Cerita Dewasa Kisah di sofa Empuk
Kisah ini dimulai ketika aku memutuskan untuk pindah dari rumah orangtuaku dan mengontrak sebuah rumah mungil di pinggiran Jakarta. Kulakukan itu karena aku dan istriku ingin belajar mandiri.. apalagi kini sudah hadir si kecil anggota keluarga baru kami. Kuakui.. aku bukanlah suami yang baik.. mengingat petualangan liarku ketika masih belum menikah. Sering aku bergonta ganti pacar yang ujung-ujungnya hanya untuk memuaskan libidoku yang cukup tinggi.
Setelah menikah.. kuredam keinginanku untuk berpetualang lagi. Di hadapan istri dan lingkunganku.. aku mencoba menampilkan sebagai sosok yang baik-baik. Tidak neko-neko. Rahasia masa laluku pun aku simpan rapat-rapat. Namun setelah satu bulan aku tinggal di lingkungan ku yang baru.. tampaknya tabiat lamaku bisa kumat kembali.
Di sekitar rumahku.. banyak aku menemukan wanita yang menarik perhatianku.
Mulai dari ibu-ibu tetangga yang rata-rata tidak bekerja dan mahasiswi yang banyak kost di sekitar tempat tinggalku. Satu sosok yang menarik perhatianku adalah Anty.. tetangga kontrakanku.. Namun tetangga-tetangga yang lain memanggilnya Mama Ryan sesuai dengan nama anaknya.
Ketika pertamakali bertemu.. ia terlihat berbeda dibanding ibu-ibu lain di sekitar situ. Wajahnya cukup cantik dengan kulitnya yang kuning langsat.. Bodinya cukup montok.. namun tetap kencang walau usianya sudah di atas 37 tahun.
Payudaranya pun terlihat proporsional di balik kaus yang sering ia kenakan. Ia berasal dari Garut.. jadi wajarlah kalo wajahnya cantik khas wanita priangan. Namun segala pesonanya itu tertutupi oleh kehidupannya yang sederhana.
Suaminya hanya seorang supir pribadi yang penghasilannya cukup terbatas dan kedua anaknya sudah beranjak remaja yang tentu saja memerlukan biaya yang cukup besar. Hubungan istriku dengan Anty cukup baik.. sering Anty berkunjung ke rumahku dan ngobrol dengan istriku.
Pada saat itu aku sering curi-curi pandang ke arahnya. Sering ia hanya mengenakan kaos longgar dan celana pendek kalau main ke rumah.. sehingga belahan dada dan sebagian pahanya yang putih mulus menjadi santapanku. Dan kalo sudah begitu.. kontolku bisa ngaceng diam-diam. Kapan ya aku bisa menidurinya.. Dari istriku pun akhirnya aku tahu kalo ternyata Anty bekerja paruh waktu sebagai pembantu. Seminggu tigakali ia bekerja membersihkan apartemen seorang ekspatriat.
Apartemen ini sering kosong karena sering di tinggal pemiliknya berdinas ke luar negeri.. jadi ia di percaya untuk memegang kunci apartemen itu.
Namun kegiatannya itu tidak membantu banyak dalam masalah keuangan keluarga.. di tengah kebutuhan sehari-hari yang semakin mahal.. Dan ini kesempatanku untuk menjadi dewa penolong baginya.. walau ada udang di balik batu.. ingin merasakan bagaimana rasanya jepitan memek bini orang. hehehe..
Strategi untuk mendekatinya pun mulai aku jalankan.
Dia berangkat kerja selalu pagi hari pada hari Senin.. Rabu dan Jumat pada pukul 7 pagi.
Aku tahu karena dia selalu lewat depan rumahku ketika berangkat untuk menuju jalan raya.
Dia berangkat kerja menggunakan metro Mini.
Setelah tahu jadwalnya aku pun mulai mengatur siasat agar bisa berangkat bareng dengannya.
Kuatur waktu berangkat kerjaku yang biasanya jam 8 menjadi lebih pagi lagi.
Kebetulan arah apartemen tempatnya bekerja searah dengan kantorku di Sudirman.
Senin pagi itu kulihat dia sudah lewat depan rumahku untuk berangkat kerja.. Aku pun segera bersiap siap mengeluarkan mobilku dari garasi. Istriku sempat bertanya.. koq hari ini berangkat lebih pagi. Kujawab saja ada meeting mendadak.
Mobil kulajukan perlahan menuju jalan besar dan kulihat di ujung gang. Anty sedang menunggu Metro Mini yang akan membawanya ke Kampung Melayu.
Kuhampiri dia dan kubuka jendela mobil dan menyapanya.
“Berangkat kerja Mbak Anty?”
“Eh.. iya mas Bowo..” jawabnya agak kaget.
“Bareng saya aja yuk.. Mbak mau ke Kampung Melayu kan?’
“Iya mas.. tapi gak apa apa saya naik Metro aja..” Tolaknya dengan halus.
“Gak apa apa Mbak.. kita kan searah ini.. lagian metro mini kalo pagi pasti penuh..” ujarku coba membujuknya. Dia sedikit bimbang.. tapi akhirnya menyetujui ajakanku.
Dibukanya pintu depan mobilku dan masuklah dia.. Splashh..! Seketika aroma parfum nya pun menyeruak ke indera penciumanku.
“Terimakasih Mas Bowo. Maaf merepotkan..”
“Merepotkan apa sih mbak.. wong kita searah koq..” Ujarku sambil tertawa ringan.
Khas senin pagi.. lalulintas pagi itu sangat macet.
Di dalam mobil akupun menghabiskan waktu dengan ngobrol ringan dengannya.
Banyak hal yang kami perbincangkan.. mulai dari keluarganya.. anak-anaknya.. suaminya.. lingkungan kerjanya.
Intinya aku ingin lebih mendekatkan diri padanya agar tujuanku menidurinya bisa terlaksana.
Tapi aku tidak mau terburu-buru.
Akhirnya kami tiba di Apartemen tempatnya bekerja.. kuturunkan ia di pinggir jalan.
Aku pun kembali melajukan mobilku ke arah kantor.
Selama dua minggu aku intens melakukan pendekatan dengan mengajaknya berangkat bareng setiapkali ia berangkat kerja.
Untuk menghindari gunjingan tetangga.. ia hanya mau naik ke mobilku di ujung gang.
Semakin dekat hubungan kita.. ia semakin berani menceritakan hal-hal pribadinya.
Kami pun sering bercanda dan ia pun mulai berani mencubit lengan atau pinggangku ketika ku candai dia.
Obroloan pun kadang-kadang kubuat menjurus ke urusan ranjang.
Dan dari situ pula aku tahu kalau Anty sudah tidak berhubungan intim dengan suaminya sejak tiga bulan lalu.. dikarenakan suaminya sudah terlalu lelah bekerja.. dan sering pulang larut malam.
Wah kesempatan nih.. pikirku.
Pagi itu kembali kami berangkat bareng.. namun kulihat dia agak murung.. Aku pun memberanikan diri bertanya padanya.
“Ada apa mbak Anty.. saya lihat mbak agak murung pagi ini..?”
“Gak apa-apa koq mas.. biasa kali saya kayak gini..” ia berusaha menyangkalnya.
“Mbak gak usah bohong sama saya.. saya tahu mbak orangnya ceria.. Jadi kalau murung sedikit.. pasti saya tahu..”
Anty tersenyum mendengar perkataanku. “Enggak apa-apa mas. Ya namanya dalam hidup pasti ada aja masalahnya..”
“Kalo mbak gak keberatan.. cerita aja mbak.. siapa tahu saya bisa bantu..”
“Gimana ya Mas..” Anty memutus pembicaraan sepertinya ragu untuk melanjutkannya
Aku menoleh kepadanya dan kupandangi wajahnya dalam sambil membujuknya untuk terus bercerita.
“Ini mas.. si Ryan –anaknya yang bungsu– lagi butuh biaya untuk study tour ke Bandung.. Biayanya Rp500.000,-sedangkan aku sama bapaknya belum ada duit.. Karena sudah terpakai kakaknya untuk biaya praktikum kemarin. Sedangkan uangnya harus di kumpulkan besok. Study tour ini wajib karena sebagai syarat agar Ryan bisa lulus. Pusing saya mas..” Bokep Barat
Aku tersenyum sambil menatap matanya. “Ah gampang itu mbak.. nanti saya bantu..”
“Tuh kan saya jadi merepotkan mas Bowo..”
“Gak apa-apa mbak.. namanya kita bertetangga.. kalau ada yang kesusahan.. apa salahnya kita bantu..”
“Iya sih mas.. ya udah.. kalo mas Bowo ada.. saya mau pinjam uang dulu sama mas Bowo..”
“Gampang itu mbak..”
Ketika sampai di depan apartemen tempatnya bekerja.. segera kubuka dompetku dan kuambil uang 1 jt dan kuberikan padanya.
Anty kaget dengan pemberianku yang sebanyak itu. “Koq banyak sekali Mas.. saya kan butuh nya cuma lima ratus ribu..?”
“Iya.. sisanya buat bekal Ryan di jalan.. atau buat Mamahnya juga ga apa-apa..” Anty tertawa mendengar ucapanku.
“Tapi saya belum bisa mengembalikan dalam waktu dekat mas..”
“Gak di kembalikan juga gak apa-apa mbak..”
“Lho koq gak dikembalikan….? Saya khan pinjem mas.. jadi harus kembali..”
“Ya udah gampang itu mbak.. kalo ada ya dikembalikan.. kalo ga ada ya dikembalikan dengan cara lain..” ujarku mencoba memancing di air bening. Hehehe..
“Lho cara lain apa sih mas..? Koq saya bingung jadinya..” Aku Cuma tertawa dan Anty semakin bingung dengan sikapku.
“Ya udah nanti mbak telat loh ke kantornya..” Ujarku sambil bercanda.
“Kantor apa sih Mas..? Bisa aja deh..” Anty tertawa sambil mencubit lenganku. Ya udah terimakasih ya Mas atas bantuannya..”
“Sama-sama Mbak”
Anty pun turun dari mobilku dan melangkah ke dalam area apartemen itu.
Siang itu.. tiba-tiba ada SMS masuk ke ponselku.. ternyata ada pesan dari Anty.
Setelah kubaca.. ia menyampaikan ucapan terimakasih sekali lagi padaku.. karena sudah dibantu.
Akupun membalasnya untuk tidak memikirkannya lagi.. sekaligus menanyakan posisinya sedang ada di mana saat ini. Ternyata dia masih ada di apartemen majikannya dan sedang beristirahat.. karena baru saja selesai mengerjakan tugas-tugasnya.
Kucoba iseng minta izin padanya untuk main ke apartemen tempatnya bekerja.. apabila majikannya sedang tidak ada di tempat. Anty mengizinkan karena Majikannya sedang keluar negeri selama seminggu.
Dia pun memberi tahu tower dan nomor unit apartemennya.
Aku pun segera bergegas membereskan pekerjaanku di kantor dan ijin pada temanku untuk ke luar dengan alasan bertemu klien. Karena aku sering dinas luar.. jadi gampang saja dapat ijinnya. Segera kupacu mobilku menuju apartemennya. Tapi sebelumnya aku mampir ke salahsatu restoran cepat saji dan membelikannya makan siang.
Mobilku kuparkir di basement apartemen.. aku pun menuju ke unit apartemen tempatnya bekerja. Kubunyikan Bel.. dan tak lama Anty pun mempersilakan aku masuk.
Akupun segera duduk di sofa yang cukup lebar dan empuk yang ada di ruangan itu.
Unit apartemen itu cukup luas.. ada dua kamar di dalamnya lengkap ada dapur dan minibarnya. Aku tebak majikannya seorang eksekutif di suatu perusahaan ternama.. dan apartemen ini disediakan oleh perusahannya.
“Mau minum apa mas..?” Tiba-tiba Anty menyadarkanku yang sedari tadi memperhatikan partemen beserta isinya.
“Eh.. air putih aja mbak..”
“Masak air putih sih.. aku bikinin sirup ya..”
“Boleh Mbak kalau gak merepotkan..”
Tak lama dia pun membawa dua gelas es sirup.. “Wah jadi seger nih.. siang-siang minum es sirup.. apalagi di temani Mbak Anty yang seger..”
“Iihh.. apaan sih Mas Bowo..” Dia tertawa sambil mencubit pinggangku. Wajahnya sudah kembali ceria tidak semuram pagi tadi
Kami pun lantas ngobrol sambil menyantap makanan yang aku bawa.
Setelah makan kami pun melanjutkan obrolan sambil menonton acara tv kabel
Aku mulai memberanikan diri mendekatkan posisi dudukku mendekat padanya.. dan Anty diam saja..
Kucoba pegang tangannya. Awalnya ia sepertinya canggung.. tapi akhirnya dapat kugenggam erat tangannya..
Kumulai membelai rambutnya yang panjang sebahu.. dan meniup tengkuknya.. tak lama bibir kami pun sudah saling bersilaturahmi. Berpagutan dengan bebasnya.
Bibirku dilumat habis oleh bibirnya.. nafasnya pun tersengal-sengal. Nampak birahinya mulai naik.
Wajar saja.. wong 3 bulan tidak disetubuhi suaminya.
Tanganku pun kuberanikan menelusup di balik kemeja yang dikenakannya.. ia pun diam saja.. Kuraih payudara kiri di balik branya dengan tangan kananku..
Kuremas-remas halus sambil kumainkan putingnya. Ia mengelinjang sambil melenguh tertahan. “Auhhh.. achhh..”
Sambil melumat bibirnya.. kucoba membuka kancing bajunya satu per satu dan ia pun mengikutinya dengan membuka kancing kemeja kerja yang aku kenakan.
Kemeja-kemeja itu pun akhirnya terhampar di lantai.
Terpampang jelas di hadapanku tubuh mulus Anty dengan payudara yang masih tertutup bra warna krem..
Walau perutnya sedikit berlipat karena lemak.. tetap saja tidak mengurangi keinginanku untuk menyetubuhinya.
Segera saja kubuka kait bra-nya dan bra itu pun jatuh di pangkuannya. Blubb..! Payudara Anty segera menyembul.
Cukup besar dengan warna puting coklat tua dengan areola berwarna lebih muda. Puting itu mencuat dengan tegaknya. Keras.
Segera saja kuisap putting susunya.. Anty melenguh lebih keras.
“Aaaccchhhh.. Maasss. Aahhh.. ouchhh..” Ia semakin terangsang dengan perbuatanku.
Terus kuisap puting susunya kanan dan kiri bergantian.. Ia pun menggelinjang makin keras.. kepala tengadah menatap langit-langit.
Matanya terpejam namun mulutnya meracau mengeluarkan suara desahan dan rintihan. Kedua tangannya menjambak-jambak rambut di kepalaku.
Cukup lama kumainkan kedua puting susunya. Setelah puas aku pun bangkit dari sofa.. dan segera berdiri.
Anty mengerti maksudku. Sambil tetap duduk di sofa.. ia membuka ikat pingang dan celana yang kukenakan.. tidak lupa celana dalamku pun ikut dipelorotkannya ke bawah.
Tuinkk..! Seketika itu juga kontolku yang cukup besar dan berurat.. mengacung ke depan dengan gagahnya.
Anty tersenyum sambil melirikku. Dipegang dan dibelainya kepala kontolku.. dikocok-kocoknya perlahan batang kontolku berulangkali.
Tak lama dimasukkanlah batang kontolku ke dalam mulutnya.. dikulumnya batang kontolku sampai ke pangkalnya.
Karena ukuran kontolku yang cukup besar ia sedikit tersedak.. aku pun tertawa geli. Tapi dengan usil.. digigitnya batang kontolku.. aku pun menjerit.
Dikocok lagi batang kontolku dengan gerakan yang lebih cepat sambil lidahnya dengan liar menjilat-jilat kantung zakarku.
Perlakuan Anty sungungguh luar biasa.. tidak tahan aku di buatnya. Aku pun ingin segera buru-buru menyetubuhinya.
Kupinta Anty bangkit berdiri dan melepaskan celana jeans yang masih di kenakannya. Kubalik badannya dan memintanya menungging.
Lututnya ditumpukan ke sofa.. dan ia menungging di hadapanku.. dengan tangannya menyangga tubuhnya pada sandaran sofa.
Segera saja belahan memeknya yang tertutup bulu jemput yang cukup lebat terlihat merekah di hadapanku.
Bibir vaginanya mulai berwarna kecoklatan.. namun liang vaginanya masih menampakkan warna kemerahan yang tampak berkilat dan basah oleh cairan kewanitaan yang terus keluar.. karena rangsanganku tadi.
Segera saja kupegang batang kontolku dan kuarahkan kepalanya ke arah liang kewanitaan Anty.
Segera kumajukan pinggulku.. Slebbhh.. “Nghhh.. mashhh..” erang nikmat Anty terdengar.
Bleehh..! Tak lama.. kepala dan batang kontolku pun amblas sampai ke pangkalnya. Terbenam sepenuhnya dalam memek tetanggaku ini.
Anty tercekat dan berteriak karena kontolku yang cukup besar memenuhi rongga kewanitaannya.
Ia menoleh padaku dengan mulut terbuka lebar sambil merintih.. “Aaaahhhh..”
Sambil tanganku memegang pantatnya yang cukup besar.. mulai kumaju-mundurkan pingulku dan batang kontolku pun keluar-masuk di liang vaginanya dengan tempo yang cukup cepat.
Clebb.. crebb.. crebb.. clebb.. clebb..
Anty terus merintih dengan riuhnya. “Acchhh.. ouuchhh.. achhh.. ouchhhh.. Uhhh.. masss..”
“Ouuhhh.. ouuchhh.. ouhhh.. ouchhhh..” Erangnya nikmat berkali-kali.. berselang-seling dengan deru napasku.
Sambil terus memaju-mundurkan pinggulku.. aku pun mulai meraih payudaranya yang mengantung dengan kedua tanganku.
Kumainkan puting susunya dengan kasar. Anty pun semakin keras merintih dan meracau..
Tak lama ia pun menjerit keras dan kurasakan ada kedutan di lubang memeknya. Otot vaginanya pun semakin mencengkram dengan erat batang kontolku. Kali ini Anty pun mengalami orgasme yang pertama.
Tubuhnya melemah.. tangannya tidak sanggup lagi menahan tubuhnya. Kepalanya jatuh terkulai di sofa dengan posisi tetap menungging.
Kupercepat permainanku.. tetapi tampaknya spermaku tidak ingin keluar cepat-cepat. Segera Kucabut batang kontolku dari liang kewanitaannya. Segera kubalik tubuh Anty menghadapku. Dengan posisi setengah duduk.. Punggungnya bersandar di sandaran sofa kuangkat dan kurenggangkan kedua kakinya. Terlihat liang vagina yang menganga cukup lebar..
Clebbh.. segera saja kuhujamkan lagi kepala kontoku ke liang vaginanya.
“Oughhh.. nghhh..!” Lagi-lagi Anty menjerit tertahan ketika batang kontolku menerobos liang vaginanya.
Kumaju-mundurkan pinggulku dan terlihat kontolku yang besar keluar-masuk dengan bebasnya di liang kewanitaan Anty.. menciptakan pemandangan yang indah.
Bibir vagina itu menguncup ketika kontolku menerobos masuk dan merekah ketika kontol itu kutarik. Kedua tungkai Anty kupegang dengan tanganku dan aku terus menyetubuhinya sambil tetap berdiri.
Payudara yang begitu menantang dengan puting yang mencuat sudah basah oleh keringat.
Payudara itu bergoyang-gotang dengan hebatnya mengikuti irama sodokan kontolku yang maju-mundur di liang vagina Anty.
Kepala Anty tergolek ke kanan dan kiri dengan mulut yang terus mendesis dan merintih.
Limabelas menit aku terus menyodok liang vagina Anty. Anty pun mengimbanginya dengan menggoyang pinggulnya ke kana ke kiri.
Setelah hampir duapuluh menit akupun tidak tahan lagi. Kupercepat sodokan batang kontolku di liang kewanitaannya dan.. Cratt.. cratt.. cratt..
Cairan spermaku pun meyemprot deras ke dalam rahimnya. Berbarengan dengan kedutan keras di vaginanya menandakan ia mengalami orgasme keduanya.
Kami pun terkulai lemas di atas sofa. Tubuhku menindih tubuhnya dengan batang kontolku masih tertanam di liang vaginanya. Nafas kami tersengal sengal karena pertempuran yang luar biasa nikmatnya.
Aku pun segera bangkit dan menarik kontolku yang mulai mengendur dari lubang memeknya.
Memeknya terlihat terngangga dan tampak carian putih meleleh keluar dari liang kewanitaannya.
Anty masih terkulai lemas di sofa. kakinya terjuntai ke lantai dan tangannya tergolek lemah di sebelah tubuhnya.. Segera kuhampiri dan kuciumi bibirnya.
“Enak mas.. kapan-kapan lagi ya..” Ujarnya sambil tersenyum..
“Siap.. kapan aja kamu butuh.. Aku siap melayani..” Candaku.
Dan diapun tertawa sambil mencubit pinggangku penuh arti..
Akhirnya kesampaian juga niatku menyetubuhi tetanggaku ini.
Setelah kejadian itu kami pun sering mencari-cari waktu untuk dapat bersetubuh kembali.
Tampaknya sentuhan dari suaminya tidak diperlukan lagi.. karena dia sudah mendapatkan kepuasan dariku sebagai penggantinya.
Semenjak pengalamanku menyetubuhi Anty.. tetanggaku yang berstatus istri orang.. aku semakin terobsesi untuk mencari sasaran lain untuk memuaskan libidoku yang tinggi.
Kali ini sasaranku juga istri tetanggaku yaitu Tya. Tya seorang ibu satu anak berusia 3 tahun. Usianya kutaksir baru sekitar 25 tahunan.
Berbeda dengan Anty yang tergolong type STNK –Setengah Tua Namun Kenyal..– Tya jauh lebih muda.
Hal ini terlihat dari tubuhnya yang ramping dengan kulit yang masih kencang.
Perawakan Tya cukup mungil dengan tinggi hanya 150 an cm dengan rambut ikal sepunggung.
Namun ada aset milik Tya yang sering membuatku menelan ludah jika melihatnya.
Dengan tubuh semampai.. Tya memiliki ukuran payudara yang cukup besar dengan bentuk bulat sempurna.
Hal ini terlihat jelas.. karena ia sering mengenakan kaus ketat di lingkungan rumahnya. Dan ia pun memiliki bentuk bokong yang sama bulatnya.
Intinya.. Tya memiliki body yang cukup aduhai. Tampaknya ia cukup pandai merawat diri. Sungguh beruntung lelaki yang mampu meyetubuhinya.
Di lingkungan tempat tinggal kami.. Tya dan suaminya masih menumpang di rumah kedua orangtuanya. Tya dan suaminya sama-sama bekerja.
Menurut informasi yang aku dapatkan dari istriku.. Tya bekerja sebagai staf administrasi di suatu perusahaan di Kelapa Gading.
Sedangkan pekerjaan suaminya aku tidak tahu. Lagipula ngapain aku cari informasi tentang suaminya..? Hehehe.
Tya memiliki dua orang adik perempuan yang tidak kalah cantiknya. Kiki yang berusia 22 tahun dan baru saja lulus kuliah.. dan Maya yang baru berusia 17 tahun.. masih duduk di kelas 3 SMA.
Dengan kedua adiknya ini aku pun nantinya memiliki kisah tersendiri yang akan aku ceritakan di bagian yang terpisah.
Hubunganku dengan Tya memang tidak terlalu dekat.. namun kami sering saling menyapa apabila berpapasan di jalan.
Dan anaknya pun sering bermain dengan anakku. Ia tipe wanita yang ramah dan supel.
Untuk berangkat bekerja Tya menggunakan sepeda motor maticnya. Ia berangkat sendirian.
Tampaknya tempat kerjanya dan suaminya berbeda arah.. sehingga mereka menggunakan sepeda motor masing-masing.
Dan ini menyulitkanku untuk melakukan pendekatan padanya.
Tak bisa kulakukan lagi cara pendekatan yang sama dengan Anty.. yaitu beralasan berangkat bareng-bareng. Aku harus putar otak untuk bisa mendekatinya.
Namun yang namanya rejeki kadang datang tiba-tiba.
Pagi itu aku sedang memanaskan mesin motorku dan bersiap untuk berangkat kerja. Ketika itu kulihat Tya berjalan kaki ke ujung gang untuk berangkat kerja. Koq.. tumben gak bawa motor..? Gumanku dalam hati.
Karena hari itu hari Jumat.. kulihat penampilan Tya cukup kasual. Dengan setelan celana jeans warna hitam dan blouse batik sebagai atasan.. tidak mampu menyembunyikan bentuk tubuhnya yang aduhai.
Bentuk dadanya yang membusung ke depan dan bokongnya yang melenggak-lenggok ke kanan ke kiri dengan indahnya.
Bergegas kuambil helm serta jaket.. dan buru-buru pamit pada istriku untuk berangkat kerja. Kuikuti Tya dari kejauhan. Dan begitu sampai di ujung gang segera kuhampiri dia.
“Lho koq ga bawa motor mbak Tya..? Mau kerja ya..?”
“Iya mas.. kebetulan motorku lagi dipinjem adik untuk interview..”
“Oh begitu..”
“Eh, Mbak Tya kerja di Kelapa Gading khan..? Kebetulan aku lagi ada urusan ke Sunter dan lewat kelapa gading. Bareng aja yuk..” Ajakku.
Sebenarnya alasanku ke Sunter hanya akal-akalanku saja.. agar aku bisa ada alasan mendekatinya.. kalo aku bilang mau ke Kelapa Gading.. nanti terbaca donk niatku sesungguhnya. Hehehe
Tya tampak ragu dengan ajakanku. “Gak usah deh mas.. aku naik angkot saja.. lagipula saya gak bawa helm..”
“Udah.. gak apa apa Mbak.. kalo pagi gini khan polisi belum ada. Masih pada tidur..’” candaku.
Akhirnya ia luluh dengan ajakanku dan segera naik ke atas motorku. Motorku berjenis motor sport.. sehingga posisi duduk pembonceng agak menunduk.. dan tentu saja ini memberikan manfaat tambahan bagiku.
Untuk mengantisipasi hal tersebut Tya menempatkan tasnya di antara posisi dudukku dengan duduknya. Namun tetap saja sesekali tonjolan payudara nya menyentuh punggungku.
Kulajukan sepeda motorku dengan santai agar aku punya waktu yang cukup lama untuk ngobrol dengannya.
Obrolan kami ringan-ringan saja seputar pekerjaan dan kantornya.
Tak lama kami pun tiba di kantornya yang berupa komplek ruko yang terletak tidak jauh dari Mall Kelapa Gading.
Setelah Tya turun dari motorku.. ia pun mengucapkan terimakasih..
“Terimakasih Mas Bowo atas tumpangannya..”
“Iya sama-sama Hes..”
Karena sudah mulai akrab.. aku pun tidak lagi memanggilnya Mbak. Itupun karena Tya yang memintanya.
“Oya nanti pulang bareng yuk. Aku pulang dari Sunter sore hari.. kamu pulang jam berapa..?”
“Aku pulang jam 5 sore sih mas.. tapi gak usah repot – repot.. aku naik angkot aja.. nanti merepotkan mas Bowo lagi..” Elaknya.
“Enggak merepotkan koq Hes.. daripada kamu naik angkot kemaleman sampe rumah..”
“Nanti jam 5 aku tunggu di sini ya..” Desakku.
“Ya udah deh mas.. tapi bener gak ngerepotin khan..?” Tanyanya lagi.
“Enggak koq.. tenang aja..”
“Oya aku minta pin BB donk biar nanti gampang ngabarin kalo sudah sampai..”
Dia lalu menyebutkan serangkain huruf dan angka Pin BB-nya.
“Ya udah aku masuk dulu ya mas..”
“Ok Hes. Selamat bekerja ya..”
Tya pun tersenyum manis padaku. Aku segera melajukan motorku dengan cepat ke arah kantorku di Sudirman.. Sudah pasti terlambat ini.
Tapi ya sudahlah.. tinggal nanti cari alasan kenapa terlambat sama si boss.
Pukul 4 sore.. aku buru-buru menuju mesin absen finger scan dan keluar dari kantor secepatnya.
Segera aku menuju ke parkiran motor dan melaju ke Kelapa Gading untuk menjemput Tya.. sang wanita idaman lain.. hehehe
Pukul 4. 40 aku pun tiba di Kelapa Gading. Aku sengaja menunggunya agak jauh dari kantornya agar tidak menimbulkan gossip dari rekan-rekan kerjanya.
Segera kukirim pesan via BBM yang mengabarkan keberadaanku.
Tak lama BBM itu pun berbalas kalo ia sedang membereskan pekerjaannya dan bersiap pulang.
Tak lama masuk lagi BBM darinya. Kali ini Tya mengabarkan kalo ia harus mengikuti meeting mendadak dengan pimpinan karena ada kekacauan sistem administrasi yang terjadi di bagiannya.
Dia mempersilakan aku untuk pulang saja dan tidak usah menunggunya.. karena dia tidak tahu jam berapa meeting akan selesai.
Tapi aku meyakinkan dia kalo aku akan tetap menunggu saja. Kasian juga kalo dia harus pulang malam naik angkot. Padahal sih dalam hati karena ada maunya.. hehe
Aku pun kembali menunggu di dekat sebuah kios rokok di pojokan tempat parkir komplek ruko tersebut. Untuk membunuh waktu.. aku pun ngobrol dengan tukang parkir dan penjaga kios rokok tersebut.
Pukul 19.30.. masuk BBM yang mengabarkan kalo Tya sudah menyelesaikan meeting dengan pimpinannya.. dan sebentar lagi akan keluar kantor.
Aku pun memberi tahu di mana posisiku. Tak lama sosok Tya terlihat keluar di sertai dua orang temannya.
Setelah berpisah dengan teman-temannya.. Tya lalu berjalan menghampiriku di kios rokok.
“Iihh.. mas Bowo.. sudah dibilangin pulang saja.. masih aja nungguin aku..” gerutunya, tapi sambil tersenyum.
“Biarin.. abisnya kasian ngeliat kamu cantik-cantik malam-malam naik angkot..” ujarku sambil memujinya. Tya sedikit tersipu mendengar pujianku.
“Iihh mas Bowo bisa aja.. cantikan juga mbak Santi..” ia menyebut nama istriku. Aku hanya tertawa saja menanggapinya.
“Ya.. sudah.. pulang yuk..” ajakku padanya.
Segera kupakai jaket serta helmku dan menyalakan mesin motor.. Tya pun segera menaiki jok motor. Akupun mulai melajukan motorku ke arah tempat tinggal kami.
Kurasakan hawa malam itu begitu dingin dan udara terasa lembab.. tanda-tanda akan turun hujan.
Dan benar saja.. ketika aku melaju di jalan Pegangsaan Dua.. tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.. hujan turun dengan derasnya secara tiba-tiba.
Aku pun segera berusaha mencari tempat berteduh.
Tak lama aku pun menemukan sebuah warung yang sudah tutup dengan teras yang cukup untuk kami berteduh.
Warung itu letaknya cukup tersembunyi dan tidak ada penerangan di terasnya.
Penerangan hanya dari kendaraan yang lewat dan sedikit cahaya dari lampu merkuri penerang jalan.
Aku dan Tya setengah berlari menghindari hujan.. menuju teras warung tersebut.. sedang motorku kubiarkan di bawah guyuran hujan.
Karena terlambat mencari tempat berteduh.. kulihat pakaian Tya sudah cukup basah terkena guyuran Hujan.
Sedang aku.. karena mengenakan Jaket kulit.. hanya celanaku saja yang basah.
Segera kulepaskan jaket yang kukenakan dan kukibaskan agar air yang menempel di bagian luarnya mengering.
Kusampirkan jaketku di pundak Tya yang kulihat mulai menggigil kedinginan.
Tangannya menyilang di depan dadanya. Kurapatkan jaketku agar ia bisa merasa lebih hangat.
Ia melihat ke arahku dan megucapkan terimakasih dengan bibir yang sedikit gemetar menahan dinginnya suhu udara malam itu.
Kuperhatikan keadaan warung tersebut. Warung semi permanen itu dibangun dengan setengah tembok.. setengahnya lagi kayu.
Lantainya terbuat dari adonan semen dan pasir saja yang tidak diberi ubin.
Kulihat kondisinya mulai sedikit berdebu.. tampaknya warung ini sudah cukup lama tutup.. mungkin karena bangkrut.
Memang kulihat di sekitar warung tersebut suasananya cukup sepi.. di sebelah kirinya terdapat lahan yang cukup luas.. yang tampaknya adalah garasi truk-truk ekspedisi yang malam itu terlihat kosong.
Di sebelah kanannya adalah lahan kosong yang ditumbuhi ilalang cukup tinggi.
Cukup lama kami berteduh di teras warung tersebut.. hujan turun semakin deras disertai kilat dan petir. Tya sering terpekik kala kilat menampakkan cahayanya di langit.. disertai suara petir yang menggelegar. Posisi berdirinya didekatkannya padaku.
Aku pun berinisiatif setengah memeluknya dari belakang.
Awalnya aku hanya memegang pinggangnya.. tetapi lama-kelamaan aku pun melingkarkan tanganku di depan perutnya.
Entah karena terbawa suasana atau kedinginan.. Tya mendiamkan saja perbuatanku itu. Kepala dan punggungnya malah disandarkan ke dadaku.
Aku terus memeluknya dari belakang sambil melihat ke arah jalan raya di mana lalulintasnya semakin sepi.
Sudah satu jam-an kami berteduh di tempat tersebut. Tidak ada satupun dari kami yang bersuara.. sibuk dengan pikiran masing-masing.
Sambil memeluknya dari belakang.. aku mencium wangi harum rambutnya yag tergerai basah.
Karena posisi kami yang berhimpitan.. mau tidak mau batang kemaluanku menempel di bongkahan pantatnya yang cukup kenyal.. dan sesekali bergesekan.
Lama-kelamaan hasrat kelelakianku pun bangkit. Kejantananku sedikit demi sedikit mengeras di balik celana jeansku.
Tya tampaknya menyadari perubahan biologis di tubuhku itu.. tetapi ia hanya melirikku sekilas sambil tersenyum.
Merasa mendapat lampu hijau.. aku mulai berani untuk berbuat lebih. Segera kususupkan tanganku ke balik blus batiknya dan mengusap=usap dengan halus dinding perutnya. Kurasakan otot-otot perut yang cukup liat dengan kulit yang halus.
Bener-benar aduhai bodi si Tya.. batinku.
Tya sedikit mengelinjang ketika telapak tanganku menyentuh kulit perutnya.
Karena malam makin dingin dan hasrat kelelakianku terus bergejolak.. kuberanikan diri.. tanganku main lebih ke atas. Dengan cepat kususupkan ke balik bra yang dikenakannya.
Tya cukup kaget dengan apa yang kulakukan.. dan berusaha berontak serta menepis kedua tanganku.. tetapi dengan tidak kalah cekatan aku memeluknya lebih keras dari belakang.. dan kedua telapak tanganku mencengkram dengan cukup kuat payudaranya.
Kurasakan payudara itu memiliki daging yang begitu kenyal dan terasa tonjolan puting susu yang makin mengeras.
Segera saja aku mengusap-usap puting dan payudara Tya dengan telapak tanganku.
Akhirnya pertahanan Tya pun melemah.. nafasnya mulai tersengal-sengal.
Kuciumi leher jenjangnya dan ia pun menggelinjang sambil merintih tertahan.. “Aaahhhh..!”
Karena tubuh Tya yang menggelinjang.. tubuhku pun sedikit terdorong ke belakang dan tersandar pada pintu warung.
Tiba-tiba kunci pada pintu warung itu terlepas.. dikarenakan dudukan kayu tempat kait gembok pengunci warung tersebut sudah lapuk termakan rayap. Pintu warung itu pun terdorong sedikit terbuka.
Aku segera menghentikan kegiatanku dan segera menarik kedua tanganku dari balik bajunya.
Segera kuambil senter kecil yang selalu kubawa dari kantong jaketku.
Kudorong pintu warung itu agar terbuka lebih lebar dan segera kusinari seisi ruangan itu dengan cahaya senterku.
Ruangan di dalam warung itu berukuran 3 x 3 meter. Di dalamnya sudah kosong.. hanya ada sebuah lemari kaca yang sudah usang.. mungkin bekas tempat meletakkan barang dagangan. Sebuah bangku kayu seperti bangku yang biasa kita temui di sekolah dasar dan di pojokan ada sebuah bale/dipan yang terbuat dari potongan-potongan bilah bambu berukuran 1,5 x 2 m.
Ruangan itu sedikit berdebu dan di langit-langit kutemukan fiting lampu yang berisi bohlam kecil berdaya 5 watt dan saklar model tarik.
Kutarik saklar tersebut dan ternyata lampu itu masih menyala.. entah mendapat pasokan listrik dari mana.. mungkin ada sambungan dari garasi truk di sebelahnya.
Ruangan itu menjadi lebih terang walau cahayanya masih temaram. Suhu dalam ruangan tersebut lebih hangat dibanding di luar.
Segera saja Tya kuajak masuk ke bagian dalam warung. Tya agak ragu.. tetapi kutarik lengannya agar ia segera masuk. Jauh lebih baik dan hangat di dalam dibanding di luar.
Tya meniup sedikit debu yang menempel pada bale-bale dan ia pun duduk di sisi bale tersebut.
Aku segera menutup pintu warung dari dalam.. agar ruangan menjadi lebih hangat dan aku pun duduk di samping Tya..
Lama kami terdiam sambil menelisik dengan seksama keadaan ruangan tersebut. Akhirnya aku teringat akan permainan kami yang terputus di luar tadi.
Tya lalu membuka jaket yang disampirkan di bahunya dan meletakkan di sandaran kursi kayu.
Aku segera menggeser tubuhku dan memposisikan tubuhku berhadapan dengan Tya.
Tya terlihat cantik di bawah cahaya temaram lampu 5 watt.. rambutnya sedikit acak-acakan dan basah.
Segera saja kuraih tengkuk Tya dengan tangan kananku dan mendekatkan wajahnya ke padaku.
Segera kulumat bibir Tya yang telah merekah. Sementara tangan kiriku melingkar di pinggangnya.
Cukup lama kami berpagutan dengan posisi duduk saling berhadapan. Aku pun mulai merebahkan tubuh Tya ke bale-bale.. sambil mulut kami tetap berpagutan.
Kugeser tubuhnya agak ke tengah dan ia pun mengangkat kakinya naik ke atas bale-bale. Sudah tak kupedulikan lagi debu tipis yang menempel di bale tersebut.
Hasrat kami jauh lebih menggebu di banding debu.
Sambil terus mengulum bibirnya.. lidahku dengan liar mengeksplore rongga mulut Tya. Kususupkan kembali tanganku ke balik blousenya dan berusaha meraih payudaranya.
Kumainkan lagi puting susu itu dengan telapak tanganku walapun blouse dan bra masih menempel di tubuhnya.
Namun lama-kelamaan posisi itu tidak membuatku nyaman.
Kuhentikan pagutan bibirku dan segera kutarik ke atas blouse batiknya.
Tya mengangkat tangannya ke atas dan mengangkat sedikit kepalanya. Blouse itu pun lolos dari tubuhnya.
Setelah blousenya terlepas.. segera kuraih kait bra di punggung Tya.
Ia sedikit melengkungkan punggungnya agar tanganku mudah meraih dan melepas kait bra yang dikenakannya.
Jrengg..! Bra itu pun akhirnya terlepas.
Kini tampak di hadapanku tubuh Tya yang setengah telanjang dengan bentuk payudara yang bulat sempurna dan puting susu yang tidak terlalu besar berwarna coklat muda mendekati merah muda.
Sesaat aku terpana dengan keindahan tubuh Tya.
Tya sadar aku memperhatikan tubuhnya lekat-lekat.. ia pun mendekapkan tangannya menutupi payudaranya.
Aku segera manarik tangan Tya ke atas dan menahannya dengan tanganku.
Payudara itu kembali mencuat dengan puting susu yang sepertinya menantang untuk diisap.
Segera saja kudekatkan wajahku ke payudaranya dan kuhisap puting susu payudara sebelah kirinya.
Tya melenguh dan punggungnya melengkung.. merasakan nikmat dari rangsangan yang kuberikan.
Tanganku tetap menahan tangan Tya di atas. Mulutku terus menghisap puting susu dan memainkannya dengan lidahku bergantian di kedua payudaranya.
Tya menggelinjang makin hebat.. kepalanya tergolek ke kanan ke kiri dengan mulut yang terus meracau menahan nikmat.
“Aahhh.. ouuhhh.. issshhhh..”
Cukup lama aku memainkan kedua payudaranya.
Setelah puas aku pun mulai membuka kancing dan retsleting celana jeans Tya.. lalu meloloskannya melewati kedua tungkai kakinya.
Celana dalam hitam berenda yang dikenakannya kulepas juga.
Di hadapanku kini tampak gundukan daging yang ditumbuhi bulu halus yang tersusun rapi. Terlihat garis yang membentuk belahan memeknya berwarna kemerahan.
Liang vagina itu terlihat sempit.. hampir tidak percaya kalau Tya sudah pernah melahirkan.
Dengan setengah berlutut di hadapannya.. kurenggangkan kedua pahanya dan kudekatkan wajahku ke liang vaginanya.
Segera saja kusapukan dengan lembut lidahku ke liang vaginanya. Slrupp..!
“Oughhh..!!” Sontak Tya kembali menjerit.. dan punggungya kembali melengkung.
Kumainkan lidahku terus menembus liang vagina. Vagina itu benar-benar rapat dan wangi.
Terus saja kusapukan lidakhku menerobos lobang kenikmatannya dan sesekali menyentuh klitorisnya.
Tya terus merintih dan menggelinjang. Liang itu benar-benar basah oleh cairan kewanitaannya. Kurasakan kedutan halus otot-otot vaginanya di lidahku.
Setelah cukup lama aku pun bangkit. Sambil tetap berlutut di atas bale aku melepaskan seluruh pakaian dan celana yang kukenakan termasuk celana dalamku.
Tuink..! Kontolku langsung melejit keluar.. tegak mengacung dengan urat-urat yang terlihat menonjol.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Tya sedikit kaget melihat ukuran kontolku. Ia lantas bangkit. Sambil duduk bersimpuh di hadapanku.. ia mulai memegang dan membelai kantung zakar dan batang penisku.
Perlahan dikulumnya batang kontolku. Batang kontol yang cukup besar dan panjang terlihat tidak sanggup dikulum seluruhnya oleh bibir mungil Tya.
Tetapi aku cukup puas karena isapan dan sapuan lidahnya yang lembut di batang dan kepala kontolku membuat aliran darah semakin deras mengalir ke urat-urat kejantananku. Kontolku pun semakin keras.
Cukup lama Tya menghisap kontolku.. akhinya kucabut perlahan batang kontolku dari mulutnya dan kurebahkan tubuh Tya ke bale-bale.
Kudekatkan kepala kontolku yang sudah basah oleh air liurnya ke arah liang vagina Tya.
Kedua pahanya direnggangkan dan lututnya ditekuk. Liang vagina itu sedikit merekah.
Terlihat berwarna merah muda dan berkilat basah oleh cairan yang membanjirinya.
Perlahan kutempelkan kepala kontolku tepat di pintu masuk liang vaginanya.
Sleepph.. Kumajukan perlahan pinggulku dan kepala kontolku pun menyeruak masuk.. mencoba menembus pertahanan Tya.
Slebbh.. Clebbh.. “Erghh..” Terasa sempit. Tya pun sepertinya menahan rasa sakit.
Ketika batang kontolku terbenam setengahnya di liang vaginanya.. kucoba memaju-mundurkan batang kontolku perlahan.
Akhirnya dengan sedikit paksaan.. batang kontoku terbenam seluruhnya dalam liang vagina Tya.
Tya menjerit tertahan merasakan tubuhnya di masuki batang kontol yang cukup besar.
Jlebbhh..! “Aaacchhhhh.. iiissshhhhttt.. ooouuuuchhhh..”
Saking sempitnya.. vaginanya terlihat menggembung.. sesak menampung batang kontolku.
Kudiamkan sesaat batang kontolku di dalam vagina Tya. Merasakan sensasi kedutan-kedutan halus otot vaginanya yang mencengkram erat seluruh batang kontolku. Sungguh sensasi yang tidak terkira.
Setelah beberapa saat perlahan kumaju-mundurkan pinggulku lagi dan penisku terlihat bergerak maju-mundur di liang vaginanya.
Batang itu terlihat basah berkilat dilumuri cairan kewanitaan Tya.
Semakin lama kupercepat gerakan pinggulku dan Tya pun makin meracau dan merintih merasakan kenikmatan persetubuhan kami.
“Aaacchhhhh.. ooouuchhhh.. acchhhhh.. sssttt.. mmmaaa asss..” Terus saja kuhujamkan batang kontolku ke vagina Tya.
Posisiku setengah berlutut ditopang kedua tanganku yang diposisikan mengapit kedua payudara Tya.
Daging kenyal itu bergesekan dengan kulit lenganku mencipatan sensasi tersendiri. Payudara itu terus berguncang mengikuti irama sodokan pinggulku.
Serunya aktivitas kami di atas bale-bale menciptakan suara berderit yang cukup riuh di ruangan tersebut. Belum lagi suara nafas kami yang memburu dan rintihan serta suara Tya yang terus meracau.. menciptakan suara-suara di malam sunyi itu.
Tiba-tiba Blackberry Tya berdering.. Tya agak kaget. Segera diraihnya Blackberry yang diletakkan di dalam tas tak jauh dari tubuhnya.
Terlihat nama suaminya di layar BB. Tya memberi kode dengan telunjuknya.. memintaku agar berhenti
sesaat menggenjot tubuhnya.
“Iya mas..” jawab Tya.
“Aku masih di jalan.. ini lagi berteduh. Aku numpang sama temen naik motor..”
Tya pun berbohong pada suaminya.. “Iya sebentar lagi aku jalan..” tutupnya.
Begitu bunyi percakapan Tya dengan suaminya di telepon.
Ketika menerima telpon.. aku tidak menghentikan genjotanku.. aku hanya mengurangi temponya.. sehingga ia pun berbicara sedikit tertatah agar tidak sampai merintih.
Dicubitnya perutku.. sambil merajuk. “Hampir aja ketahuan..” ujarnya lagi.
Tidak tampak perasaan bersalah di wajahnya.. walau vagina yang seharusnya menjadi hak suaminya tengah dimasuki oleh kontol tetangganya.
Tampak birahinya yang menggebu mengalahkan logika dan akal sehatnya. Bokep Asia
Segera aku menggenjot kembali pinggulku denga tempo yang lebih cepat.
Tya kembali merintih dan tak lama ia pun menjerit panjang sambil meremas lenganku dengan kerasnya.
Di bawah sana terasa kedutan dan otot vaginanya mencengkram makin keras di barengi dengan punggungnya yang sedikit melengkung menahan ledakan kenikmatan yang dirasakannya. Tya mencapai klimaksnya.
Melihatnya mengalami orgasme aku pun makin mempercepat tempo permainanku. Sudah hampir 40 menit aku menggempurnya dengan posisi misionaris.
Tak lama.. pertahananku pun mulai jebol. Tempo sodokanku makin cepat lagi.
Tubuhku mengejang dan pinggulku kudorong kuat-kuat.. sehingga kantong zakarku membentur bibir vaginanya.
Ujung penisku pun terasa menyentuh mulut rahimnya.
Crett.. crett.. crett..crett..! Spermaku menyemprot dengan deras ke dalam liang vaginanya.
Batang kontolku berdenyut dengan kerasnya.
Tya merasakan sensasi kenikmatan yang tiada tara. Matanya terpejam.. mulutnya setengah terbuka. Suara rintihan tertahan keluar dari mulutnya seiring sensasi aliran lava hangat yang mengalir ke dalam tubuhnya.
Tangannya tiba-tiba mencengkram tengkukku dan menarik wajahku mendekat padanya. Dilumatnya bibirku dengan liarnya.
Digigit-gigit juga bibir bawahku dan lidahnya menyapu liar setiap sisi rongga mulutku. Terlihatlah sisi liar Tya.
Tubuh kami berhimpitan.. tubuhku masih menindih tubuhnya. Payudaranya yang cukup keras tertindih dadaku. Keringat kami bercampur jadi satu.
Cairan kelamin kami pun berpadu di liang vagina Tya. Batang kontolku masih tertanam seluruhnya.
Otot vagina Tya mencengkram dengan erat.. sepertinya enggan melepaskan batang kontolku.
Hujan di luar makin reda seiring berakhirnya pertempuran kami. Suhu ruangan tidak lagi dingin namun panas diiringi suara nafas yang terengah-engah.
Perlahan aku melepaskan bibir Tya dan mengeluarkan batang kontolku dari vaginanya. Terlihat batang kontolku sangat basah.
Dan kulihat lubang memeknya yang tadi sempit kini merekah seperti bunga dan terlihat lelehan cairan putih spermaku.
Aku pun bangkit berdiri dan mulai berpakaian. Hampir satu jam kami bersetubuh di warung itu. Sementara Tya tampaknya benar-benar kepayahan.
Aku pun lantas membantunya untuk bangkit dan mengenakan pakaiannya. Kepalanya disandarkan di bahuku dan kupapah tubuhnya menuju motor yang terparkir di luar.
Dengan lembut Tya mencium pipiku sambil berbisik mesra.. “Besok lagi ya sayang..”
Namanya Imas.. aku biasa memanggilnya Teh Imas.. sementara ia biasa memanggilku Mas Tody. Perawakannya sedang-sedang saja.. wajahnya pun sedang-sedang saja.. bila dibandingkan dengan istriku jelas lebih cantik istriku.
Tapi entah mengapa ia begitu menggairahkan diriku.. sehingga aku sering berangan-angan untuk dapat bersetubuh dengannya.
Mungkin itulah yang dimaksud dengan peribahasa ‘Rumput di halaman tetangga nampak lebih hijau’.
Angan-anganku tersebut sebenarnya tidak berlebihan.. karena Teh Imas sendiri sering memancing perhatianku.. baik dengan perkatan-perkataannya saat ia mengobrol denganku.. maupun dengan sikap dan gerak-geriknya.
Rumah kami yang saling berhadapan memungkinkan diriku untuk sering mengamatinya sambil berkhayal.
Apalagi bila ia selesai mandi –kebetulan kamar mandinya berada di luar rumah– seolah sengaja memamerkan tubuhnya yang sintal dan mulus yang hanya ditutupi dengan handuk yang minim.
Tak ayal lagi bila melihat itu aku pun asyik memelototinya dari balik kaca rumahku sambil beronani.
Pernah pada suatu hari ketika aku berjalan di gang yang sempit dekat rumahnya.. aku dikagetkan olehnya di tikungan.
Kontan saja aku merasa kaget.. namun ketika mengetahui bahwa yang mengagetkanku itu Teh Imas aku pun memeluknya erat-erat.
Pada mulanya ia meronta-ronta hendak melepaskan diri dari pelukanku.. namun dari rontaannya aku mengetahui bahwa ia hanya berpura-pura.. terlebih-lebih ketika aku berhasil mendaratkan ciuman di bibirnya yang seksi.. ia memberi respons dengan membalas ciumanku.
Tanganku pun bergerilya di sekitar dadanya. Teh Imas hanya dapat menggelinjang sambil merintih keenakan.
Untung kami sadar bahwa gang tersebut adalah jalan umum walaupun pada saat itu sangat sepi maka kami pun melepaskan ciuman kami.
Teh Imas tersenyum tersipu sambil berkata.. “Ah.. Mas Tody nakal..!” sambil mencubit mesra pahaku.
Sejak saat itu khayalanku bertambah menjadi-jadi.. karena mengetahui bahwa Teh Imas membalas hasratku.
Teh Imas pun jadi semakin atraktif bila di hadapanku seolah-olah memberi isyarat bahwa ia menginginkan peristiwa di gang sepi itu terulang lagi.
Bahkan lebih dari itu.
Pada suatu hari ketika aku akan pergi ke kampung untuk menjemput orangtuaku.. tanpa curiga suami Teh Imas menyuruh istrinya untuk ikut bersamaku guna menengok adiknya yang kebetulan tinggal di kota yang sama dengan tempat orangtuaku tinggal.. dan Teh Imas pun setuju.
Waktu itu aku membawa mobil kakakku dan pergi sendirian. Wah pucuk dicinta ulam pun tiba.. pikirku.
Singkat kata kami berdua pun pergi bersama-sama. Sepanjang perjalanan kami tidak banyak bicara.. karena bagaimanapun aku merasa rikuh.. takut Teh Imas tidak merasa senang.
Yang kulakukan hanya membayangkan alangkah nikamtnya bila aku dapat menyetubuhi Teh Imas yang bahenol nerkom itu.. sehingga sepanjang perjalanan kontolku ngaceng terus.
Ketika tiba di kota S kami pun mampir di sebuah restoran yang berdampingan dengan sebuah hotel untuk beristirahat sambil mengisi perut.. karena di rumah kami belum sempat sarapan.
Sembari menikmati sarapan otakku berputar mencari jalan bagaimana caranya agar aku dapat menyetubuhi Teh Imas sepuas-puasnya.
Setelah selesai makan saya berkata kepada Teh Imas.. “Teh kita istirahat dulu di hotel yach untuk mengembalikan stamina karena perjalanan kita masih jauh..”
Teh Imas tersenyum sambil menjawab.. “Alaaaaah Mas Tody kok pura-pura segala.. bilang saja terus terang kalau Mas Tody ingin ngewe dulu dengan saya.. saya juga mau kok karena dari dulu juga memek saya sebetulnya sudah kepingin dimasuki oleh kontol Mas Tody. Tadi juga saya selalu memperhatikan celana Mas Tody yang kembung karena kontolnya ngaceng ya..?”
Aku merasa agak malu karena tipu muslihatku diketahui oleh Teh Imas.. tapi aku pun merasa lega karena keinginanku tidak bertepuk sebelah tangan.
Teh Imas pun melanjutkan ceritanya.. “Mas.. sebenarnya hasrat seks saya tidak terpuaskan oleh suami saya yang kontolnya kecil.. lagipula loyo.. oleh karena itu saya selalu beronani sambil membayangkan bahwa saya sedang diewe oleh Mas Tody..”
Mendengar pengakuannya yang polos dan terus terang itu kontan kontol saya semakin mengeras.. apalagi setelah saya perhatikan ternyata di balik T-Shirtnya yang ketat Teh Imas tidak mengenakan BH.. sehingga buah dadanya yang besar terlihat menggelantung dan putingnya tercetak jelas.
Akhirnya kami memutuskan untuk cek-in di hotel di sebelah restoran tadi. Hotel tersebut lumayan bersih dengan suasana yang tenang.
Begitu kami masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya kontan Teh Imas memeluk diriku dan mendaratkan ciumannya ke bibirku sambil tangannya berusaha untuk membuka ritsleting celanaku.. seolah-olah tidak sabar untuk memegang kontolku.
Aku pun segera mengimbangi kebuasannya dengan melumat bibirnya sambil meremas-remas teteknya. Untuk membantu Teh Imas aku pun segera membuka celanaku.. sehingga Teh Imas leluasa memegang dan mempermainkan kontolku yang berukuran sedang.. panjang 14 -15 cm. dengan diameter 4 cm.
Ketika aku mendaratkan bibirku di lehernya.. Teh Imas pun menggelinjang kegelian sambil mendesah nikmat. “Aaaah.. Masssssss.. geli tapi nikmaaaaaaaat..”
Aku pun meneruskan pengembaraan bibirku ke bagian dada Teh Imas yang kausnya sudah dibuka. Segera ketika kudapatkan teteknya yang besar aku pun menghisap dan mempermainkan pentilnya dengan bibirku.
Teh Imas menjerit tertahan sambil mengelinjang kegelian campur nikmat. “Aaaaawwww.. Massssss.. Terus.. jangan biarkan saya menderita Maaaassss.. Aku sangat menginginkan kontolmuuuuuu..” Sambil tangannya tidak henti-hentinya mempermainkan kontolku.
Sambil tetap mengulum dan menghisap teteknya aku pun melepaskan celana panjang dan celana dalam Teh Imas sambil perlahan-lahan membaringkan tubuhnya di tempat tidur.
Aku pun menempelkan kontolku serta menggesek-gesekkannya pada permukaan memek Teh Imas yang ditumbuhi oleh bulu yang lebat.
Nampaknya Teh Imas sudah tidak sabar ingin segera merasakan kenikmatan kontolku; ia berusaha memasukkan kontolku ke dalam memeknya dengan jalan menggoyang-goyangkan pantatnya sambil mengarahkan lubang memeknya yang sudah basah kepada kontolku.
Namun aku sengaja menahannya tidak memasukkan kontolku tersebut ke dalam memeknya karena aku ingin tahu sampai sejauh mana nafsu wanita yang seksi ini. Aku malah mempermainkan memeknya dengan tanganku.. kuusap-usap klitorisnya dengan jariku.
Dipermainkan begitu Teh Imas semakin hebat menggelinjang.. pantatnya tidak berhenti bergoyang.. sementara bibirnya semakin ramai mendesah dan meracau.. “Ssshhh.. ssshh.. shhh.. Maasss.. aku sudah tidak tahan Masss.. cepat masukkan kontolmuu.. Masss.. aku bisa gila Maaasss.. ingin cepat merasakan kontolmuuuu.. sudah lama aku menginginkan diewe olehmu Massssss..”
Nafasnya semakin memburu. Kulihat matanya membeliak dan yang tampak hanya bagian putihnya saja.
Melihat nafsunya yang sudah demikian memuncak aku pun merasa iba.. sehingga secara perlahan-lahan.. Slepph.. Kumasukkan kontolku ke dalam lubang memeknya.. ketika sudah masuk separohnya kucabut kontolku.. untuk dimasukkan kembali separohnya. Demikianlah kulakukan berulang-ulang.
Teh Imas matanya setengah terpejam sambil mulutnya tidak henti-hentinya mengeluarkan desahan seperti orang yang kepedasan.. karena makan sambal sambil pinggulnya tidak berhenti bergoyang dan berputar yang menambah kenikmatan kontolku.
“Sssssshhhhh.. ssssshhhhhtttt.. ssssshhhhhh.. ssssshhhhh..”
Ketika kuhujamkan seluruh kontolku ke dalam memeknya Teh Imas pun menjerit tertahan sambil wajahnya mendongak.. “Aaww..!”
Melihat lehernya terbuka aku pun menciumi lehernya.. tapi aku membairkan kontolku tertanam di dalam memek Teh Imas tanpa memajumundurkan atau menggerakkannya.
Teh Imas nampak kesal dan ia memintaku untuk memajumundurkan kontolku. “Jangan didiamkan dong kontolmu Masss.. kurang nikmat.. nanti aku imbangin permainan kontolmu dengan goyang jaipongku..” Memang kebetulan Teh Imas pandai menari jaipong yang seksi itu.
Permainan kami sudah berlangsung 30 menit.. berbagai posisi telah kami coba dan Teh Imas selalu menuruti posisi yang aku minta dan kelihatannya ia sangat menyukai setiap posisi tersebut.. terlebih-lebih ketika aku memintanya untuk menungging dan aku hujamkan kontolku dari belakang.. sehingga terasa betul bahwa seluruh kontolku ditelan oleh memeknya.
Ia sudah mengalami orgasme sebanyak lima kali dan terlihat sudah kelelahan. Maka akupun memberi isyarat kepadanya bahwa aku pun akan mengeluarkan maniku di dalam memeknya.. ia pun menyetujuinya dan menghendaki untuk keluar bersama-sama.
Dalam keadaan bugil kami pun berpelukan tanpa menghiraukan keringat kami yang bercucuran.
Teh Imas pun lantas bercerita bahwa suaminya terlalu kuno dalam bermain cinta.. tidak lihai membangkitkan gairah istri.. sehingga Teh Imas sering merasa malas meladeninya.. di samping ukuran kontolnya yang kecil dan pendek serta tidak tahan lama.
Kebetulan aku pun mengalami masalah yang sama.. istriku terlalu kuno dalam bercinta.. tidak mau bereksperimen.. hal itu membuat aku kadang-kadang merasa jenuh.
Tanpa terasa kami pun tertidur sambil berpelukan.
Ketika aku terbangun kulihat Teh Imas masih tertidur lelap dalam keadaan telanjang. Posisinya sangat menggairahkan.. kedua kakinya tertekuk agak mengangkang.. sehingga terlihat memeknya yang berwarna merah kehitam-hitaman agak merekah.
Melihat pemandangan itu kontan saja kontolku ngaceng kembali tapi aku tidak segera memasukkan kontolku tersebut ke dalam memek Teh Imas.. melainkan secara pelan-pelan mendekatkan bibirku ke arah memek tersebut.
Aku ingin memberi pengalaman baru yang mengasyikkan kepada Teh Imas.
Segera saja kudaratkan bibirku ke memek Teh Imas tanpa menghiraukan bau yang keluar dari lubang kenikmatan tersebut dan juga tanpa menghiraukan bekas-bekas mani yang masih menempel.
Kujulurkan lidahku untuk mengorek-ngorek lubang memek tersebut sambil sesekali kuhisap dan kupermainkan klitorisnya dengan lidahku.
Teh Imas belum terbangun tapi pantatnya bergoyang-goyang dan terangkat sambil mengerang-erang.. kelihatannya karena geli dan nikmat.
Mungkin ia sedang bermimpi nikmat.
Ketika tidak berapa lama kemudian Teh Imas terbangun ia melihat bahwa aku sedang bermain-main di seputar memeknya.. ia pun menjambak rambutku dan membenamkan kepalaku ke memeknya.. pahanya segera menjepit erat kepalaku dan kakinya ditumpangkannya di pundakku.
Badannya menggelepar-gelepar.. kepalanya menggeleng ke kiri dan ke kanan.. tangannya menjambak rambutku dan menekan kepalaku agar lebih keras mempermainkan memeknya.
Sepertinya kalau bisa ia ingin membenamkan seluruh kepalaku ke dalam lubang memeknya.
Aku pun semakin agresif memberi kenikmatan kepada memek Teh Imas yang tidak henti-hentinya menggelinjang sambil mengerang. “Aahhh.. Ssshhh.. ssshhh.. Adduhhh.. Masss.. Pandai nian Massss memberi kenikmatan padaku.. aku rela diperlakukan bagaimana pun asal nikmaat bagikuuu.. telan saja memekku Maaaaassss..” Racaunya makin tak jelas..
Aku pun melanjutkan permainan bibirku ke bagian atas. Aku menjilati pusarnya.. terus naik lagi semakin ke atas dan segera kutemukan tetek Teh Imas yang menjadi favoritku.. aku senang berlama-lama mempermainkan serta menghisapnya.
Teh Imas semakin liar gerakan tubuhnya.. menggelinjang ke sama ke mari. Mulutnya tidak henti-hentinya meracau mengeluarkan desahan serta kata-kata yang jorok menyebabkan aku semakin terangsang. “Maasss.. cepet doong.. masukkan kontolmuu.. jangan siksa aku Mass.. ooohhh nikmatnyaaa.. Aku ingin segera naik ke surga duniaaaa.. Massss..”
Aku merasa iba mendengar rintihan serta ratapannya.. di samping aku pun memang sudah tidak tahan.
Aku segera menghujamkan kontolku keras-keras ke dalam memek Teh Imas.. ia seperti tersedak.. nafasnya seolah-olah terhenti sejenak.. kemudian terdengarlah erangannya yang semakin meningkatkan nafsu birahiku.
Aku pun tidak berhenti memajumundurkan kontolku.. sehingga terdengar bunyi seperti suara langkah kaki orang yang berlari-lari di tempat yang becek.. clek clek clek clek clek.. ditimpali bunyi beradunya pahaku dengan paha Teh Imas yang mengeluarkan bunyi plok plok plok.
Bunyi-bunyi tersebut dipadukan dengan suara rintihan serta erangan yang keluar dari mulutku dan mulut Teh Imas.
Ah.. nikmat benar ngeweeeeeeeeee dengan Teh Imas..!
Tidak berhenti sampai di situ.. kami pun berguling-guling untuk menambah variasi permainan.. kadang aku di atas kadang di bawah.
Ketika aku berada di atas kendali permainan ada pada diriku.. tapi ketika aku berada di bawah maka Teh Imaslah yang mengendalikan permainan.. dengan liar ia menaikturunkan serta memaju-mundurkan pantatnya.. sementara aku mengimbanginya dari bawah.
Teh Imas tidak henti-hentinya memuji kelihaianku dalam memuaskan dirinya. “Maaaasssss.. Pandai benar engkau memuaskan diriku.. Masssss andaikata engkau suamiku tentu aku akan memintamu mengewe diriku setiap saat.. Maass.. aduuhh.. Nikmaattt.. Ssshhh.. Sshhhh.. kontoll. Masss.. rendamlah kontolmu di dalam memekku selama mungkiinn.. Aaww.. sssshhh..”
Aku pun mengimbangi pujiannya dengan memuji pula. “Teehh.. Sudah kuduga pasti memekmu enaakkkk.. ssshhh..”
Setelah berlangsung cukup lama aku merasa ada sesuatu yang mendesak-desak di dalam kontolku ingin keluar.. Teh Imas pun nampaknya mengejang.. maka aku mengajak agar mencapai orgasme secara bersama-sama.. teh Imas mengangguk.
Terjadilah kontraksi pada diri kami berdua sejenak kemudian memancarlah air maniku di dalam memek Teh Imas.. diiringi oleh jeritan tertahan dari kami berdua.
“Awww.. aduhh.. Masss..”
“Teehhhh..”
Kami pun terkulai lemas.. tubuh Teh Imas menindih tubuhku.. tangannya memeluk erat tubuhku dengan mesra.
Ketika hari menjelang sore kami berdua mandi bersama-sama karena hendak melanjutkan perjalanan ke kota tujuan.
Kami saling menyabuni tubuh kami masing-masing dan di dalam kamar mandi itu terjadilah lagi persetubuhan dengan gaya dan posisi yang benar-benar baru bagi Teh Imas.
Ia sendiri mengakui bahwa pengalaman ngewe bersamaku di hotel itu merupakan pengalamannya yang baru dalam bersetubuh dan membawa kenikmatan yang luar biasa baginya.
Setelah selesai mandi sambil ngewe kami pun cek-out dari hotel tersebut dan melanjutkan perjalanan ke kota tujuan kami.
Tapi berbeda dengan ketika kami baru berangkat dari rumah kami suasana di perjalanan sekarang jauh lebih santai lebih menyenangkan.
Aku dipaksa untuk melepaskan celana dalamku oleh Teh Imas.. agar ia leluasa mempermainkan kontolku dan kadang-kadang mengulumnya.
Perlu diketahui bahwa setelah keluar dari hotel aku mengenakan sarung sedangkan Teh Imas mengenakan rok.
Bukan satu duakali aku harus meminggirkan mobilku yang kukemudikan di tempat yang sepi karena merasa tidak tahan dengan kenikmatan yang diberikan oleh Teh Imas kepada kontolku.
Kebetulan sepanjang perjalanan kami banyak melewati hutan jati. Bila sudah demikian Teh Imas pun meminta kepadaku untuk menjilat dan menyedot itilnya karena ia pun tidak memakai cd.
Aaaah.. Teh Immaass.. betapa nikmatnya itilmu seperti yang selama ini aku bayangkan.
Sesampai di kota yang dituju kami pun berpisah.. karena rumah orangtuaku dan rumah adiknya berjauhan.. sekaligus untuk menghilangkan jejak.
Sebelum berpisah kami sama-sama berjanji untuk merahasiakan peristiwa nikmat ini dan sekaligus juga berjanji untuk melakukannya lagi pada waktu yang lain bila keadaan memungkinkan.
Aahhh.. Teh Imaasss.. aku selalu merindukan memekmu.. Kapankah kontolku bisa menembus dan mengaduk-aduk lagi memekmu..?
Aku pun yakin bahwa perasaanmu juga sama. Teh Imas ewean lagi yu..?
Aku ingin mengewemu setiap saat. Semoga Teh Imas membaca cerita ini dan menyambut keinginanku ini.
Bagiku sekarang rumput di halaman tetangga itu bukan saja ‘lebih hijau’ namun juga ‘lebih nikmat..’ Aaahhh..
No comments:
Post a Comment