Friday, March 15, 2019

Akibat Pergaulan bebas jadi Sering berhubungan Seks

Akibat Pergaulan bebas jadi Sering berhubungan Seks


Akibat Pergaulan bebas jadi Sering berhubungan Seks

YOGYAKARTA. Pulang kuliah, saya naik bus kampus pulang ke tempat kos. Sesudah menaruh buku-buku kuliah di meja, saya ambil motor dan langsung menuju ke rumah makan Hellen di Jl. Malioboro. Restoran ini merupakan tempat bertemu rutin antara saya dengan Maya, pelajar salah satu SMA di Kota Gudeg itu.Duduk di kelas dua.

Tak lama kemudian, Mayapun datang. Cewek yang putih cantik itu seperti biasa saya cium pipi kiri dan kanannya. Dia langsung duduk dan pesan makanan dan minuman kesukaannya. Senyumnya ceria. Dan seperti biasa dia langsung ngobrol ke sana ke mari. Memang, Maya enak diajak bicara. Saat itu dia sudah ganti pakaian dari baju seragam sekolah ke baju biasa. Rok mini sehingga pahanya yang putih mulus sangat mudah dilihat. Di Yogya dia juga kos.

“Kok Harry, Cuma minum doang,” tanyanya ketika melihat saya cuma minum juice tomat kesukaan saya.

“Di tempat kos tadi sudah makan,” jawab saya. Tak lama kemudian makanan dan minuman yang dipesan Mayapun datang. Kemudian dia melahapnya sambil ngobrol ke sana ke mari.

Selesai makan, Maya yang membayar semua makanan dan minuman. Biasa, kami berdua bergantian saling traktir. Bahkan, Maya lebih sering traktir saya. Maklum, orang tuanya yang di Jakarta katanya seorang pengusaha besar yang sukses.

“Yuk!” katanya. Diapun menarik tangan saya dan kemudian kami berdua masing-masing naik motor menuju ke salah satu hotel di Yogya. Dan seperti biasa, kami berdua menghabiskan Sabtu itu dengan melakukan hubungan terlarang.



Sebenarnya, berkali-kali kami berdua menyadari itu dosa. Namun, gejolak jiwa muda kami membuat kami berdua terjebak terus menerus perbuatan yang tidak senonoh itu. Dan itu sudah berlangsung selama satu tahun. Dan saya mengakui nafsu seks Maya memang besar. Paling tidak seminggu tiga kali kami melakukan hubungan itu. Maya tidak hamil, sebab saya menggunakan karet KB.

Satu hal yang mengejutkan saya yaitu, Maya bercerita bahwa 60% teman cewek sekelasnya, juga sering melakukan perbuatan berdosa itu. Sebagian besar mereka berstatus anak kos dan hanya sebagian kecil yang bukan anak kos.

Saya dan Maya memang termasuk rajin shalat. sayang, iman kami berdua masih lemah. Sangat mudah mengikuti bisikan setan. Sulit rasanya di muda usia menahan kebutuhan biologis semacam itu. Apalagi sebagian besar hotel di Yogyakarta tidak begitu ketat menyewakan kamarnya. Juga, banyak pemilik rumah kos yang bersikap masa bodoh terhadap perbuatan mesum seperti itu. Celakanya lagi, pihak kepolisian juga terkesan tidak pernah melaklukan razia ke hotel-hotel maupun ke tempat kos. Bahkan, ketua RT/RW juga tak pernah memberikan teguran terhadap adanya kos campuran cowok-cewek di dalam satu tempat kos.

“Ya, bukan salah kita,dong,” kata Maya ketika saya mintakan pendapatnya soal seks bebas.

“Terus, salah siapa?”

“Ya, salahnya pengelola hotel, salahnya polisi, salahnya ketua RT/RW dan salahnya pengelola tempat kos,” sahut Maya yang bernama lengkap Maya Syailendrawati. Dia bangkit dari tempat tidur dan hanya mengenakan handuk yang menutupi tubuhnya dia menuju ke kamar mandi. Sayapun menyusul dan kemudian kami mandi bersama.

Selesai mandi dan berpakaian rapi, kami duduk di teras sambil minum kopi susu haangat dan makan camilan yang gurih rasanya. Saya pikir, rusaknya generasi sebenarnya tak lepas dari kesalahan generasi tua juga. Orang tua tak bisa mendidik anak-anaknya, pengelola hotel melakukan pembiaran, polisi melakukan pembiaran, ketua RT/RW melakukan pembiaran dan pengelola tempat kos juga melakukan pembiaran. Tidak hanya itu, para ulamapun melakukan pembiaran. Apakah cukup menyalahkan generasi muda saja?

Saya saat itu yakin, jika pihak pemerintah daerah, di kota manapun, apabila mau sering-sering melakukan razia, pasti seks bebas di kalangan pelajar SMP, SMA maupun mahasiswa pasti bisa dikurangi, walaupun tidak mungkin 100%.

“Yuk, kita jalan,” ajak Maya yang putih cantik itu. Kamipun mengambil motor masing-masing. Sesudah membayar hotel, saya dan Mayapun kemudian menuju ke tempat kos saya . Hanya ngobrol-ngobrol saja. Tidak bisa berbuat bebas. Maklum, dindingnya dari kayu dan banyak lubangnya. Mudah diintip kamar sebelah. Tidak mungkin melakukan hubungan bebas.

Saya merasa beruntung punya pacar Maya. Cantik, pandai, enak diajak bicara. Saya bicara apa saja selalu nyambung. Selalu konek. Bahkan kami sering tertawa kalaau menyangkut hal-hal yang lucu.

Saya mengenal Maya sebenarnya secara tak sengaja. Setahun setengah tahun yang lalu, ketika saya membeli T-Shirt, kebetulan dia juga sedang membeli T-Shirt. Sambil antri di depaan kasir, saya menyapa cewek cantik yang antri di depan saya. Nah, itulah awal perkenalan saya yang langsung akrab. Saat itu Maya masih perawan.



Di kamar kos saya, Maya membuka album foto yang berisi foto-foto kenangan kami berdua. Ada ratusan foto di situ. Ada yang mengambil lokasi Kaliurang, Borobudur, Prambanan, Pantai Parangtritis, Pantai Samas dan lokasi lain. Yang pasti foto-foto sopan semuanya.

Puas ngobrol-ngobrol, Mayapun permisi pulang. maklum hari sudah menjelang Maghrib. Dengan menaiki motornya, mayapun meninggalkan tempat kos saya. Dan seperti biasa, sayapun langsung mandi sore.

Malamnya saya menghadapi catatan-catatan kuliah dan buku-buku kuliah. Semua tugas kuliah saya kebut saaya kerjakan malam itu juga. Antara lain membuat makalah psikologi. saat itu saya kuliah di fakultas psikologi, semester keempat. Tema makalah saya yaitu, mencari jawab kenapa banyak cewek begitu mudah diajak melakukan hubungan seks dengan cowoknya. Karena dorongan biologiskah? Karena adanya embiaran-pembiaran kah? Karena pihak orang tua yang tidak bisa mendidikkah? Karena kurangnya pendidikan agamakah? Karena lemahnya imankah?

Untuk menjawab pertanyaan itu tidak mudah. Untunglah saya punya pengalaman melakukan hubungan seks dengan Maya lebih dari satu tahun. Jadi, saya tahu bahwa penyebab terbesar adanya hubungan seks bebas karena kurang baiknya pendidikan agama. Maklum, pendidikan agama di sekolah umum hanya kulit-kulitnya saja. Tak mampu mencegah kerusakan moral. Dan karena adanya pembiaran-pembiaran, maka terjadilah seks bebas itu. Jadi, pihak kepolisian, pengelola hotel, ketua RT/RW,pengelola tempat kos dan para ulamapun harus turut bertanggung jawab atas terjadinya seks bebas di kalangan remaja itu. Orang tua yang berada di luar kota tentu tidak mampu memantau kondisi anak-anaknya.

Kesimpulan malah yang saya buat, seks bebas merupakan sebuah pergulatan hebat antara agama, kebutuhan biologis dan lingkungan yang permisif. Jika pihak-pihak di luar remaja tidak melakukan pembiaran-pembiaran, saya yakin seks bebas bisa dikurangi, walaupun tidak mungkin 100%.

Jadi, angka 62% pelajar SMP dan SMA sering melakukan hubungan seks merupakan angka yang realistis. Bahkan adik Maya, cewek, yang masih duduk di kelas satu SMP-pun sudah mengenal seks bebas. Jadi, seks bebas tidak bisa disalahkan kepada para remaja saja. Pihak orang tua, guru, kepolisian, pengelola hotel, pengelola tempat kos, ketua RT/RW dan para ulamapun harus turut bertanggung jawab.

No comments:

Post a Comment

Sports

Business

Life & style

Games

Fashion

Technology