Wednesday, December 5, 2018

Cerita Sex Terbaru Kepuasan Yang Di Berikan Tuan Aku Di Lapangan Golf


Cerita Sex Terbaru Kepuasan Yang Di Berikan Tuan Aku Di Lapangan Golf

Cerita Sex Terbaru Kepuasan Yang Di Berikan Tuan Aku Di Lapangan Golf – Aku bekerja disebuah perusahaan dibagian pembelian. Tugasku ya ngurusin semua pembelian yang dilakukan kantor, termasuk kontak suppliernya. Bosku ingin menservis beberapa pejabat yang suka banget maen golf, makanya aku usulin untuk buatkanmembership padang golf aja selama setahun. Bos setuju, dan dia suruh aku nyari padang golf mana yang bonafid dan gak terlalu mahal membership feenya.

Setelah survei kesana kemari, akhirnya aku kontak salah satu padang golf yang cukup punya nama, dan minta untuk ngirim marketingnya untuk diskusi bersamaku. Pada waktu yang sudah ditentukan, datanglah seorang wanita muda yang cantik dan seksi, dari padang golf yang kutelpon. Dia mengenakan pantalon dan blazer yang tidak bisa menyembunyikan kemontokan toketnya.

Aku tidak dapat menyembunyikan kekagumanku pada wanita tersebut, Dina namanya. Mataku jelalatan menelusuri bodi seksinya dari ujung rambut sampai ujung kaki. Pandanganku fokus ke arah payudaranya yang montok. Kelihatan Dina mengerti apa yang kuinginkan. Dibukanya kancing blazernya dengan alasan panas, sehingga nampaklah belahan toketnya mengintip dari balik tank topnya yang belahan dadanya rendah.

Pembicaraan mengalir cepat, karena dia sudah dibekali dengan kebijakan mengenai harga dan lain-lain, maka dia bisa menjawab semua pertanyaan yang kuajukan. Dia membuat janji lagi untuk membawa proposal yang berisikan perjanjian-perjanjian lisan yang telah disepakati. Aku melahap tubuhnya dengan pandangan yang penuh napsu.
Pada hari yang dijanjikan, aku menelponnya mengatakan bahwa penandatanganan proposal akan dilakukan di apartemen kantor saat makan siang.

Aku juga mengelola beberapa apartment yang disewa kantor untuk tamu-tamu VIP. Kebetulan adaapartment yang sedang tidak digunakan, makanya aku mengundang Dina untuk keapartment tersebut. Terus terang aku sudah sangat tergiur dengan kemolekan tubuhnya. Dina tiba tepat pada waktunya. Aku menyambutnya dengan mata berbinar-binar, saat itu dia menggunakan pakaian yang sama jenisnya dengan ketika ketemu pertama kali di kantor.

Aku santai saja, dasi sudah kulepas, tangan baju juga sudah kugulung. Aku mengajaknya langsung ke meja makan dan menyantap makanan yang sudah kusiapkan sambil ngobrol ke sana kemari. Akhirnya obrolan menjurus kearah yang aku inginkan.

“Dina, kamu cantik sekali, sexy lagi”, rayuku. “Kalau proposal ditandatangani
, saya dapet bonus apa?”.
“Bapak maunya apa?”, tantangnya.
“Maunya Dina, boleh gak”, kataku to the point.
“Maksudnya ditemani Dina, gitu pak”, jawabnya sambil tersenyum.
“Iya Dina nemenin saya di apartment ini, mau gak”, kataku menjelaskan.
“Siapa takut”, jawabnya.
“Tapi bapak tandatangani dulu ya persetujuan proposal ini”, jawabnya.

Segera proposalnya kutandatangani, memang aku diberi wewenang untuk menandatangani proposal ini dan
kuberikan padanya. Dia tersenyum melihat proposalyang telah kutandatangani, mungkin nilainya melebihi target penjualannya untuk bulan ini.

“Jangan panggil pak, aku kan belum tua, panggil mas aja. Aku mau mandi dulu ya, gerah, Dina mau mandi bareng?” tanyaku menggoda.

Dia hanya tersenyum, aku menghilang ke kamar mandi. Tak lama kemudian aku keluar hanya dengan mengenakan celana pendek dan T shirt saja, santai.

“Giliranmu, di balik pintu ada kimono baru, pake aja, biar lebih relax ”, katanya sambil tersenyum.

Dia menghilang ke kamar mandi, tak lama kemudian dia keluar dengan hanya mengenakan kimono dari bahan handuk. Aku terpana memandangnya, kimono itu pendek hanya 15 cm diatas lutut. Paha dan betis menjadi terlihat, tersingkap ketika dia melangkah. Kimononya melekat erat di badannya, sehingga pantatnya yang besar, pinggangnya yang ramping dan toketnya yang membusung tercetak dengan jelas.Kimono itu tidak diikatkan sempurna sehingga belahan toketnya menyembul di belahan baju.

Aku duduk di sofa dan Dina langsung duduk disebelahku, merapat kebadanku. Tanganku segera merangkul pundaknya.

“Din, kamu cantik dan seksi sekali”, kataku sambil mencium pipinya.
“Ih, mas genit”, jawabnya manja.

Aku mulai mengelus pahanya yang terbuka, kusingkapkan kimononya. Tanganku dibiarkannya mengelus makin ke atas dan berhenti di pangkal pahanya, kimono yang dipakainya makin tersingkap, dia sengaja merengangkan pahanya sehingga aku dapat melihat CD minimnya yang tipis, jembutnya yang lebat menyeruak di kiri dan kanan CD serta sedikit dibagian atas CDnya.

“Jembut kamu lebat ya Din, napsu kamu pasti besar ya. Aku suka ngentot dengan cewek yang jembutnya lebat”, kataku dengan napas memburu.
“Kenapa begitu mas?’ tanyanya.
“Kalo cewek jembutnya lebat, minta nambah terus kalo dientot, binal dan gak puas- puas”, jawabku.
“Itu bukan binal mas, tapi menikmati”, jawabnya.
“Itu sudah tau, kok tadi nanya”.

Dina hanya tersenyum saja. Jariku mulai mengelus pangkal pahanya dan daerah nonoknya. Dia menggeliat, geli. Aku bangkit dan berlutut didepannya. Pahanya kuciumi bergantian, sambil kuremas-remas. Paha terbuka makin lebar sehingga aku makin mudah mengakses daerah nonoknya. Aku jadi makin beringas, tali kimononya kuurai dan kimononya kulepas.

“Wow, Din, kamu merangsang sekali”, kataku sambil memandangi tubuhnya yang hanya berbalut bra dan CD.
“Kita teruskan diranjang yuk”, aku tarik dia bangun dan kugandeng ke kamar.

Dia merebahkan diri di ranjang, setelah kimononya kulepaskan. Aku langsung memeluknya. Kuciumi toketnya sambil kuremas-remas. Karena terhalang bra, tak lama branya kulepas. Aku semakin semangat, kuciumi toketnya.

Pentilnya kuemut, kugencet dengan gigi dan lidahku. Makin lama makin kuat emutanku dan makin luas daerah toketnya yang kuemut. Napsunya juga sudah berkobar-kobar. Aku membenamkan wajahku di belahan toketnya, kemudian bergerak ke bawah pelan-pelan mengarah ke perut.




Pusernya kujilati. Dia menggelinjang karena kegelian. Napsuku makin berkobar saja. Aku memeluk pinggulnya dengan gemas, kecupanku terus turun ke arah CDnya, aku menjilati jembut yang keluar dari samping CDnya, kemudian kucium daerah nonoknya dengan kuat. CDnya sudah basah sepertinya karena napsunya yang sudah berkobar.

“Kamu udah napsu ya Din, CD kamu sudah basah begini”, kataku sambil tersenyum.

Aku senang bisa merangsang napsunya sehingga dia tampak pasrah saja dengan tindakanku.

Aku bangkit dan melepaskan semua yang melekat dibadanku. Kontolku sudah ngaceng dengan keras, lumayan besar dan panjang. Aku menjepitkan kontolku di belahan toketnya, dan kugerakkan maju mundur. Dia membantu dengan mengepitkan kedua toketnya menjepit kontolku. Lama-lama gerakan maju mundurku makin cepat, aku jadi merem melek keenakan,

“Baru dijepit toket aja udah nikmat Din, apalagi kalo dijepit nonok kamu ya”.

Napasnya juga sudah memburu, selama ini dia menahan saja napsunya dan membiarkan aku menggeluti sekujur tubuhnya.

“Din, enak banget deh”, kataku tersengal-sengal.

Kemudian aku berhenti, kontol kugesek-gesekkan di toketnya sambil terus meremas- remasnya. Gesekan kontolku terus kearah perut, sesekali digesekkan ke lubang pusarnya. Kembali dia menggelinjang kegelian.

Akhirnya, aku melepas CDnya. Jembutnya yang lebat menutupi sekitar nonoknya. Aku mengangkangkan pahanya makin lebar. Jembutnya kusingkap dan nampaklah nonoknya yang sudah basah sekali. Aku menggenggam kontolku dan kugesek-gesekkan ke jembutnya, kemudian kuarahkan ke nonoknya. Kontolku yang keras dan besar menyeruak diantara bibir nonoknya.

“Mas, gede banget kontolmu, masukin semua mas, Dina udah pengen dientot”, rengeknya.

Aku menggetarkan kontolku sambil kumasukkan sedikit demi sedikit ke nonoknya. Sekarang kepalanya sudah terjepit di nonoknya. Dia menjadi belingsatan karena lambatnya proses memasukkan kontolku, padahal dia udah pengen dienjot keluar masuk dengan keras.

“Ayo dong mas, masukin semua, enjot mas, Dina udah gak tahan nih”, kembali dia merengek minta dienjot.

Aku hanya tersenyum saja. Pelan tapi pasti kontolku ambles ke dalam nonoknya, sudah masuk separo. Dia menggerakkan otot nonoknya meremas-remas kontolku, aku terpancing untuk menancapkan kontolku semuanya ke dalam nonoknya.

“Duh mas, nikmatnya, kontol mas udah gede panjang lagi, masuknya dalem banget. Nonok Dina sampe sesek rasanya”, katanya.
“Tapi enakkan”, jawabku.
“Enak banget mas, sekarang dienjot yang keras mas, biar tambah nikmat”, katanya lagi.

Masih dengan pelan-pelan aku mengenjotkan kontolku keluar masuk. Sewaktu keluar, yang tersisa di nonoknya hanya tinggal kepalanya saja, kemudian kuenjotkan ke dalam sekaligus sehingga nancap di bagian nonoknya yang paling dalam.

“Enak mas, kalo dienjot seperti itu, yang cepat mas”, rengeknya lagi sambil terus mengejang-gejangkan otot nonoknya.

Aku pun menjadi belingsatan karena remasan otot nonoknya sehingga enjotanku menjadi makin cepat dan makin keras.

“Gitu mas, aduh enak banget deh mas, terus mas, terasa banget gesekan kontol mas ke nonok Dina, nancepnya dalem banget lagi, terus mas, yang cepat”, katanya terengah- engah keenakan.

Aku mempercepat enjotan kontolku, caranya masih sama, kutarik tinggal kepalanya saja dan terus kuenjotkan kembali ke dalam dengan keras. itu membuat dia menjadi liar, pantatnya menggelinjang saking nikmatnya dan dia terus merintih kenikmatan sampai akhirnya dia tidak dapat menahan lebih lama.

“Mas, Dina nyampe mas”, jeritnya.

Aku masih bertahan juga dengan terus mengenjotkan kontolku keluar masuk dengan cara tadi. Nikmat sekali rasanya. Sampe akhirnya, aku menarik kontolku keluar dari nonoknya. Kembali aku menggeser dan menjepitkan kontolku yang berlumuran dengan lendir dari nonoknya di toketnya.

Dia menjepit kontolku dengan toketnya dan aku menggerakkan maju mundur. Karena panjangnya, ketika aku mendorong kontolku maju, kepalanya menyelip ke dalam mulutnya, diemut sebentar sebelum aku memundurkan kon tolku lagi, berulang-ulang.

“Din, nikmat banget, aku mau ngecret dimulutmu ya Din”, kataku sambil terus memaju mundurkan kontolku.
“Kenapa gak dingecretin di nonokku aja mas, aku lagi gak subur kok”, jawabnya.
“Nanti ronde kedua”, jawabku sambil dengan cepet memaju mundurkan kontolku.

Toketnya makin keras dijepitkan ke kontolku. Akhirnya aku mendorong kontolku masuk ke mulutnya, segera diemutnya dengan keras.

“Din, aku ngecret Din”, teriakku sambil mengecretkan pejuku kedalam mulutnya.

Dia segera menggenggam kontolku dengan tangannya, dikocok pelan sambil terus mengemut kepalanya. Pejuku nyemprot beberapa kali sampe habis, banyak banget ngecretnya sampe meleleh keluar dari mulutnya. Dia menelan pejuku tanpa merasa jijik.

”Aduh Din, nikmat banget ya ngentot sama kamu. Kamu nikmat kan”, kataku terengah”.
“Nikmat mas, Dina mau lagi dientot”, jawabnya lemes.

Setelah nafsuku menurun, kontolku mengecil.

“Mas, lemes aja kontolnya udah gede, gak heran kalo ngaceng jadi gede banget”, katanya.
“Tapi kamu suka kan”, jawabku.
“Suka banget mas. Dina suka kalo dientot kontol yang besar panjang seperti punya mas”.
“Kamu udah sering dientot ya Din, kayaknya kamu udah pengalaman”.
“Dina cuma sering dientot cowok Dina aja mas, kontolnya gak segede kontol mas, dientot mas jauh lebih nikmat”, jawabnya memuji.




Aku memeluknya dan mencium pipinya.

“Kita istirahat dulu ya Din, kalo udah seger kita ngentot lagi”, karena lemes abis ngen tot diapun tertidur dipelukanku.

Cukup lama Dina tertidur. Ketika dia bangun, hari sudah gelap. Dia keluar dari kamar, masih bertelanjang bulat.

“Kamu tidur nyenyak sekali, cape ya. Kamu mau makan apa. Bisa delivery kok”, kataku.
“Terserah mas aja”, jawabnya. “Dina mandi dulu ya mas”.

Dia kembali ke kamar mandi, aku memesan pizza dari restoran yang ada di lobby apartment. Selesai mandi, dia mengenakan bra dan CD yang lain lagi, tapi tetep minim dan sexy. Rupanya dia membawa beberapa CD dan bra yang minim dan sexy. Terdengar bunyi bel, pesananan makanan dateng.

“Kok cepet mas”, tanyanya.
“Aku pesen pizza, di lobby bawah kan ada counternya. Kamu suka kan pizza”, jawabku.
“Kalo lagi laper, apa aja doyan kok mas, apalagi yang gede, panjang dan keras banget”, katanya menggoda.
“Kamu merangsang banget Din, memangnya daleman kamu seksi semua kaya begini ya. Asik dong cowok kamu.

Tapi ngeliat caranya kamu ngempot, kamu gak cuma ngentot dengan cowok kamu deh”, jawabku.

“Biar mas napsu terus, makanya Dina sengaja bawa beberapa daleman yang seksi begini”, jawabnya sambil mengambil sepotong pizza.

Sambil makan, kita ngobrol ngalor ngidul.

“Mas kok tinggal sendiri, gak punya istri atau udah dicere”, tanyaku.
“Belum punya istri kok. Dina mau tinggal sama aku, tapi gak boleh ngentot dengan cowok lain”, jawabku.

Dia tidak menjawab pertanyaanku, malah bertanya lagi.

“Memangnya mas gak punya cewek?”
“Dulu punya, tapi kawin sama cowok lain”, jawabku.
“Kenapa?” tanyanya lagi.
“Soalnya kalo pacaran aku selalu ngajakin ngentot dan dia gak mau”, jawabku terus terang.
“Gak pernah ketemu sama cewek itu lagi”, lanjutnya bertanya.
“Pernah, beberapa waktu yang lalu aku ketemu dia di Ancol”, jawabku.
“Terus, mas ajak ngentot lagi”, sambungnya.
“Ya iya lah, rupanya dia gak puas dengan suaminya sehingga mau aja aku entotin”, jawabku.
“Wah asik dong, berapa kali mas”, tanyanya lagi.
“Sampe 4 kali, sampe dia lemes banget”, jawabku.
“Wah mas kuat banget, Dina dientot 4 kali juga ya mas”, rengeknya.
“Iya sekarang abisin dulu pizzanya. Kamu bener cuma ngentot sama cowok kamu”, gantian aku yang menginterogasinya.
“Enggak juga sih mas”, jawabnya.
“Terus sama siapa. Om om?” tanyaku lagi.
“Iya mas, dikenalin sama temen, keterusan deh sampe sekarang”, jawabnya terus terang.
“Banyak dong koleksi om om nya”, lanjutku.
“Gak kok mas, Dina cuma main sama 3 om aja, itu-itu terus”, jawabnya lagi.
“Pantes empotan nonok kamu kenceng banget, sudah terlatih ya”, kataku,
“Aku mandi dulu ya”, aku masuk kamar mandi.

Dia duduk disofa sambil nonton TV. Gak lama kemudian aku keluar dari kamar mandi hanya mengenakan celana pendek.

Aku duduk disampingnya dan memeluknya.

“Gak dingin Din cuma pake daleman”, tanyaku.
“Kan ada mas yang ngangetin”, jawabnya manja.

Aku mempererat rangkulanku pada bahunya. Bibirnya segera kulumat dengan penuh napsu. Dia meladeni ciumanku dengan penuh napsu juga, napsuku sudah mulai bangkit lagi. Aku makin erat memeluknya, tangan kiriku meremas pinggangnya. Kemudian ciumanku beralih ke lehernya.

“Geli mas”, katanya sambil menengadahkan kepala sehingga aku makin leluasa menciumi lehernya.

Tangan kananku mulai meremas toketnya yang masih dibungkus dengan bra, tak lama kemudian bra kulepaskan sehingga aku lebih leluasa meremas toket dan memlintir pentilnya. Pentilnya sudah menegang dengan keras, napsunya makin memuncak.

Puas dengan lehernya, aku turun lagi ke belahan toketnya, kedua toketnya kuremas-remas. Aku menciumi belahan toketnya, kemudian ciumanku merembet ke pentilnya dan kuemut dengan gemas, sementara tanganku masih terus meremas-remas toketnya.

“Geli mas”, erangnya keenakan.

Emutanku makin keras, dan remasanku juga makin kuat. Pentil yang satu kuplintir dengan jempol dan telunjuk.

“Mas, geli”, rengeknya lagi.

Tapi aku tidak mempedulikannya, terus saja dengan kuremas dan kuplintir. Napsunya sudah memuncak, dia menggeliat-geliat keenakan, nonoknya sudah basah dengan sendirinya dan menyerap di CD tipisnya. Dia tidak mau kalah. kontolku diremasnya dari luar celana pendekku. Sudah ngaceng, keras sekali. Celana pendekku dilepasnya dan kontolku langsung tegak, besar, panjang dan keras sekali.

“Mas gedenya, pantes kalo sudah masuk nonok Dina jadi sesek banget rasanya”, katanya sambil meremas-remas kontolku.
“Mas, terusin diranjang yuk”, ajaknya.
“Udah napsu ya Din”, jawabku sambil bangkit ke kamar bersamanya.

Di kamar aku memeluknya dari belakang, sambil menciumi lehernya dan telinganya sampai dia menggelinjang kegelian, toketnya kembali kuremas- remas. Kontolku keras menekan pantatnya. Segera, CDnya kupelorotin dan dia kutarik ke ranjang. Aku berbaring disebelahnya yang sudah telentang.

Kembali jempol dan telunjukku memlintir-mlintir pentilnya yang sudah mengeras karena napsu sambil menciumi lehernya lagi. Dia menjadi menggeliat-geliat kegelian. Ciuman kemudian kupindah ke bibirnya, kulumatnya bibirnya dengan penuh napsu.

Dia menyambut ciumanku dengan tak kalah napsunya. Aku menindihnya, kucium kembali ke lehernya, kontolku yang keras menggesek-gesek pahanya. Puas dengan leher, aku kembali menyerang toketnya. Aku menciumi belahan toketnya dan kemudian mengemut pentilnya. Pentilnya kukulum- kulum dan kumainkan dengan lidah.

“Mas, geli”, katanya melenguh, tapi aku tidak perduli.

Aku terus saja mengulum pentilnya yang mengeras sambil meremas toketnya. Aku melakukannya bergantian antara toket kiri dan kanan sementara kontol terus saja kugesek-gesekkan ke pahanya, dia mengangkangkan pahanya. Aku kembali menciumi lehernya dan mengarahkan kepala kontolku ke nonoknya.

Kuputar- putar kepala kontolku dijembutnya yang lebat. Dia sudah gak tahan, segera diraihnya kontolku sambil mengangkangkan pahanya lebih lebar lagi.

“Mas, gedenya, keras banget”, katanya mengarahkan kepala kontolku ke nonoknya.

Aku pun menggetarkan kontolku sehingga kepalanya mulai menyelinap masuk ke nonoknya. Kepalanya sudah terbenam di dalam nonoknya. Terasa kontolku yang besar mulai mengisi nonoknya pelan- pelan, nikmat banget rasanya.

“Terus masukin mas, enak banget deh”, erangnya keenakan.
Tapi aku menghentikan gerakan kontolku, hanya kugerakkan pelan-pelan, sehingga hanya kepalanya saja yang menancap.
“Mas terusin dong, masukin semuanya mas biar sesek nonok Dina, ayo dong mas”, protesnya.

Tapi aku tetep melakukan hal yang sama sambil menciumi keteknya.

“Geli, mas, ayo dong dimasukin semua kontolnya mas”, rengeknya terus.

Tiba-tiba aku menghentakkan kontolku dengan keras sehingga kontolku meluncur ke dalam nonoknya, amblas semuanya.

“Akh, mas” erangnya kaget.

Aku diam sesaat, membiarkan kontolku yang besar dan panjang itu menancap semuanya di nonoknya. Kemudian mulailah kuenjot, mula-mula perlahan, makin lama makin cepat kontolku keluar masuk nonoknya.

“Enak Din”, tanyaku sambil terus mengenjot nonoknya.
”Enak banget mas, kontol mas kan besar, panjang dan keras banget. Nonok Dina sesek rasanya keisi kontol mas.

Gesekannya terasa banget di nonok Dina. Mau deh Dina tinggal sama mas, asal Dina dientot tiap malem”, jawabnya.

“Bener nih”, kataku dengan penuh semangat terus mengenjotkan kontolku keluar masuk.

Kemudian aku merubah posisi tanpa mencabut kontolku dari nonoknya. Kakinya kuangkat satu keatas dan aku merebahkan diri miring. Enjotan kontol terus kulakukan, dengan posisi itu terasa kontolku masuk lebih dalem lagi dan gesekannya lebih hebat lagi ke nonoknya. Aku terus mengenjotkan kontolku, sementara kedua toketnya kuremas-remas bergantian. Pentilnya juga kuplintir-plintir perlahan. Nikmat banget rasanya ngentot seperti itu.

“Enak mas”, erangnya.

Enjotanku makin lama makin cepet dan keras.

“Terus mas, enak banget”, erangnya untuk kesekian kalinya.
“Mas nikmat gak?” tanyanya.
“Enak banget Din, empotan nonokmu kerasa sekali, kontolku serasa diremes dan diisep, lebih nikmat dari emutan mulutmu”, jawabku sambil terus mengenjotkan kontolku keluar masuk.
“Terus mas, lebih keras mas, Dina hampir nyampe”, erangnya lagi.

Aku terus mengenjotkan kontolku keluar masuk, makin cepat. Dia merintih-rintih keenakan, akhirnya dia tidak bisa menahan lebih lama.

“Mas, Dina nyampe, akh”, terasa nonoknya berkedut- kedut meremas kontolku yang masih keras sekali itu.

Tubuhnya mengejang. Aku menghentikan enjotanku dan menurunkan kakinya. Dia terbaring mengangkang dengan kontolku yang masih menancap di nonoknya, aku kembali ke posisi semula: menelungkup diatasnya.

“Mas, lemes banget deh”, lenguhnya.
“Tapi enak kan”, jawabku.
“Enak banget mas, terusin aja mas, kan mas belum ngecret”, jawabnya terengah-engah.
“Mas, hebat banget deh ngentotnya, belum pernah Dina dientot dengan gaya seperti tadi, enak banget mas”, katanya lagi.

Aku kembali mendekapnya dan kontol mulai kuenjotkan lagi keluar masuk nonoknya, perlahan. Dia mulai mengedutkan otot nonoknya meremas kontolku yang sedang bergerak keluar masuk nonoknya. Aku melumat bibirnya, satu tanganku meremas-remas toketnya sedang tanganku satunya lagi menyangga badanku. Pentilnya juga kuplintir-plintir, napsunya mulai bangkit lagi.

“Enak mas, terus yang kenceng ngenjotnya mas”, erangnya.

Sambil terus melumat bibirnya, enjotan kontol kupercepat. Aku menyelipkan kedua tanganku ke punggungnya. Dia pun memeluk dan mengusap-usap punggungku yang basah karena keringat. Kontol makin cepat kuenjotkan. Setiap kali masuk kontol kuenjotkan dengan keras sehingga nancep dalem sekali di nonoknya, makin lama makin cepet.

“Din, nonokmu enak banget, empotan nonokmu kenceng banget Din”, erangku.
“Mas, terus mas, hebat banget deh mas ini, Dina sudah mau nyampe lagi, yang cepet mas”, akhirnya kembali dia mengejang sambil melenguh.

“Mas, Dina nyampe, mas…”

Aku terus saja mengenjotkan kontolku keluar masuk dengan cepat sampe akhirnya akupun mengejang sambil menancapkan kontolku sedalam-dalamnya di nonoknya.

“Din, aku ngecret”, bersamaan dengan itu terasa pejuku nyemprot dengan dahsyatnya dalam nonoknya.

Nikmat banget rasanya walaupun sekarang lebih lemes ketimbang tadi siang. Beberapa saat kami terdiam, saling berpelukan menikmati permainan yang baru usai. Aku menciumi lehernya, dan dia mengusap-usap punggungku. Nikmat banget ngentot dengan dia.

“Mas, nikmat ya mas, Dina mau deh tinggal bareng mas, asal tiap malem dientot ya mas”, katanya pelan.
“Tapi kamu gak boleh ngentot dengan lelaki lain ya Din, karena kamu sudah aku punya”, jawabku.

Dia tidak menjawab, kemudian aku mencabut kontolku yang sudah mengecil dari nonoknya, kontolku berlumuran peju dan cairan nonoknya.

“Aku ngantuk Din, tidur yuk”, kataku sambil berbaring disebelahnya, tak lama kemudian akupun terlelap lagi.

Lemes, cape tapi nikmat banget.

Semaleman kita berdua tertidur, aku terbangun ketika hari sudah mulai remang-remang terang. Dina pun ikut terbangun, dan dia segera ke kamar mandi. Karena harus kerja lagi, aku segera ke kamar mandi. Keluar dari kamar mandi dia masih bertelanjang bulat sambil mengeringkan badan dengan handuk. Aku masuk ke kamar, dari belakang aku memeluknya,

“Ngapain mandi Din, kan masih mau satu ronde lagi”, aku mencium lehernya sambil meremas-remas kedua toketnya dengan napsu.

Kontolku yang sudah mengeras kugeser-geserkan ke pantatnya.

Dia menggelinjang kegelian, aku terus saja menciumi lehernya. Kemudian ciumannya bergeser ke bawah, ke punggungnya sampai akhirnya ke bongkahan pantatnya. Dia hanya mendesah- desah ketika aku menyapu bongkahan pantatnya dengan lidahku. Pahanya kurenggangkan dan lidahku menyapu nonoknya dari belakang.

“Mas, nikmat banget”, katanya sambil menunggingkan pantatnya ke belakang.
“Jilat terus mas, jilatin semuanya”, katanya terengah.

Aku membuka belahan pantatnya dan menyapu lobang pantatnya sampe ke nonoknya. Aku menjilati nonoknya yang sudah basah kuyup saking napsunya. Dia sempat menjerit kecil ketika aku mencolok nonoknya dengan lidahku. Kemudian aku berdiri lagi, ciumanku kembali bergeser ke atas, ke punggungnya. Kedua tanganku meremas-remas toketnya dari belakang, beberapa kali dia tersentak nikmat ketika kedua pentilnya kuplintir-plintir dengan jariku.

Tangannya menjalar ke belakang, meremas kontolku yang sudah keras sekali dan mengurutnya dari atas ke bawah. Dia kubalikkan sehingga berhadapan dengan aku, toketnya mulai kujilati dan pentilnya kuisap-isap bergantian.
Napsunya makin memuncak ketika aku menyodok-nyodok nonoknya dengan telunjuk. Dia berdiri mengangkang.

“Enak mas”, erangnya.

Permainan kuhentikan, aku duduk diranjang dengan kaki agak mengangkang, dia segera berlutut diantara kedua kakinya. Kontolku berdiri tegak dan keras sekali sehingga tampak urat-uratnya menonjol. Segera dia mencekal kontolku dan dengan ganas dia menciumi kontolku. Aku sedikit mengerang sembari merebahkan tubuhku ke atas ranjang. Diapun segera beraksi.

Dijilatinya kontolku dari pangkal sampai ke kepala. Lalu diisap, dikulum dalam mulut sementara tangan kirinya mengelus-elus biji pelirku. beberapa kali tubuhku tersentak karena nikmat. Lalu dijilatinya biji pelirnya.

“Aaahhkk”, aku mengerang kenikmatan, mendengar itu dia tambah gairah.

Terus dijilatinya biji pelirku. Sementara tangan kanannya mengurut-urut kontolku. Dengan kedua tangan diangkatnya kedua pahaku sehingga kedua lututku hampir menyentuh dadaku. Dengan posisi demikian dia leluasa menjilati kontolku. Dari ujung kepala sampai ke sekitar biji pelirnya. Lalu dia menjilat semakin kebawah.. kebawah.. dan akhirnya ujung lidahnya menyentuh pantatku yang berbulu itu. Segera lidahnya menari-nari di pantatku.

Tubuhku beberapa kali bergetar.

“Aakkkh..Oougghh”, erangku.

Mendengar itu dia tambah bernapsu. Dicolok-coloknya lobang pantatku dengan ujung lidahnya. Semakin dalam juluran lidahnya ke dalam lobang pantatku, semakin bergetar tubuhku, kontolku yang dikocoknya terasa berdenyut- denyut.

Aku sudah tidak tahan. Lalu aku memegang tangannya dan membimbingnya naik ke atas ranjang. Dia kusuruh menungging diatas ranjang. Aku menginginkan doggy style. Sebelum mencobloskan kontolku, aku sekali lagi memperhatikan bentuk nonoknya dari belakang, dia pun menanti penuh harap. Dan akhirnya kontol kutempelkan dibibir nonoknya dan kumasukkan perlahan-lahan ke dalam nonoknya, terasa seret tapi nikmat.

“Oohh.. Nggk… Ahhh”, desisnya ketika seluruh kontolku amblas.

Lalu aku mulai melakukan gerakan erotisku. Nikmat sekali. Dan dia cepat sekali nyampe dalam posisi demikian.

Aku belum mau nyampe. Lalu kusuruh dia berbaring miring. Sementara aku berada dibelakang punggungnya. Dia segera menekuk kedua lututnya. Dan membiarkan aku mencobloskan kontolku ke dalam nonoknya. Nikmat sekali. Dalam posisi demikian tangan kananku leluasa meremas- remas toketnya dari belakang. Hentakan kontolku makin lama makin keras dan cepat.

“Din, aku mau ngecret dimulutmu lagi”, kataku.
“Kenapa mas, kan lebih enak ngecret dinonokku”, jawabnya.

Aku menghentikan gerakanku. Lalu aku mencabut kontol dari nonoknya. Dan dengan gesit diapun berlutut disampingku. Dia segera menjilati kontolku yang berlendir itu. Lalu diisap-isap kontolku keras dan berurat itu.

“Ooh.. Nggkk.. Aakk”, erangku keenakan.

Dia semakin mempercepat gerakan kepalanya naik turun, beberapa kali aku mengerang sembari mengeliat, tapi belum ngecret juga. Lalu dia membasahi telunjuk tangan kirinya dengan ludah, setelah itu dicucukannya telunjuk jarinya itu ke dalam pantatku. Tubuhku sedikit tersentak ketika dia menekan jarinya lebih dalam lagi ke lobang pantatku. Nikmat luar biasa, dengan isapan pada kontolku dan sodokan jari di pantatku. Hingga,

“Aaahh… Aaakkhh”, aku mengerang hebat bersamaan dengan menyemburnya pejuku dalam mulutnya.

Crott.. Croot, banyak sekali sehingga kembali meleleh keluar dari mulutnya. Pejuku ditelannya. Lalu aku mengeluarkan kontolku dari dalam mulutnya. Tampak sedikit sisa-sisa pejunya masih keluar. Dan dia segera menyapunya dengan lidahnya.

“Hebat… Hebat sekali kamu Din.” pujiku, dia hanya tersenyum saja.
“Terima kasih buat proposalnya ya mas, aku tunggu proposal berikutnya. Kalo mas perlu Dina, call saja, dengan segala senang hati Dina bersedia melayani mas kapan saja mas mau”, jawabnya.

Dia membersihkan diri lagi, demikian juga aku. Kemudian dia kuantara pulang karena dia harus segera masuk kantor, demikian pula aku.



No comments:

Post a Comment

Sports

Business

Life & style

Games

Fashion

Technology