Cerita Sex Terbaru Kenikmatan Yang Tidak Pernah Aku Dapatkan – Aku memang sudah pernah merasakan nikmatnya hubungan sex . Dengan wanita yg cantik pula. Namun aku merasa kurang puas. Aku belum pernah merasakan memek perawan. kata temanku memek perawan itu sangat nikmat. Bahkan di tempat tempat porstitusi harga perawan bisa mencapai 5juta.
Bandingkan dengan yg sudah tdk perawan. SPG montok dan binal saja hanya dihargai sekitar 200ribu. Tapi jika aku harus pergi ke tempat seperti itu, punya uang dari mana ? Makanya aku ingin merasakan memek perawan secara gratis. Dan di sekolahku ada seorang cewek bernama Tari. Dia sangat cantik. Tubuhnya seksi dan payudaranya montok. Namun aku yakin dia masih perawan karena sifatnya yg baik. Dia bukan cewek gampangan seperti kebanyakan cewek cantik di sekolahku. Dia sangat sulit untuk ditahklukkan. Bahkan dia tdk segan membentak laki-laki yg berniat mesum padanya.
Aku pun berniat untuk menidurinya. Namun aku harus punya rencana untuk mendekatinya. Aku harus mendekatinya dengan cara halus. Tdk boleh menunjukkan bahwa aku mendekatinya karena nafsu.
Dan seperti tertimpa durian jatuh, aku menemukan buku tugasnya tergeletak di jalan menuju sekolah. Di buku tersebut tertulis nama dan kelasnya. Mungkin buku tersebut terjatuh. Dan benar saja, saat aku ke kelsnya untuk mengembalikan buku itu, aku melihat Tari tampak kebingungan. Mungkin dia sedang mencari buku itu. Akupun mendekatinya,
“maaf, kamu yg bernama Tari Restiyani kan ?” .
“Iya, siapa ya?”,tanya Tari.
“Kenalin, aku Hendra. Mmm, aku tadi nemuin buku ini di jalan. Punyamu kan?”,tanyaku sambil memberikan buku itu.
“Ah iya bener. Makasih banget ya kamu udah nemuin buku aku. Kalo nggak ada kamu mungkin aku akan kena hukuman karena di buku ini ada PR yg harus dikumpulkan nanti”,jawab Tari dengan wajah gembira.
Aku pun berniat ke kelasku namun Tari menahanku,
“Eh, kamu kelas berapa?” .
“aku kelas 12 IPA 3”,jawabku lalu pergi.
Nggak taunya waktu istirahat Tari sudah menunggu di depan kelasku dan mengajak makan bareng di kantin. Karena aku memang cowok yg pandai bergaul, aku pun cepat akrab dengan Tari. Bahkan kami berjanji nanti bakal pulang bareng. Jelas keuntungan bagiku karena selain aku bisa berduaan dengan Tari aku juga bakal segera tau rumah Tari. Setelah tahap awal berhasil dengan mulus, aku berniat untuk melakukan rencana kedua. Malam minggu ini aku ingin pergi kerumahnya. Aku sudah ijin Novita dengan alasan ada acara keluarga. Aku pun menemui Tari sepulang sekolah,
“Ri, malem minggu kamu keluar nggak ?” .
“enggak. kenapa?” . Aku pun menjawab.
“Aku tadi ada tugas Bahasa Mandarin nih. Susah banget. Kamu kan jago Bahasa Mandarin, ntar malem aku ke rumah kamu ya?” .
“Mmmm, jangan deh. Orang tuaku lagi keluar. Aku dirumah sendirian”, kata Tari.
Wah, asyik nih. Kataku dalam hati.
“emang kenapa Ri. Aku nggak punya niat jahat kok”, kataku.
“eh bukan begitu. Aku juga nggak punya pikiran begitu kok.Tapi aku takut nanti kalo ada tetangga lihat terus ada fitnah. Kan kamu juga yg kasian”, kata Tari menjelaskan. Namun aku tetap memaksa,
“nggak bakalan deh. Lagian niatku kan mau minta tolong. Masa kamu nggak mau nolongin aku sih ?” . Tari tampak bimbang. Namun akhirnya dia mengijinkanku.
Malamnya aku ke rumah Tari jam 7. Agar tdk ada yg curiga, aku membawa tas. Namun sumpah itu tas nggak ada isinya. . Saat mengetuk pintu, Tari membuka pintu dengan memakai baju tidur. Sejenak aku memandangi tubuh Tari dan saat aku lihat tampaknya dia tdk memakai bra. Namun pandanganku dikejutkan oleh Tari,
“eh, elo ngapain liat-liat gue kaya gitu? Elo naksir gue ya ?” . Aku jadi salah tingkah.
“eh, anu….nggg….enggak kok”, kataku.
“atau elo suka sama tubuh seksi gue?”,kata Tari kemudian.
“bisa aja kamu”,kataku. Dan kamipun tertawa lepas.
Ya, pertanyaan yg diajukan Tari tadi memang hanya candaan. namun aku benar-benar mengagumi tubuh seksinya.
“udah, langsung ke kamarku aja. Ntar Bahasa Mandarinnya dikerjain di kamar”, ajak Tari.
Tari memang tdk menaruh curiga terhadapku. Baginya aku adalah sahabat yg baik dan tdk mungkin berbuat jahat padanya. Makanya dia dengan enteng mengajakku ke kamarnya. Tempat dimana aku dengan mudah akan menodai kesucian tubuhnya. Saat sampai di kamar aku bertanya,
“tapi bener neh, ortu kamu lagi nggak ada?” .
“nggak ada. Mungkin mereka pulang besok sore. Emang kenapa?”,tanya Tari.
“nggak apa-apa kok. Aku takut aja kalo ortumu ada di rumah pasti marah kamu berduaan dengan laki-laki di kamar”, kataku.
“ooh, nggak ada kok. Nyantai aja. Mana tugasnya?”,tanya Tari.
“nggak ada tugas kok”.
“lho, terus kamu kesini mau ngapain ?”,tanya Tari dengan terkejut.
Aku tdk menjawabnya. Aku lalu mendorongnya hingga terlentang di ranjang. Aku menindihnya.
“jangan kurang ajar ya. Lepasin !!”, bentak Tari.
“nggak akan pernah Ri…. Kamu cantik sekali Tari…”, kataku sambil merogoh baju tidur yg dia kenakan dan meremas payudaranya.
“Bajingan…! Lepasin aku !”, teriak Tari sambil meronta.
“kamu terlalu bodoh Ri… Banyak yg bilang mendekatimu adalah hal yg sulit. Namun sekarang aku tdk hanya berhasil mendekatimu. Aku akan mendapatkan keperawananmu….”, kataku sambil terus menahannya.
Tari tampak mengeluarkan air mata.
“Owwh, jangan menangis sayang. kita akan bersenang-senang malam ini”, kataku sambil melepas pakaian yg Tari gunakan.
Dan benar saja, dia tdk memakai bra dan CD. Aku lalu meremas-remas payudaranya yg kenyal. Tari masih terus meronta namun tdk sekuat tadi. Tubuhnya mengeluarkan keringat. Entah itu karena kehabisan tenaga atau karena mulai merasakan kenikmatan.
Setelah aku puas meremas payudara Tari, aku menggunakan mulutku untuk menyedot payudara Tari. Tari tampak menggelinjang namun tetap terdiam. Mungkin dia masih malu mengakui kalau sebenarnya dia juga menikmati permainanku. Setelah kira-kira lima menit, aku pun melepas pakaianku sehingga kini kami sama-sama telanjang bulat. Namun saat aku hendak memasukkan k0ntolku ke memek Tari, dia menahanku,
“aku mohon Ndra….jangan lakuin ini. Aku masih perawan. Cari wanita lain yg pintar untuk memuaskanmu” .
“Tari sayang, kamu nggak perlu takut. Aku tdk akan menyakitimu”. Akupun mulai menempelkan k0ntolku di bibir memek Tari. Tari tampak mengeluarkan air mata.
Aku dorong k0ntolku pelan-pelan. Aku merasakan kenikmatan yg belum pernah aku rasakan sebelumnya karena Tari benar-benar masih perawan. Saat aku memasukkan sekitar setengah dari panjang k0ntolku, Tari merintih,
“awwww, ampun Ndra. Sakit….perih” .
“Tenang Ri. Sebentar lagi rasa sakit itu akan berubah menjadi kenikmatan….”,kataku sambil terus memakasa k0ntolku untuk menembus selaput dara keperawanannya.
Namun tampaknya Tari benar-benar merasakan sakit yg luar biasa. Dia menjerit,
“aaaaaa….sakit !! Lepaskan aku bajingan !!!” . Aku jadi merasa kasihan. Aku menghentikan gerakanku sebentar. kemudian aku mencoba menenangkannya.
“Kamu tenang saja Ri…. Rasa sakitnya hanya sebentar kok…” . Tari kembali menangis.
Namun aku sudah tdk peduli. Aku terus mendorong k0ntolku dan akhirnya aku berhasil memasukkan seluruh k0ntolku ke lubang memeknya. Selaput daranya pecah. Darah keperawanannya berceceran di kasur. Tari terus menangis. Mungkin dia menangisi keadaannya sekarang yg sudah tdk perawan.
“Kenapa kamu tega melakukan ini. Aku sudah salah menilaimu. Kamu tdk beda dengan laki-laki lain….”,kata Tari sambil terus menangis.
Dia berusaha mendorongku. Namun aku menahannya dan mulai melakukan gerakan maju mundur menggenjot tubuhnya. Tari masih terus memberontak namun lama kelamaan dia semakin tenang. Tampaknya dia mulai merasakan nikmatnya bersetubuh. Mulutnya terus berkata,
“tolong lepaskan aku….aku mohon” . Namun dia tdk berusaha melawanku lagi.
Bukti bahwa ada perentangan antara mulut atas yg terus memintaku melepaskannya namun mulut bawah ingin aku meneruskan genjotanku. Pada akhirnya pun mulutnya sudah tdk lagi menyuruhku melepaskannya namun sekarang yg keluar dari mulutnya adalah desahan-desahan kenikmatan,
“ah…ah…ah…” . Desahan itu semakin membuatku bernafsu.
Aku mempercepat gerakanku dan berusaha untuk memagut bibirnya. Awalnya dia menolak namun akhirnya dia membuka mulut dan menjulurkan lidahnya. Aku pun dengan cepat menciumnya dan bibir kami berpagutan cukup lama. Keringat yg keluar dari tubuh Tari terus bertambah. Mungkin dia akan segera orgasme. Bahkan dia sekarang sudah tdk malu lagi mengikuti irama gerakanku dengan ikut menggoyangkan pinggulnya.
“hahaha. Ternyata kamu menikmatinya juga Tari”,kataku penuh kemenangan.
Aku mempercepat gerakanku. Nafas Tari semakn cepat dan tak lama kemudian Tari orgasme. Namun aku tdk menghentikan gerakanku karena aku belum ada tanda-tanda akan segera orgasme. Kali ini Tari hanya diam. Tubuhnya lemas. Dia tdk punya kekuatan lagi untuk melawan. Tiba-tiba dia berbisik,
“Ndra….” .
“Iya sayang…” .
“Aku mohon jangan keluarin di dalam ya…. Aku belum siap untuk hamil…”,pinta Tari dengan wajah memelas.
“Oke jika itu maumu….”,kataku sambil mencabut k0ntolku. wajah Tari tampak lebih tenang. Namun dia kembali kaget saat aku menempelkan k0ntolku di bibirnya.
“apa yg akan kamu lakukan?”.
“Tari sayang…. Aku sudah menuruti permintaanmu. Sekarang kulum k0ntolku dong…”.
“nggak mau !!”, kata Tari.
“kamu jangan bodoh Tari. Kalo kalo tdk mau, aku akan memperkosamu dan jika kamu hamil dan mengatakan bahwa aku yg menghamilimu, tdk akan ada orang yg percaya karena tadi tdk ada yg melihatku kesini…” . Tari tdk punya pilihan lain.
Tari kembali meneteskan air mata namun akhirnya dia membuka mulut. Aku segera memasukkan k0ntolku ke mulutnya.
“Kamu tau yg harus kamu lakukan kan sayang…?” . Tari hanya mengangguk.
Kali ini aku yag tidur terlentang dan Tari menyepong kontolku sambil duduk.Tak lama kemudian dia sudah menggerakkan kepalanya maju mundur sambil sesekali menghisap k0ntolku. Namun dia terus menangis.
“kamu pintar Ri…”. Kali ini aku sudah tdk tahan lagi.
Aku akhirnya orgasme dan menumpahkan seluruh air maniku di mulut Tari. Aku mencabut k0ntolku. Tari tampak akan membuang spermaku yg ada dimulutnya. namun aku menahannya,
“jangan dibuang dong sayang. Telan sampai habis !!!”. Dengan terpaksa Tari menelan semua spermaku.
“sekarang, bersihin kontolku dong….”. Tari berniat mengambil tissu yg ada di meja samping tempat tidur.
“eeeh, jangan pakai itu dong… pakai mulut…” .
“Kamu jahat sekali sih…”, kata Tari dengan pelan.
Namun akhirnya dia menjilati sisa-sisa sperma di k0ntolku sampai bersih. Dan entah kenapa aku senang sekali melihat Tari tersiksa. Setelah semua selesai, Tari tampak terkejut melihat darah yg berceceran di sprei kamarnya. Mungkin dia takut orang tuanya tau. Dia kembali menangis. Aku memeluknya.
“Kenapa Ri… Semuanya sudah selesai…” .
“bagaimana jika ayahku tau…pasti aku akan diusir…” .
“Tari, ortumu pulang besok sore kan?”.
“iya…” .
“Kita masih punya waku sehari untuk merapikan kamarnu dan membersihkan sprei ini” . Aku pun lalu mencium kening Tari.
“malam ini kita tidur ya. Kamu pasti capek” .
“kamu tidur diluar aja ya…”, kata Tari.
“ya enggak dong Ri. Aku tidur disini nemenin kamu” .
“nggak usah. Aku tidur sendiri aja”,kata Tari terus menolak.
“Tari, kamu nggak mau aku menghamilimu kan ?”, kataku dengan nada mengancam.
“Yaudah. Aku pakai baju tidurku dulu….” .
“ohh, nggak usah Tari. Tidur telanjang lebih enak. Aku yg akan menghangatkanmu…” . Tari pun pasrah.
Dia merebahkan diri di ranjang dan aku segera mengambil selimut dan tidur berdua. Paginya aku mengajak Tari untuk mandi bareng dan anehnya Tari langsung mau tanpa melakukan penolakan terlebih dahulu. Di kamar mandipun kami sempatkan untuk berhubungan intim dan tampaknya Tari lebih nurut dan tdk malu-malu mengatakan,
“oh sayang, nikmat sekali. Aku mencintaimu…” . Mungkin baginya tdk ada lagi yg perlu dipertahankan karena keperawanannya sudah aku renggut. Lebih baik ikut menikmati saja.
Dan setelah orgasme, kami membersihkan diri. Seperti janjiku pagi itu aku membantunya mencuci sprei kamar tidurnya. aku menjemurnya dan menunggunya hingga kering. Siangnya aku memasang kembali spreinya dan membantu merapikan kamar Tari yg berantakan. Sebelum aku pulang, aku memeluknya dan berkata.
“Ri, kamu nggak bakalan cerita ke siapapun kan ?” .
“nggak…” .
“bagus Tari. Biarlah ini menjadi rahasia kita berdua…” . Aku pun pulang dengan gembira.
Hari Senin kami kembali masuk sekolah dengan wajar. Saat istirahat aku menemui Tari. Dia tampak murung.
“apa ortumu tau ?” . Tari menggeleng. Aku memeluknya.
“semua akn baik-baik saja”,kataku dan mengajaknya ke kantin sekolah.
Aku mencoba mengibur Tari yg masih tampak sedih. Dan tak butuh waktu lama untuk membuatnya kembali tersenyum. Aku benar-benar laki-laki yg beruntung karena Tari mau menjadi pacarku. Dan dia bersedia melayaniku kapanpun aku mengajaknya ML.
Namun dia mengajukan syarat yaitu aku harus menggunakan kondom atau jika aku tdk mau menggunakan kondom aku tdk boleh mengeluarkan spermaku di dalam memeknya. Aku pun menerima syarat yg dia ajukan karena masih banyak cara untuk membuatku puas. Aku bisa saja menggesek-gesekkan k0ntolku di belahan dadanya yg montok atau menyuruhnya menyepong k0ntolku.
No comments:
Post a Comment