss… bagus sekali… Oughhh… ”, desahku.

Setelah beberapa menit dia mengulum kejantananku, serasa aku akan menyemburkan lahar panasku, namun aku tidak rela jika harus orgasme dengan sebuah kuluman. Lalu aku-pun mengeluarkan kejantanku dari dalam mulutnya dan,



“ Dil, sekarang aku jilatin memek kamu yah !!! ”, ucapku.

Tanpa banyak bicara Dila-pun kemudian dia langsung merebah di pasir dan membuka selangkangannya lebar-lebar. Kemudian aku memulai dengan menciumi pahanya lalu berpindah ke dadanya lalu ke perutnya lalu aku manciumi bibir kewanitaan-nya. Setelah seluruh permukaan bibir kewanitaan-nya aku jilati, aku mencoba membuka kewanitaan-nya lebar lebar dan langsung menghisap clitoris-nya yang sudah mengeras,

“ Oughhhh… geli sekali tian… Ssss… Aghhhh…. ”, ucapnya geli-geli nikmat.

Saat itu aku memainkan clitoris-nya yang tersasa hangat dimulutku. Diapun mengeluarkan desahan-desahan kecil yang membuatku semakin ingin melumat seluruh kewanitaan-nya. Setelah beberapa saat aku melumat kewanitaan-nya itu, aku langsung menghentikan permainanku itu,

“ Ihhhh… kenapa berhenti sih Tian, Lagi enak-enaknya tau… huhhh… ”, ucapnya sedikit kecewa.

Cerita Seks Memperkosa Cewek Yang Pingsan
“ Udah jangan cemberut gitu dong, aku bakal kasih kamu yang lebih nikmat… ”, ucapku.

Tanpa banyak bicara lagi, aku langsung meraih kejantananku yang sudah berdiri lagi. Aku langsung mengarahkan kejantananku kearah kewanitaan-nya yang sudah terlihat basah sekali. Dan ketika aku memasukannya ternyata kali ini lebih mudah dari sebelumnya. Diiringi desahan yang sedikit keras, aku tanamkan kejantananku dalam-dalam,




“ Aowww… aduh, Sakit Tian… ”, ucapnya kesakitan.


Lalu dengan perlahan aku mulai manggenjot pinggulku. Secara perlahan desahan sakit yang keluar dari mulut Dila-pun berubah menjadi desahan nikmat,


“ Sssss… Oughhh… enak Tian… ayo terus… Aghhhh… ”, desahnya mulai menikmati hubungan sex kami.


Ditengah aku sedang menggenjot kewanitaan-nya, aku langsung menyuruhnya untuk bangkit,


“ Dila… kita coba dogy style Yuk !!! ”, pintaku.

“ Apa tuh Tian… ? ”, ucapnya polos.



“ Sekarang kamu nungging seperti anjing kencing yah ”, ucapku mengarahkannya.


“ Oh itu ya Tian, baiklah… ”, ucapnya menggiyakan permintaanku.


Kemudian dia menungging dan aku langsung menyambut kewanitaan-nya dari
belakang. Lalu akupun langsung menggenjot kembali pinggulku ini,


“ Aghhhhh… Aghhhhh… enak, Oughhh… Eummmm… ”, desah Dila.


Setelah hampir mencapai puncak, aku langsung mempercepat genjotanku yang membuat timbulnya suara benturan pinggulku dengan pantatnya,


“ Sssss… Aghhh… Plakkk… Plakkk… Plakkk… Oughhhh yeah… ”,


Diiringi desahan panjang dari mulut Dila,aku merasakan cairan hangat membasahi kejantananku yang masih berada dalam liang senggama Dila. Hal itu menandakan Dila telah Orgasme. Saat itu aku-pun makin mampercepat genjotanku dan tidak lama kemudian,

“ Crottttttttt… Crottttttttt… Crottttttttt… ”,


Pada akhirnya aku pun kembali memuntahkan lahar panasku didalam didalam liang senggama-nya Dila. Sungguh orgasme yang luar biasa kali ini. Karena orgasmemu kali ini aku lakukan dengan keadaan Dila yang sudah sadarkan diri. Kemudian kamipun langsung terkulai lemas di atas pasir pantai. Lalu kamipun barbaring sambil saling berpelukan.


Saat itu kamipun tertidur lelap di tepi pantai disaksikan oleh cahaya bulan dan deburan ombak. Pagi-pagi sekali kami terbangun dan dia segera memakai pakaian renangnya kembali sedangkan aku langsung mengantarnya pulang ke villanya yang letaknya ternyata tidak jauh dari hotel tempat aku menginap.


Sesampainya Di Vila Dila, sebelum kami berpisah kami sempat bertukaran no. Handphone. Setelah sampai di hotel, aku melihat rombongan sekolahku telah kembali ke hotel dan bersiap untuk pulang. Setelah kami semua selesai berkemas, kemudian kamipun pulang. Sesampainya di rumah aku langsung menelefon Dila. Saat itu ternyata dia juga sedang ada di kotaku.


Saat itu kamipun segera menentukan tempat untuk ketemuan. Dan yang pasti setelah kami ketemuan, kami melakukannya hubunngan sex lagi. Setelah kejadian itu kami-pun akhirnya berpacaran hingga sekarang. Untuk menjaga agar hubungan kami tidak rusak karena hamilnya Dila, aku memintanya agar Dila meminum pil KB sebelum dan sesudah berhubunga Sex.




Cerita Dewasa Terjebak Karena Budi

Cerita Dewasa Terjebak Karena Budi 

Cerita Dewasa Terjebak Karena Budi



Beberapa kali aku menggebrak meja yang ada di depanku. Sementara wanita itu masih terus menutup wajahnya, dia masih terus menangis. Wanita itu adalah Arum, istriku. Dia sejak tadi sudah menangis, sejak dia mulai menceritakan apa yang dia alami kepadaku. Cerita yang begitu menyayat hatiku. Aku benar-benar marah, tapi bukan kepada dirinya, karena aku tahu dia hanya menjadi korban disini. Aku marah kepada keadaan, dan orang yang telah membuat Arum menjadi begini.

Namaku Krisna, 29 tahun. Dan istriku, Arum Wardhani, 26 tahun. Kami belum 2 tahun menikah, dan sampai sekarang belum dikaruniai anak. Aku bekerja sebagai seorang karyawan di sebuah perusahaan swasta, sedangkan istriku bekerja sebagai PNS di sebuah dinas pemerintahan di kota kami.

Sedikit tentang istriku, dia adalah wanita yang sangat cantik dan menawan. Aku sudah memacarinya sejak lama, sejak dia menjadi mahasiswa baru dan kebetulan saat itu aku yang menjadi pembina di kelompok ospeknya. Hanya sebulan setelah ospek, dia sudah resmi menjadi pacarku. Terhitung sampai sekarang, kami sudah hampir 8 tahun bersama. Tapi selama berpacaran kami tak pernah melakukan hal-hal yang dilarang. Aku baru benar-benar menyentuh tubuhnya setelah kami sah menjadi suami istri.

Setelah menikah denganku, Arum memutuskan untuk memakai jilbab. Dia bilang mau menjaga penampilan dan dirinya, sehingga hanya akulah lelaki yang berhak atas dirinya. Tentu saja hal itu membuatku semakin menyayanginya.

Banyak temanku yang merasa iri dengan keberuntunganku bisa mendapatkan wanita secantik Arum. Akupun juga bersyukur akan hal itu, dan itulah yang selalu kujaga sampai sekarang. Tapi sayangnya, malam ini, aku benar-benar merasa menjadi orang yang sangat bodoh, karena gagal menjaga istriku. Telah ada lelaki lain, yang berhasil memaksanya menyerahkan tubuhnya. Dan itulah yang saat ini membuatku beberapa kali menggebrak meja yang ada di depanku.

    
Arum tadi sudah menceritakan semuanya, dengan sangat detail. Dia bersumpah tidak ada yang disembunyikan lagi. Aku tahu Arum, dia tidak mungkin berbohong, dan itulah yang semakin membuatku marah kepada diriku sendiri.

Cerita ini dimulai dari beberapa minggu yang lalu. Saat itu Arum terpaksa harus lembur dan pulang agak petang. Sedangkan aku, yang memang kerja di kantor swasta, memang sudah sering pulang telat. Aku memang jarang mengantar jemput Arum karena dia membawa kendaraan sendiri, seperti halnya hari itu.

Sebenarnya saat itu Arum tidak sendiri lemburnya, hampir semua temannya juga lembur, entah karena mau ada apa, setahuku sih mau ada rapat tahunan, atau semacamnya lah. Mereka baru selesai sekitar jam 7 malam. Meskipun tidak terbiasa pulang jam segitu, tapi karena jarak rumah dengan kantor yang tidak terlalu jauh, dan juga kondisi jalanan yang cukup terang dan ramai, Arum tak khawatir pulang sendiri.

Setelah berpamitan dengan teman-temannya yang kebetulan tidak ada yang searah dengan Arum, diapun pulang naik motor maticnya. Tapi baru beberapa puluh meter meninggalkan gerbang kantornya, tiba-tiba motor Arum dipepet oleh 2 buah motor yang memaksanya bergerak ke pinggir.

“Berhenti, atau kami bunuh!” bentak seorang diantaranya.

Arum tak bisa melihat dengan jelas wajah keempat orang yang mencegatnya karena mereka semua memakai penutup wajah. Pria yang membentak tadi juga menodongkan parang ke arahnya, hingga nyali Arumpun semakin ciut. Mau tak mau diapun meminggirka motornya, diikuti oleh keempat orang yang naik 2 motor itu.

“Ampun bang, jangan sakiti saya. Ambil aja motornya, saya jangan diapa-apain.”

“Heh diem lu. Gue yang nentuin bukan elu!!!”

Lagi-lagi digertak seperti itu Arum makin ciut nyalinya. Dia tak berani berbuat apa-apa, hanya terus berdoa, semoga para begal ini hanya mengambil motornya, lalu pergi tanpa melukainya.

“Siniin tas lu!!”

Tiba-tiba salah seorang begal yang membawa parang tadi mendekati Arum, dan merebut tasnya dan langsung mengacak-acak isinya. Handphone Arum diambil, dompetnya juga, dibuka dan diambil semua uang yang ada. Tapi anehnya pria itu tak langsung membuang dompet Arum, tapi masih seperti melihat sesuatu.

“Hmm, Arum Wardhani. Cantik juga foto lu, coba buka helm sama masker lu!!!”

Saat itu Arum memang masih memakai helm dan maskernya. Karena lagi-lagi ditodong dengan parang, Arumpun menurutku kemauan begal itu. Sementara salah satu sedang mengancam Arum, ketiga temannya terlihat berjaga-jaga melihat kondisi, yang entah kenapa malam itu lebih sepi dari biasanya.

Arum berharap ada seseorang atau siapapun yang lewat untuk bisa menolongnya, tapi sejak tadi dia keluar dari kantornya, tidak ada satupun kendaraan yang mengarah kesini.

“Woy buruan, mau lu gue bacok?!”

“Ii,, iya bang.”

“Wuiih, beneran cantik rupanya lu ya. Eh bro, gimana kalau kita bawa sekalian ni perek, buat senang-senang malam ini.”

“Wah boleh juga tuh bro, cantik banget, udah lama gue nggak ngewe cewe secantik ini, jilbaban lagi. Udah angkut aja.”

Arum mendadak semakin takut, mengetahui apa yang sedang dibicarakan oleh para begal itu. Dan saat itu tiba-tiba muncul keberaniannya untuk membela diri. Dia tak mau sampai jatuh ke para begal itu, dia ingin melawan mereka, semampunya. Bokep Barat

Brak!!!

“Anjing, bangsat!!!”


Dengan sisa keberaniannya, Arum melemparkan helm yang dia pegang sekerasnya ke wajah begal itu. Diapun langsung lari. Agak susah karena dia memakai rok panjang sehingga langkahnya tak begitu lebar.

“Kejar dia. Bangsat tuh cewek, gue habisin entar!!”

Arum sempat melihat ke belakang dan keempat pria itu langsung mengejarnya. Karena panik Arum malah masuk ke sebuah lokasi perkantoran, berharap ada seseorang disana, minimal petugas keamanan yang bisa dia mintai tolong, tapi sialnya tidak ada seorangpun disana. Saat hendak berbalik, ternyata para begal itu sudah berhasil menyusulnya.

“Mau lari kemana lu hah?”

“Ampun bang, tolong ampuni saya.”

“Ampun lu bilang? Lu udah lemparin helm ke muka gue, sekarang minta ampun? Gue bikin perkosa abis lu, baru gue ampunin. Cepet tangkep dia!!!”

“Siap boss!”

Dua orang langsung maju menyergap Arum. Arum yang tak bisa apa-apa dengan mudahnya diringkus oleh kedua penjahat itu. Dia langsung dijatuhkan ke tanah, dengan kedua kaki dan tangannya dipegangi dengan kuat oleh kedua pria itu.

“Hahaha, sekarang lu rasain akibatnya. Malem ini, gue nikmatin tubuh lu abis-abisan, haha.”

“Ampun, tolong jangan. Jangaaaan…”


Pria yang dilempar wajahnya dengan helm oleh Arum tadi langsung menindih tubuh Arum. Arum tak bisa bergerak karena tangan dan kakinya masih dipegangi. Pria itu dengan leluasa menjamah tubuh Arum.

Breeet…

Dengan sekali tarikan, kancing kemeja seragam Arum langsung lepas semua, membuat tubuhnya terbuka, dan hanya tertutup oleh bhnya saja. Tak puas sampai disitu, lelaki itu juga merobek bh Arum dengan parangnya, kini sempurnalah tubuh bagian depan Arum terbuka.

“Aaaaaaa jangaaaaaaann…”

“Hmmmm nyyymmmm enaak benget nih susu, kenyal, mantap, hahaha.”

Pria itu langsung melumat buah dada Arum yang memang cukup besar dan masih sekal itu. Dia begitu kasar memperlakukan Arum, sedangkan Arum hanya bisa berteriak sambil menangis, tanpa bisa melawan karena dia rasakan cengkraman di kedua kaki dan tangannya semakin erat. Mungkin mereka yang memegangi Arum ikut bernafsu juga melihat tubuh indahnya yang terbuka dan sedang dikerjai oleh temannya itu.


“Hei apa apaan ini! Cepat lepaskan wanita itu!”

Tiba-tiba terdengar teriakan seorang pria dari belakang mereka.

“Paa,, paak Jamal, tolong pak..”

Lelaki itu ternyata adalah Jamal, atasan Arum di kantornya. Jamal nampak berdiri dengan wajah penuh amarah.

“Brengsek, gangguin aja. Mau mampus lu?!”

Pria yang tadi mencumbui Arum lalu bangkit dan langsung menyerang Jamal, tapi terlihat Jalam dengan mudah menghindar, bahkan memukul balik si begal itu. Pertarungan mereka berlanjut dan Jalam berhasil membuat parang yang dipegang pria itu terlepas. Saat temannya akan membantu, tiba-tiba Jamal mengeluarkan pistol dari balik bajunya.

“Kalau masih ingin hidup, cepat tinggalkan tempat ini!” bentak Jamal.

“Jangan mau dibohongi, itu pasti cuma pistol mainan,” ucap si begal kepada temannya.

Dooorrr…


Tiba-tiba Jamal menembakkan pistol itu. Tentu saja keempat begal itu menjadi ketakutan, dan langsung lari begitu saja. Jamal mengambil parang yang tadi dibawa begal itu dan membuangnya, berjaga-jaga agar para begal itu tidak menyerang lagi dengan tiba-tiba.

“Arum, kamu nggak papa?” tanya Jamal mendekat.

Arum buru-buru merapikan pakaiannya, meskipun Jamal sempat sekilas melihat tubuh Arum yang terbuka.

“Ii,, iya, saya nggak papa pak. Terima kasih udah nolongin saya.”

“Ya udah, cepat rapikan baju kamu, kita pergi dari sini.”

Arum kemudian berdiri, dia mengikuti langkah Jamal. Mereka berjalan menuju ke tempat motor Arum tadi ditinggalkan. Dan ternyata para begal itu sudah kabur tanpa membawa motor Arum. Tas dan seisinya juga masih tergeletak disitu, hanya uangnya saja yang raib karena tadi sempat dimasukan kantong oleh begal itu.

“Kamu bisa pulang sendiri Rum?” tanya Jamal.

“Hemm,,,”


Arum terlihat kebingungan. Sebenarnya dia masih bisa mengendarai motornya sendiri untuk pulang meskipun masih agak takut. Tapi masalahnya, kancing baju Arum sudah terlepas semua, kalau dia membawa motor, dia bingung bagaimana kalau nanti bajunya terbuka dengan bebas. Rupanya Jamal menyadari hal itu.

“Ya udah, kalau gitu aku anterin kamu pulang aja.”

“Motor saya gimana pak?”

“Tinggal aja dulu, entar aku suruh orang buat ngambil.”

Akhirnya Arumpun diantar oleh Jamal dengan mobilnya. Dalam perjalanan, tak henti-hentinya Arum berterima kasih pada Jamal, karena kalau lelaki itu tidak datang tepat waktu, entah apa yang akan terjadi pada dirinya.

“Sekali lagi terima kasih pak Jamal, kalau bapak nggak datang, saya nggak tahu apa jadinya.”

“Udahlah, tadi cuma kebetulan aja aku lewat. Terus aku lihat motor kamu ada disitu, tas kamu juga berserak isinya, aku curiga ada apa-apa. Dan bener, aku denger teriakan kamu dari tempat itu tadi, makanya aku datengin. Untungnya aku bawa senjata ini, jadi bisa buat nakutin mereka.”


“Buat nakutin? Jadi itu bukan pistol sungguhan pak?”

“Bukan. Ini cuma mainan, kayak yang dibilang begal itu tadi, tapi emang mirip banget sama aslinya, dan suaranya juga kayak pistol asli kan?”

“Oh gitu? Tapi ya apapun itu, saya cuma bisa ngucapin makasih pak. Saya berhutang budi banget sama pak Jamal.”

“Ah udahlah, nggak usah dipikirin.”

Saat sampai di rumah, Arum menyerahkan kunci motor dan juga surat-suratnya kepada Jamal. Jamalpun pergi tanpa mampir, katanya tak enak dengan tetangga, apalagi saat itu aku memang belum pulang.

Saat aku pulang, dan kulihat tidak ada motornya di garasi, sempat kutanyakan kepada Arum, dan dia bilang kalau motornya bocor dan terpaksa ditinggal di kantor, tadi dia pulang diantar oleh Jamal. Saat itu Arum tidak menceritakan kejadian yang sesungguhnya, karena takut membuatku khawatir. Pakaiannya yang sudah hilang semua kancingnya juga disembunyikan, sedangkan bhnya yang robek juga sudah dibuang.


Sejak saat itulah Arum menjadi semakin dekat dengan Jamal di kantor. Rasa hutang budinya lah yang membuatnya seperti itu. Jamal sendiri terlihat lebih perhatian kepada Arum, tapi masih dalam batasan yang wajar. Tak pernah Jamal menggodanya, mengajaknya pergi berdua juga tak pernah. Paling mentok Arum diajak makan siang, itupun tak pernah hanya berdua, selalu ramai-ramai dengan teman kantornya yang lain.

Sampai peristiwa itu akhirnya terjadi juga. Minggu lalu tepatnya, saat itu Jamal mendapat undangan untuk mengikuti seminar di luar kota. Undangan itu untuk 2 orang, dan Jamal akhirnya mengajak Arum. Arum sebenarnya merasa tak enak kalau harus pergi hanya berdua saja, tapi mengingat kebaikan dan jasa Jamal kepadanya, Arum juga tak sampai hati menolaknya.

Akhirnya Arum minta ijin kepadaku. Saat itu aku mengijinkan karena Arum bilang selain dia dan Jamal, ada 2 orang lagi yang pergi bersama mereka. Akupun tak menaruh curiga sama sekali, dan saat itu tak ada prasangka buruk sama sekali. Arum berangkat pada hari kamis, dan baru akan pulang hari minggunya.

Dia dan Jamal berangkat ke kota ini dengan menggunakan mobil Jamal. Perjalanan yang mereka tempuh sekitar 3 jam. Dalam perjalanan itu Arum juga tak melihat ada hal yang mencurigakan dari Jamal, semua terasa biasa. Kecuali memang Jamal mulai sedikit terbuka dalam bicara, tidak seformal saat di kantor. Tapi itu menurut Arum masih wajar, karena tidak menyinggung hal yang bersifat pribadi.

Sesampainya di tempat tujuan, mereka langsung menuju ke hotel yang menjadi tempat acara. Rupanya panitia hanya menyiapkan 1 kamar untuk 1 undangan, yang artinya Arum harus sekamar dengan Jamal. Tapi saat itu Jamal menolak dan meminta 2 kamar meskipun harus membayar. Akhirnya setelah negosiasi yang cukup alot dengan pihak panitia dan hotel, mereka mendapatkan 2 kamar yang bersebelahan dan dihubungkan oleh sebuah connecting door.

Arum merasa lega karena tak harus sekamar dengan Jamal. Dia juga semakin menaruh respek pada Jamal karena dia yang berusaha agar tak sampai sekamar dengannya. Terlihat Jamal sangat menghormati Arum. Padahal saat itu, setelah acara berlangsung baru Arum tahu kalau selain mereka, ada beberapa pasang peserta yang statusnya sama seperti dirinya dan Jamal, yaitu atasan dan bawahan, tapi mereka tetap sekamar.


“Yaa, kamu tahulah Rum, apa yang akan mereka lakukan jika sekamar kan?”

“Hmm, tapi mereka bukan pasangan yang sah kan pak?”

“Ya jelas bukan. Mereka pasangan selingkuh, selingkuh yang terfasilitasi. Kayak gitu udah bukan hal yang aneh Rum, udah sering aku lihat yang kayak gitu.”

Arum hanya mengangguk saja, semakin besar rasa hormatnya kepada Jamal.

Acara yang diikuti oleh Arum sebenarnya terasa membosankan. Seminar dimulai hari jumat pagi, itupun hanya sampai sore jam 3. Setelah itu peserta bebas mau apa saja. Sedangkan hari sabtunya, acaranya santai, hanya senam bersama, setelah itu penutupan. Tapi karena sudah terlanjur booking hotel sampai hari minggu, jadi mereka tetap stay disini. Apalagi katanya malam harinya bakal ada acara hiburan.

Arum sebenarnya sudah ingin pulang, karena merasa acara ini sama sekali tak ada manfaatnya untuk dia, tapi dia merasa tak enak dengan Jamal, sehingga terus saja mengikuti setiap acara sampai selesai.

Cerita Seks Terjebak Hutang Budi
Pada sabtu pagi, setelah senam bersama, saat sedang beristirahat tiba-tiba ada seseorang yang mendekati Arum. Arum tidak mengenalnya, tapi lelaki itu berkali-kali coba menggoda Arum, menanyakan dengan siapa datang kesini, sampai menanyakan nomer handphone ataupun PIN BBM Arum, yang sama sekali tak diberikan, namun orang itu mulai memaksanya.

“Ehem, ada apa ya pak? Kok mepet-mepet istri saya dari tadi?”

Tiba-tiba Jamal datang dari belakang orang itu. Orang itu sempat terkejut, lalu kembali bersikap santai.

“Oh, jadi ini istri anda? Saya tidak tahu ada peserta yang suami istri disini, apa benar ini istri anda?” orang itu meragukan pernyataan dari Jamal.

“Hmm, jadi apa yang bisa saya buktikan kepada anda supaya percaya kalau dia benar-benar istri saya?” ucap Jamal yang tiba-tiba langsung memeluk dan mencium pipi Arum.

Arum sempat terkejut tapi dia tahu Jamal melakukan itu untuk meyelamatkan situasi, karena itulah dia balas memeluk Jamal.

“Oh maaf kalau begitu. Saya hanya mengagumi istri anda. Istri anda benar-benar mempesona. Ya sudah kalau begitu, saya permisi dulu. Dan saya minta maaf kalau sudah bikin anda tidak nyaman nyonya.”


Pria itu segera pergi setelah mendapat jawaban dari Arum berupa senyuman. Tanpa menunggu lama Jamal yang masih memeluk tubuh Arum mengajaknya pergi. Setelah agak jauh, dia melepaskan pelukan itu dan minta maaf pada Arum.

“Rum, maaf banget ya kalau aku udah lancang. Aku sama sekali nggak ada maksud apa-apa, hanya saja itu satu-satunya cara biar lelaki itu percaya dan segera pergi.”

“Iya pak, nggak papa, saya maklum kok.”



“Dia itu Bonar, pemimpin salah satu dinas pemerintahan di kota ini. Dia sudah terkenal playboy, suka main cewek. Di acara kayak gini, selain dengan pasangan yang dia bawa, dia udah sering nyari wanita lain buat dia tiduri.”

“Jadi, pak Jamal kenal sama dia?”

“Kenal sih nggak, cuma tahu aja. Reputasi buruknya itu udah banyak yang tahu. Karena itulah aku harus bertindak kayak gitu tadi, jadi, aku minta maaf ya?”

“Oh iya pak. Harusnya saya yang berterima kasih sama bapak.”


Meskipun sebenarnya ada rasa tidak terima, karena Jamal adalah lelaki pertama yang mencium Arum selain aku, tapi mempertimbangkan kondisinya tadi, dia bisa menerimanya, bisa memakluminya. Hal itu memang sepertinya dilakukan untuk menghindarkan bahaya yang lebih jauh untuk Arum.

Tapi karena mereka masih berada di hotel itu sampai keesokan harinya, mau tak mau jika keluar kamar, Arum harus mau bersikap lebih mesra dengan Jamal. Mereka makan siang di restoran hotel, dan kebetulan sekali meja makan yang mereka tempati berdekatan dengan pria yang tadi mendekati Arum. Pria itu duduk dengan seorang wanita cantik, tapi terus-terusan melirik ke arah Arum, membuat Arum merasa tak nyaman. Tapi genggaman tangan dari Jamal bisa sedikit menenangkannya.

Saat itu, sekali lagi Jamal berbisik kepada Arum. Dia meminta maaf tapi mereka harus berakting layaknya suami istri. Arum bingung harus bersikap seperti apa, karena selama ini dia hanya pernah berhubungan denganku. Sebelumnya, Arum tak pernah berpacaran. Melihat kebingungan Arum, Jamal terus menggenggap tangan Arum, dan lama kelamaan itu membuatnya nyaman.

Cerita Seks Terjebak Hutang Budi
Yang membuat Arum risih sebenarnya bukan genggaman tangan Jamal, tapi lelaki yang tadi menggodanya, tak pergi juga dari tempatnya, padahal sang wanita yang duduk bersamanya sudah berulang kali mengajaknya pergi. Akhirnya justru Jamal yang berinisiatif mengajak Arum pergi. Lega sudah rasanya, terbebas dari tatapan liar lelaki itu, meskipun Arum kembali harus merelakan tubuhnya dipeluk oleh Jamal.

Setelah makan siang itu Arum dan Jamal kembali ke kamar mereka masing-masing. Tak banyak yang dilakukan oleh Arum. Dia sempat beberapa kali berkirim pesan denganku, tapi karena aku sedang kerja jadi tak bisa langsung membalasnya. Meskipun hari sabtu, dan meskipun aku kerja di swasta, tapi aku tetap masuk seperti biasa.

Hingga sejam lebih Arum berdiam diri di kamar sampai akhirnya ada WA masuk dari Jamal.

“Arum, kamu lagi sibuk nggak?”

“Nggak pak, ada apa?”

“Kamu bosen nggak sih? Aku bosen banget nih. Gimana kalau kita keluar, sekalian cari oleh-oleh?”

Cerita Seks Terjebak Hutang Budi
Arum sempat berpikir sejenak. Dia memang belum berpikir untuk mencari oleh-oleh, karena juga keluar kota memang dia jarang sekali pulang membawa oleh-oleh. Tapi karena dia juga merasa bosan di kamar, akhirnya dia menyetujui usul dari Jamal.

“Boleh pak, kebetulan saya juga lagi bosen.”

“Ya udah, 10 menit lagi ya.”

Tanpa menjawab Arum merapikan dirinya. 10 menit kemudian dia sudah berjalan ke lift dengan Jamal. Dan sialnya lagi, di lift mereka bertemu dengan lelaki yang dari tadi pagi menggoda Arum. Lagi-lagi Arum harus berakting layaknya istri dari Jamal. Jamalpun tanggap, dan langsung merangkul Arum. Sampai di bawah mereka cepat-cepat keluar hotel dan menuju ke parkiran. Bokep Jepang

Sekitar 2 jam mereka berkeliling mencari oleh-oleh. Sebenarnya tak banyak yang dibeli, mereka menghabiskan waktu agar tak buru-buru kembali ke hotel dan menghadapi rasa bosan lagi disana. Saat jalan-jalan itu, entah sadar atau tidak tangan Arum tak lepas dari genggaman Jamal. Tapi hanya sebatas itu, tidak lebih. Saat itu Arum berpikir kalau Jamal mungkin ingin menjaganya, karena kondisi di tempat mereka jalan-jalan yang cukup ramai.

Dalam perjalanan pulang mereka banyak bercanda. Suasana diantara keduanya sudah lebih cair dari biasanya. Arum juga sudah mulai bisa menanggapi candaan Jamal, yang sebelumnya selalu dia tahan-tahan. Sampai di hotel, mereka kembali ke kamar masing-masing. Sebelumnya Jamal sempat bertanya apakah Arum ikut acara makan malam atau tidak.

“Rum, nanti kan ada gala dinner, kamu mau ikut nggak?”

“Hmm, nggak tahu pak. Pak Jamal ikut nggak? Kalau pak Jamal ikut kan berarti saya harus ikut.”

“Aku sih dapet undangan. Tapi kalau kamu capek ya istirahat aja nggap papa.”

“Hmm, kalau gitu saya ikut aja deh pak.”

“Ya udah kalau gitu, dandan yang cantik ya.”

“Hehe, siap boss.”

Jam 7 malam Arum sudah bersiap. Seperti pesan Jamal tadi, malam ini dia berdandan cukup cantik. Belum pernah sebelumnya dia berdandan secantik itu untuk urusan dengan orang kantornya, termasuk Jamal. Biasanya dia berdandan seperti itu jika pergi denganku. Arum kemudian keluar kamar, dimana Jamal sudah menunggunya.


“Wow, kamu bener-bener beda malem ini, cantik banget,” puji Jamal.

“Makasih pak,” jawab Arum tersipu.

“Ya udah yuk?”

Jamal menggerakkan tangannya, tanda meminta Arum untuk merangkulnya. Arumpun tanpa sungkan lagi melakukannya, jadilah mereka berjalan bergandengan. Acara makan malam itu tidak terlalu ramai, karena tidak semua peserta seminar mendapat undangan. Hanya orang-orang tertentu, yang menurut Arum mereka adalah para senior. Bahkan Jamal terlihat paling muda diantara mereka.

Semua mata tampak tertuju pada pasangan Jamal dan Arum. Para lelaki tampak mengagumi kencantikan Arum malam ini, dan itu membuatnya senang. Terlebih Jamal, dia terlihat merasa bangga dengan kondisi itu.

Makan malam itu berlangsung singkat. Sebenarnya, setelah acara makan malam masih ada lagi acara hiburan, tapi Jamal kemudian mengajak Arum untuk kembali ke kamar saja.


“Rum, masih mau disini apa balik ke kamar?”

“Pak Jamal gimana?”

“Aku bosen disini, balik aja yuk?”

“Ya udah pak, saya juga, hehe.”

Akhirnya mereka berdua kembali ke kamar. Tapi Jamal mengajak Arum untuk masuk ke kamarnya. Awalnya Arum sempat ragu, tapi Jamal bilang dia hanya ingin ada teman ngobrol saja, karena belum mengantuk, Arumpun akhirnya mau.

Di dalam kamar, Jamal menyalakan TV dan terlihat mengeluarkan sebuah botol dari dalam kulkas. Dia menyiapkan 2 buah gelas, lalu menuangkan isi botol itu ke masing-masing gelas, lalu memberikan salah satunya kepada Arum.

“Ini apa pak?”

“Itu cuma wine, tenang aja nggak ada alkoholnya kok, aman,” jawab Jamal sambil tersenyum.

Arum termasuk wanita yang lugu, dan dia percaya saja dengan ucapan Jamal. Dia sama sekali tak mengerti minuman-minuman seperti itu. Dia hanya pernah mendengar kalau minuman keras itu rasanya pahit, saat dia mencicipi minuman itu ternyata rasanya enak, dan diapun menegaknya. Mereka kemudian terlibat obrolan santai, sampai tanpa disadar Arum dia sudah beberapa kali mengisi gelasnya. Dan kini, dia mulai merasakan kepalanya pusing, dan tubuhnya agak menghangat. Dia juga merasa kalau badannya mulai lemas, bahkan tanpa sengaja dia menjatuhkan gelas yang dipegangnya.

“Loh kamu kenapa Rum?”

“Hmm nggak tahu pak, rasanya pusing, dan badan saya lemas.”

“Waduh, kayaknya kamu kebanyakan minum ini deh. Mau balik ke kamar aja?”

“Iya pak, tapi saya lemes banget.”

“Ya udah, ayo aku bantu.”


Jamal kemudian menghampiri Arum. Dia bantu Arum untuk berdiri, tapi karena tubuh Arum yang lemas, dia malah jatuh ke pelukan Jamal. Arum yang merasa pusing hanya menutup matanya. Dia hanya merasa kalau tubuhnya diangkat oleh Jamal, lalu direbahkan di ranjang. Dia tak tahu itu ranjang di kamarnya, atau masih di kamar Jamal. Dia masih menutup matanya karena masih pusing.

Arum kemudian merasakan kalau sepatu hak tinggi yang dipakainya mulai lepas satu persatu dari kakinya. Setelah itu dia merasa ranjangnya bergoyang. Saat membuka mata, ternyata Jamal sudah berada di sampingnya.

“Kamu masih pusing?”

Arum hanya mengangguk dengan tatapan sayu. Jamal hanya tersenyum.

“Ya udah, tutup lagi aja mata kamu, aku bantu biar pusingnya hilang.”

Arum tak mengerti apa maksud Jamal, tapi dia menuruti saja kata-kata lelaki itu. Saat Arum menutup matanya, dia merasakan keningnya dipijat oleh Jamal dengan lembut. Pijatan itu mulai membuatnya rileks, sehingga dia diam saja dan tetap terpejam.

Pijatan Jamal kemudian turun ke tengkuk Arum. Karena posisinya agak susah, Jamal mengarahkan kepala Arum agar menengok ke samping, sehingga dia bisa memijat tengkuknya. Tengkuk Arum adalah salah satu titik sensitifnya. Dia suka tidak tahan kalau disentuh di bagian itu, tapi saat ini dia justru merasakan nyaman dari sentuhan Jamal itu.

Cerita Seks Terjebak Hutang Budi
“Hhmmm…”

Arum bergumam tak jelas saat Jamal terus memijat tengkuknya. Perlahan-lahan Arum merasa semakin nyaman, dan tak tahu lagi apa yang sedang dilakukan oleh Jamal. Sampai akhirnya Arum terkejur dan membuka matanya. Dia terbelalak karena tangan Jamal yang tadi memijat tengkuknya kini sudah berada di payudaranya, sedang meremasnya.

“Bapak ngapain? Jangan paaak..”

“Udah kamu rileks aja sayang, ini biar pusingmu hilang.”

Arum berusaha berkelit. Dia berusaha menggerakkan tangannya untuk menepis tangan Jamal, tapi tangannya sangat lemas, tak bertenaga, jadi hanya terkesan Arum memegang tangan Jamal tanpa berusaha menyingkirkannya.

“Udah Arum sayang, kamu jangan nolak ya. Inget lho, kalau bukan karena aku, kamu udah diperkosa para begal itu tempo hari. Anggep aja ini balas budimu kepadaku.”

“Paak jangan gini, saya udah punya suami.”

“Iya aku tahu, dan karena itu aku makin penasaran sama kamu, sama tubuh kamu.”

“Paaak jangaahhmmmpp…”


Tak sampai menyelesaikan ucapannya, bibir Arum langsung dilumat oleh Jamal. Lelaki itu menciumi bibir istriku dengan sangat bernafsu. Hilang sudah sosok Jamal yang simpatik dan membuat Arum menaruh rasa hormat, berganti dengan Jamal yang bagaikan binatang buas yang siap menerkam mangsanya yang sudah tak berdaya.

Mendapati kondisinya yang lemah dan tak bisa melawan itu membuat Arum menangis. Air matanya turun tak tertahan. Dia berusaha mengatupkan bibirnya namun terlambat, lidah Jamal sudah masuk menjelajah isi mulut istriku. Cukup lama Jamal mengecup madu kenikmatan dari bibir istriku, kemudian melepaskannya. Tawanya terlihat sangat memuakkan bagi Arum saat ini.

“Sudahlah, kamu pasrah saja sayang. Kalau kamu nggak mau nurut, aku bakal kasih tubuh kamu ke begal-begal suruhanku tempo hari itu.”

Betapa terkejutnya Arum mendengar ucapan Jamal. Rupanya para begal itu adalah suruhannya. Itu berarti semua ini sudah direncanakan dengan matang oleh Jamal. Pantas saja waktu itu para begal itu dengan mudah dia kalahkan. Bahkan saat kabur, tak satupun barang berharga milik Arum yang dibawa. Kini Arum menyesali dirinya sendiri, yang dengan polosnya masuk ke perangkap Jamal.


Jamal kemudian berdiri dan melepaskan pakaiannya satu persatu. Kesempatan ini ingin digunakan Arum untuk kabur. Tapi sekali lagi, badannya sudah terlalu lemas, tak mampu bergerak. Dia akhirnya hanya bisa menatap tubuh Jamal yang sudah telanjang bulat dengan sangat ketakutan. Dia bisa melihat penis Jamal yang belum sepenuhnya ereksi, tapi besarnya sudah sama seperti punyaku yang sudah tegang maksimal.

Tidak heran memang, karena selain fisik Jamal yang lebih tinggi dan besar daripada aku, dia juga masih memiliki darah keturuan India dari keluarga ayahnya, pantas barang pusakanya pun lebih besar dan panjang daripada punyaku.

Jamal kemudian bergerak lagi menindih Arum. Dia kemudian langsung mencumbui Arum. Arum hendak menolak, hendak melawan, tapi sama sekali tak bisa. Hanya air matanya yang terus turun sampai membasahi jilbabnya.

Dalam cumbuannya itu, Jamal juga mulai melolosi pakaian Arum satu persatu. Gaun panjang Arum dia buang begitu saja, begitu juga dengan bh dan celana dalamnya. kini Arum hanya tinggal memakai jilbab yang sengaja tak dilepas oleh Jamal. Jamal sesaat memandangi tubuh istriku yang indah. Tubuh Arum langsing, perutnya masih rata. Buah dada 34B nya masih sangat kencang. Pinggulnya melebar sempurna, dengan bokong yang sangat montok. Rambut kemaluannya selalu dicukur habis sehingga terlihat sangat mulus. Ditambah kulitnya yang putih bersih tanpa cacat, membuat nafsu Jamal membuncah tak karuan.

Cerita Seks Terjebak Hutang Budi
Tanpa menunggu lebih lama, Jamal langsung menyerang tubuh istriku yang lemah tak berdaya. Tak seinchipun jengkal tubuh Arum yang terlewat dari jelajahan lidahnya. Arum merasa bergidik dengan kelakuan Jamal. Dia berkali-kali memohon agar Jamal menghentikan perbuatannya itu. Tapi siapa yang mau mendengar, saat tubuh sempurna seorang bidadari tergolek tanpa penutup di depannya.

“Aaaaah paaak jangaaaann…”

Arum merintih pelan saat kedua kakinya dibuka lebar oleh Jamal. Tak menunggu lama Jamal dengan lidahnya langsung menjilati bibir kemaluan Arum, sesuatu yang belum pernah aku lakukan sebelumnya. Ini adalah pertama kalinya organ kewanitaan Arum mendapatkan jilatan seorang lelaki, dan itu bukan dari aku, suaminya.

Arum merasakan sangat geli, tapi juga sangat terhina. Dia makin menangis, mendapati tubuh yang selama ini dia jaga hanya untukku, dengan bebas dijamah oleh orang lain, tanpa sedikitpun dia bisa melawan. Jilatan Jamal terasa luar biasa bagi Arum, tapi dia mencoba untuk menolak rasa itu. Dia masih mengingat statusnya sebagai istriku, dan mengingat kondisi ini adalah tak ubahnya sebuah perkosaan.

Cerita Seks Terjebak Hutang Budi
Tapi Arum hanya perempuan biasa yang memiliki batasnya. Akhirnya permainan lidah Jamal yang sudah sangat berpengalaman itu mampu menjebol pertahanan Arum. Tanpa bisa ditahan lagi, gelombang orgasme Arum datang begitu saja, dan Jamal dengan rakus menjilati cairan dari vagina Arum itu.

Sudah begitu, Jamal tak langsung menghentikan perbuatannya. Dia masih mengulanginya, sampai akhirnya Arum mendapatkan orgasmenya yang kedua, yang membuat nafasnya begitu terengah. Dia bahkan sampai menutup matanya, antara menikmati rasa nikmat itu, dan rasa penyesalan karena tak bisa mengontrol dirinya, hingga dibuat orgasme oleh pria lain.

Arum kembali membuka mata saat dia rasakan tubuh Jamal mulai bergerak. Dia mulai semakin merasa ketakutan saat tubuh lelaki itu mulai disejajarkan dengan pinggangnya. Jamal mulai menggesek-gesekkan ujung penisnya yang besar itu di bibir vagina Arum yang sudah cukup basah. Arum semakin menangis dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Jangan paaak, sayaa mohon jangaaaan…”

“Hahaha, udah nikmatin aja sayang. Aku hanya ingin memberimu kenikmatan, bukan menyakitimu.”

“Jangan paaa aaaaaakkkhhhh…”

Cerita Seks Terjebak Hutang Budi
Arum mulai menjerit saat kepala penis yang besar itu mulai menyeruak masuk ke bibir vaginanya. Arum merasakan sakit saat penis itu masuk meskipun baru kepalanya saja, karena ukurannya yang terlalu besar untuknya.

“Uuugh, sempit bener sayang, bener-bener nikmat.”

“Aaahh udaahhh, jangaan lagiiii…”

Tak mengindahkan kata-kata Arum, Jamal terus menekankan penisnya perlahan hingga setengahya tertanam di vagina Arum. Arum semakin kelojotan, kepalanya sampai terangkat, bibirnya terbuka lebar dan matanya tertutup rapat. Separuh penis Jamal sudah sangat menyakitinya, dan kata Arum, itu sudah seperti penisku yang hampir masuk semuanya.

“Aaaaarrrggghhhh…”

Pekik Arum saat tiba-tiba penis itu amblas semua di dalam vagina Arum. Air mata kembali turun mengalir dari matanya. Sakit dan perih, itulah yang dirasakan Arum di kemaluannya. Penis ini terlalu besar untuknya. Dia merasa seperti ada bagian dari vaginanya yang dibuka dengan paksa, yang selama ini tak terjangkau olehku. Dia juga merasakan kepala penis Jamal mentok sampai menekan bibir rahimnya, dan itu sangat menyakitkan untuknya.




“Gilaa, memek kamu bener-bener nikmat Rum. Lebih nikmat daripada yang pernah aku bayangkan selama ini,” ucap Jamal sambil mulai menciumi bibir Arum yang hanya bisa pasrah. Dia masih mendiamkan penisnya, membiarkan dinding vagina Arum beradaptasi dengan ukuran penisnya.

“Pak, lepasin aja jilbabku, aku mohon,” ucap Arum. Dia masih cukup sadar untuk hal itu. Dia tidak mau dizinai oleh orang lain dengan masih memakai penutup kepalanya. Dia tak ingin merasa semakin berdosa dengan memakainya.

“Nggak, aku kepengen ngentotin kamu dengan masih pake jilbab. Nanti, aku juga pengen ngentot kamu dengan seragam dinasmu. Aku udah lama mimpiin ini Rum, aku makin nafsu kalau kamu berpakaian seperti itu, dan tanpa melepas jilbabmu.”

Arum berusaha meraih jilbabnya sendiri untuk melepaskannya, tapi tangannya ditahan oleh Jamal.

“Jangan melawan, atau aku bener-bener akan kasih tubuh kamu ini ke para begal itu. Mereka itu preman jalanan yang sering tidur sama pelacur pinggir jalan, tanpa pengaman. Entah mereka punya penyakit atau tidak. Coba kamu bayangin, seorang istri yang setia, istri yang alim seperti kamu, tiba-tiba terkena penyakit seksual, apa kata suamimu coba?”


Arum mendelik tak percaya dengan ucapan Jamal. Dia tak percaya betapa jahatnya orang yang sebelumnya sangat dia percaya dan hormati itu. Tapi di dalam hati Arum juga muncul ketakutan, kalau Jamal benar-benar melakukan ancamannya itu. Dia tak ingin terkena penyakit seperti apa yang dikatakan Jamal, sehingga perlahan perlawanannya pun runtuh sudah. Arum pasrah, dan hanya bisa menangis. Melawan sudah tak ada gunanya, vagina yang selalu dia jaga hanya untukku, telah berhasil dimasuki paksa oleh orang lain.

Kepasrahan Arum membuat Jamal tersenyum penuh kemenangan. Dia langsung menciumi wajah Arum. Bahkan tanpa merasa jijik, dia menjilati setiap air mata Arum yang mengalir dari matanya. Hal itu yang malah membuat Arum jijik. Sejurus kemudian Jamal mulai menggerakan pinggulnya maju mundur perlahan. Arum hanya bisa mengatupkan bibirnya rapat-rapat, menahan desahan dan rintihan. Dia masih merasakan sakit di liang kewanitaannya itu.

Tapi rupanya Jamal memang bukan anak kemarin sore, dia adalah lelaki yang berpengalaman dalam menaklukan wanita. Dia tahu bagaimana cara membuat wanita seperti Arum bertekuk lutut, kalah total kepadanya. Sambil terus menggenjot tubuh Arum, dia mulai merangsang bagian-bagian sensitif tubuh Arum. Mudah saja baginya untuk menemukan titik-titik rangsangan itu.


Dia jilatin daerah sekitar leher Arum, dia remas lembut kedua payudara Arum, dan dia mainkan kedua puting susunya yang masih berwarna cokelat muda itu. Dan lagi-lagi, Arum hanyalah seorang wanita biasa, dimana pengalaman seksnya hanya sebatas apa yang selama ini dia lakukan denganku. Dia dengan mudah terangsang oleh semua perbuatan Jamal, hingga tubuhnya mulai merespon gerakan pinggul Jamal.

Melihat hal itu Jamal semakin tersenyum lebar, sementara Arum semakin menangisi kekalahannya. Jamal mulai meningkatkan tempo goyangannya, dan gerakan penisnya semakin lancar karena vagina Arum juga sudah semakin basah. Rasa sakit yang tadi mendera Arum perlahan mulai menghilang, tapi dia masih berusaha keras untuk tidak memperlihatkannya. Dia masih mempertahankan statusnya sebagai istri setia, yang berusaha tidak menikmati saat sedang disetubuhi paksa oleh pria lain.

Dan sekali lagi, pertahanan Arum jebol lagi setelah sekitar 5 menit digoyang oleh Jamal dengan tempo yang sedang. Arum memalingkan wajahnya saat akan merasakan orgasme, tapi tangan Jamal menahannya, sehingga mau tak mau Arum memperlihatkan ekspresinya ketika orgasme kepada Jamal, dan itu semakin membuat Jamal bernafsu. Jamal tak memberi kesempatan kepada Arum untuk menikmati orgasmenya, tapi dia langsung menyerang Arum lagi dengan kecepatan yang lebih tinggi. Bokep KOREA

Cerita Seks Terjebak Hutang Budi
Arum kelabakan, desahannya mulai tak tertahan. Beberapa kali dia tak kuasa membiarkan desahannya terdengar oleh Jamal. Setiap desahan dari mulut Arum seperti perangsang bagi Jamal untuk terus meningkatkan temponya, hingga akhirnya 3 menit kemudian Arum kembali menyerah dalam birahinya.

“Ssssshhhhhh aaaaaaaaahhhhhhh…”

Kali ini Arum tak dapat menahan desahannya ketika orgasmenya melanda lagi. Dari lelaki yang bukan suaminya itu, dia sudah 4 kali orgasme, jumlah yang sama dengan yang biasa dia dapat saat bersetubuh denganku. Tapi bedanya, kalau biasanya Arum orgasme sebanyak itu dan aku sudah menyemburkan spermaku, saat ini Jamal terlihat belum apa-apa. Lelaki itu tersenyum penuh kemenangan melihat Arum susah payah mengatur nafasnya.

Jamal menghentikan gerakannya, kemudian mencium bibir Arum. Kali Arum membiarkan saja, dan sedikit membalas ciuman dari Jamal itu.

“Aku mau keluar, di dalam atau dimana?” bisik Jamal.

“Jangan, jangan di dalam, tolong jangan di dalam,” pinta Arum memelas.

Jamal tak menjawab, dia hanya tersenyum, lalu mencabut penisnya. Tak membuang waktu, Jamal membalikkan tubuh Arum hingga tengkurap. Dia tarik pantat Arum, lalu menaruh sebuah bantal untuk membuat pantat itu tetap menungging, karena Arum masih dalam keadaan lemas. Arum sudah pasrah akan dimasuki lagi vaginanya oleh Jamal, tapi kemudian dia terkejut saat merasakan sesuatu yang lain.

“Paaak, saya mohon, jangan disituu…” ucap Arum panik.


Arum panik karena merasakan sesuatu yang keras menggesek bibir analnya, bukan di bibir vaginanya. Arum tentu ketakutan, karena belum pernah sekalipun lubang belakang itu aku gunakan. Dia tak bisa membayangkan betapa sakitnya lubang yang sempit itu dimasuki penis Jamal yang begitu besar.

“Ooh, jadi yang disini masih perawan ya? Baiklah, malam ini akan aku perawani lubang belakangmu sayang, hahaha.”

“Jangan pak, jangaaaan…”

Permohonan Arum sama sekali tak digubris oleh Jamal. Dia terus saja mencoba memaksa menekankan kepala penisnya yang besar di lubang anus Arum yang masih sangat sempit. Arum berusaha menghindar, tapi kedua tangan Jamal dengan kuat memegangi pinggangnya. Apalagi saat ini tubuh Arum benar-benar masih lemah, efek dari minuman tadi, dan rasa lelah setelah dibuat berkali-kali orgasme oleh Jamal.

“Aaarrgghh sakiiiit.. udaah paaak, udaaah sakiiiiiittt…”

Teriakan Arum terdengar, namun tak terlalu keras karena masih lemah. Dia berteriak saat kepala penis Jamal berhasil membuka sedikit lubang pantat itu, dan itu sangat membuat Arum kesakitan. Jamal bukannya berhenti, malah terus melanjutkan aksinya. Penis itu perlahan-lahan semakin masuk. Arum semakin kesakitan, dia menjerit. Tangannya sampai meremas kuat sprei putih ranjang itu. Sementara itu Jamal juga meringis merasakan betapa ketatnya lubang pantat Arum mencengkram penisnya.

“Aaaahh bangsaaat, sempiit bangeeet…”

“Aaaaaaaarrrkkkkkhhhhh…”


Lengkingan jeritan Arum terdengar saat penis itu berhasil masuk sepenuhnya di lubang anus Arum. Dia menangis sejadi-jadinya. Rasa sakit yang teramat sangat, bahkan lebih sakit daripada saat aku perawani dulu, dan juga saat pertama kali tadi penis Jamal mempenetrasi lubang vaginanya.

Jamal mendiamkan penisnya sejenak, karena dia juga merasakan nyeri di penisnya. Tapi lebih daripada itu, Jamal merasakan kenikmatan yang tiada tara. Bahkan Jamal tertawa gembira saat melihat ada lelehan cairan merah yang keluar dari lubang anus Arum, darah.

Setelah beberapa saat mendiamkan penisnya, Jamal mulai bergerak maju mundur dengan perlahan. Dia tak peduli tangis kesakitan dari Arum, dia terus menjejalkan penisnya di lubang sempit yang baru saja dia perawani itu. Jamal bahkan beberapa kali memukul pantat Arum yang montok, meninggalkan bekas kemerahan disana.

Lima menit lebih Jamal memperkosa anus Arum, dan Arum sama sekali tak merasakan apapun selain rasa sakit yang teramat sangat. Arum belum berhenti menangis, dan Jamal belum berhenti bergoyang. Menit ke 8 gerakan Jamal mulai semakin liar. Arum tahu Jamal akan segera memuntahkan spermanya, tapi dia tak peduli, dia hanya bisa merasakan sakit yang teramat saat ini.

“Aaahhh Arruuumm, sayaaaaang, aku keluaaaaarrrr…”

Arum menutup erat bibirnya, saat dia rasakan cairan kental dan hangat beberapa kali menyembur di dalam lubang anusnya. Cukup banyak cairan itu keluar, hingga tak tertampung dan meluber keluar. Jamal pun tak berlama-lama membiarkan penisnya disitu, dia menariknya keluar, hingga cairan spermanya pun ikut mengalir keluar bersama dengan darah dari lubang anus Arum.

“Luar biasa, benar-benar nikmat Rum. Jauh melebihi apa yang aku kira. Tubuhmu benar-benar sempurna, benar-benar nikmat.”

Tak henti-hentinya Jamal memuji Arum. Tapi Arum yang tergolek tak berdaya masih terus menangis. Jamal membiarkannya saja, dia sendiri mengistirahatkan dirinya. Setelah cukup lama, Jamal mengangkat tubuh Arum ke kamar mandi. Sebelumnya dia menarik lepas jilbab Arum sehingga rambut panjangnya tergerai bebas.

Di dalam kamar mandi, Jamal memandikan tubuh Arum, membersihkan kedua lubang di pangkal pahanya. Arum merasakan perih saat air dari shower menyentuh lubang kemaluan dan anusnya, tapi dia tak bisa berbuat apa-apa, hanya pasrah dengan apa yang dilakukan oleh Jamal.


Setelah membersihka tubuh Arum, Jamal kembali mengangkat tubuhnya, dan membaringkannya lagi di ranjang. Barulah disitu Arum menyadari kalau dia masih berada di kamar Jamal, belum pindah ke kamarnya sendiri.

Setelah cukup pulih, Jamal meminta Arum untuk memakai kembali pakaiannya yang tadi, lengkap dengan jilbabnya. Tapi bukannya membiarkan Arum kembali ke kamar, Jamal kembali menyetubuhi Arum dengan hanya mengangkat ujung gaun panjangnya sampai ke pinggang dan menurunkan sedikit celana dalamnya Arum. Dia menyetubuhi Arum dari belakang, dengan posisi menghadap ke sebuah cermin besar. Arum dipaksa untuk melihat ke arah cermin itu, dipaksa untuk melihat bagaimana ekspresinya ketika sedang diperkosa oleh pria itu.

Malam itu, berulang kali Jamal menyetubuhi Arum hingga Arum tak sadarkan diri. Berbagai posisi mereka peragakan. Arum juga dipaksa untuk mengulum penis Jamal, sesuatu yang sangat jarang dia lakukan kepadaku. Jamal juga sampai mengeluarkan spermanya di dalam mulut, di dalam anus, di dalam vagina, dan di wajah Arum yang masih memakai jilbab. Permainan mereka baru berhenti saat menjelang subuh. Arum sudah tak sadarkan diri, dengan pakaian yang acak-acakan dan penuh dengan bercak sperma.

Siang harinya mereka terbangun sekitar jam 10. Arum kembali menangis mendapati dirinya terbangun dalam dekapan Jamal yang masih telanjang. Tangisan Arum rupanya membangunkan Jamal. Dia mencium mesra bibir Arum, tanpa mendapat balasan dari Arum.


Akhirnya Arum diijinkan untuk kembali ke kamarnya, untuk bersih-bersih dan sekalian siap-siap untuk pulang. Sebelum pulang meninggalkan hotel itu, Arum kembali dipanggil oleh Jamal ke kamarnya. Arum mengira Jamal akan menyetubuhinya sekali lagi, tapi ternyata bukan itu. Arum dipanggil Jamal untuk diperlihatkan sesuatu yang lebih mengerikan lagi.

Arum terkejut bukan main saat Jamal memperlihatkan sebuah kamera yang menampilkan adegan persetubuhan mereka. Dia baru sadar kalau apa yang menimpanya itu ternyata direkam oleh Jamal. Hatinya semakin hancur, karena dia yakin Jamal akan menggunakan video itu untuk mengancamnya di kemudian Hari.




“Kamu tahu kan apa yang harus dilakukan agar video ini tak sampai tersebar?”

Arum hanya mengangguk, dan mendapat balasan tawa memuakkan dari Jamal.

Setelah itu mereka langsung pulang. Perjalanan memakan waktu 3 jam lamanya. Sampai di depan rumahku, Arum tak langsung turun karena masih mengulum penis Jamal. Ya, selama perjalanan, terutama saat sudah mendekati daerah rumahku, Jamal meminta Arum untuk mengulum penisnya sampai keluar. Dan ketika lelaki itu menyemburkan spermanya ke mulut istriku, yang mau tak mau harus tertelan semua, barulah Arum dipersilahkan turun.

Setelah Jamal pulang, Arum langsung masuk dan menyalamiku yang sedang lembur mengerjakan tugas dari bosku. Aku awalnya tak begitu memperhatikannya. Barulah setelah selesai pekerjaanku, kuperhatikan cara jalan Arum agak aneh. Setelah kupaksa cerita, akhirnya dia menceritakan semua ini secara gamblang.

Betapa hancurnya hatiku mendengar itu semua. Arum menangis tersedu-sedu dan berkali-kali minta maaf kepadaku. Jelas saja aku memaafkannya, karena ini sama sekali bukan salahnya. Ini salah Jamal, si bajingan keparat itu. Tapi ini juga salahku. Kalau saja aku tidak memberinya ijin untuk pergi, tidak mungkin dia mengalami nasib semalang ini. Tapi kalaupun aku tidak mengijinkannya, Jamal pasti punya cara lain untuk bisa menjebak Arum.

Setelah emosiku turun, akupun memeluk istriku, yang tampak masih takut-takut kepadaku. Aku berusaha menenangkannya, meskipun hatiku sendiri sedang dibakar oleh amarah. Aku berjanji akan membuat perhitungan dengan Jamal, entah bagaimanapun nanti caranya. Apalagi kata Arum, dia bukanlah satu-satunya wanita yang sudah dijebak oleh Jamal. Selain dirinya, ada beberapa lagi teman kantornya, yang juga dijebak dengan berbagai cara, tapi kebanyakan seperti yang dialami oleh Arum.


Arum baru tahu itu tadi dalam perjalanan, Jamal menceritakannya. Dan dari semua wanita yang sudah berhasil ditaklukan oleh Jamal itu, sampai sekarang masih terus melayani setiap kali Jamal meminta. Mereka, sama seperti Arum, tak punya pilihan lain karena takut dengan ancaman video itu. Hanya saja, cuma Arum yang mungkin berani mengatakan hal ini kepada suaminya, yaitu aku.

“Udah umi, abi janji pasti akan buat perhitungan dengan lelaki biadab itu.”

“Tapi gimana bi? Umi takut nanti abi kenapa kenapa.”

“Abi juga belum tahu, tapi yang pasti abi nggak akan tinggal diam. Umi nggak usah khawatir sama abi, mungkin nanti abi akan buat perhitungan, tapi dengan bantuan orang lain, jadi abi nggak akan kenapa kenapa. Yang penting, umi sekarang tenangin diri dulu ya?” Nonton Bokep

Arum hanya mengangguk. Aku terus menemaninya sampai dia tertidur. Dalam benakku, aku masih bingung dengan apa yang akan kulakukan. Tapi bisa kupastikan, aku tidak akan tinggal diam saja, aku akan menuntut balas pada lelaki jahanam itu, akan kubuat dia menyesal karena telah berani menyentuh istriku.




Sports

Business

Life & style

Games

Fashion

Technology