Friday, May 10, 2019

Cerita Dewasa TanPA Gunakan Pengaman

Cerita Dewasa TanPA Gunakan Pengaman

Cerita Dewasa TanPA Gunakan Pengaman

 Kejadiannya ketika aku sudah berkeluarga dan sudah memiliki 1 orang anak umur ±2 tahun.. usiaku kala itu 30 tahun. Kami baru pindah ke sebuah kompleks perumahan di kota S yang masih sangat baru. Belum banyak penghuni yang menempatinya.. malahan di gang rumahku –yang terdiri dari 12 rumah..– baru 2 rumah yang ditempati.. yaitu rumahku dan rumah Pras.


Pras juga sudah beristri.. namanya Alina.. tapi biasa dipanggil Lina. Mereka belum punya anak sekalipun sudah menikah lebih dari 2 tahun. Rumah Pras hanya berjarak 2 rumah dari rumahku. Nah.. karena tidak ada tetangga yang lain.. kami jadi cepat sekali akrab. Aku dan Pras jadi seperti sahabat lama.. kebetulan kami seumuran dan hobi kami sama.. catur.

Lina.. yang berumur 26 tahun.. juga sangat dekat dengan istriku.. Winda. Mereka hampir tiap hari saling curhat tentang apa saja dan soal seks juga sering mereka perbincangkan. Biasa mereka berbincang di teras depan rumahku kalau sore sambil Winda menyuapi Aria.. anak kami.

Mereka sama sekali tidak tahu kalau aku sering ‘menguping rumpian’ mereka dari kamarku. Aku jadi banyak tahu tentang kehidupan seks Lina dan suaminya. Intinya Lina ‘kurang happy’ soal urusan ranjang ini dengan Pras. Bukannya Pras ada kelainan.. tapi dia senangnya tembak langsung tanpa pemanasan dahulu.. sangat konservatif tanpa variasi dan sangat egois. Begitu sudah ejakulasi ya sudah.. dia tidak peduli dengan istrinya lagi. Sehingga Lina sangat jarang mencapai kepuasan dengan Pras.


Sebaliknya istriku cerita ke Lina kalau dia sangat ‘happy’ dengan kehidupan seksnya. Dan memang.. sekalipun aku bukan termasuk ‘pejantan tangguh’.. tapi aku hampir selalu bisa memberikan kepuasan kepada istriku. Mereka saling berbagi cerita dan kadang sangat mendetail malah.


Sering Lina secara terbuka menyatakan iri pada istriku dan hanya ditanggapi dengan tawa terkekeh-kekeh oleh Winda. Wajah Lina cukup cantik.. sekalipun tidak secantik istriku memang.. tapi bodinya sungguh sempurna.. padat berisi. Kulitnya yang putih juga sangat mulus. Dan dalam berpakaian Lina termasuk wanita ‘yang berani’ sekalipun masih dalam batas-batas kesopanan.

Sering aku secara tak sadar menelan ludah mengagumi tubuh Lina.. di luar tahu istriku tentu saja. Sayang sekali tubuh yang demikian menggiurkan jarang mendapat siraman kepuasan seksual.. sering aku berpikiran kotor begitu.
Tapi semuanya masih bisa aku tangkal dengan akal sehatku.


Jum’at petang itu kebetulan aku sendirian di rumah. Winda dan Aria tentu saja.. paginya pulang ke rumah orangtuanya di M.. karena hari Minggunya adik bungsunya menikah. Rencananya Sabtu pagi aku akan menyusul ke M.

Kesepian di rumah sendirian.. setelah mandi aku melangkahkan kaki ke rumah Pras. Maksud hati ingin mengajak dia main catur.. seperti yang sering kami lakukan kalau tidak ada kegiatan. Rumah Pras sepi-sepi saja. Aku hampir mengurungkan niatku untuk mengetuk pintu.. karena aku pikir mereka sedang pergi.

Tapi lamat-lamat aku dengar ada suara TV. Kuketuk pintu sambil memanggil.. “Pras.. Pras..!!” Beberapa saat kemudian terdengar bunyi gerendel dan pintu terbuka. Splass..! Aku sempat termangu sepersekian detik.
Di depanku berdiri sesosok perempuan cantik tanpa make-up dengan rambut yang masih basah tergerai sebahu.
Dia mengenakan daster batik mini warna hijau tua dengan belahan dada rendah.. tanpa lengan yang memerlihatkan pundak dan lengan yang putih dan sangat mulus.


“Eh.. Mas Benny. Masuk Mas..” Sapaan ramah Lina menyadarkan aku bahwa yang membukakan pintu adalah Lina.

Sungguh aku belum pernah melihat Lina secantik ini. Biasanya rambutnya selalu diikat dengan ikat rambut.. tak pernah dibiarkan tergerai seperti ini.

“Nnng.. Pras mana Lin..?”
“Wah, Mas Pras luar kota Mas..”
“Tumben Lin dia tugas luar kota. Kapan pulang..?”
“Iya Mas.. kebetulan ada acara promosi di Y.. jadi dia harus ikut.. sampai Minggu baru pulang. Mas Benny ada perlu ama Mas Pras..?”
“Enggak kok.. cuman pengin ngajak catur aja. Lagi kesepian nih.. Winda ama Aria ke M..”
“Wah kalo cuman main catur ama Lina aja Mas..”

Sebetulnya saat itu aku sudah ingin menolak dan balik kanan pulang ke rumah. Tapi entah bisikan darimana yang membuat aku berani mengatakan.. “Emang Lina bisa catur..?”

“Eit.. jangan menghina Mas.. biar Lina cewek, belum tentu kalah lho ama Mas..” kata Lina sambil tersenyum yang menambah manis wajahnya.
“Ya bolehlah.. aku pengin menjajal Lina..” kataku dengan nada agak nakal.
Lagi-lagi Lina tersenyum menjawab godaanku.


Dia membuka pintu lebih lebar dan mempersilakan aku duduk di kursi tamu.
“Sebentar ya Mas.. Lina ambil minuman. Mas susun dulu caturnya..”

Lina melenggang ke ruang tengah. Aku semakin leluasa memperhatikannya dari belakang. Kain daster yang longgar itu ternyata tak mampu menyembunyikan lekuk tubuh Lina yang begitu padat. Goyangan kedua puncak pantatnya yang berisi tampak jelas ketika Lina melangkah.

Mataku terus melekat sampai Lina menghilang di pintu dapur. Buru-buru aku ambil catur dari rak pajangan dan aku susun di atas meja tamu. Pas ketika aku selesai menyusun biji catur.. Lina melangkah sambil membawa baki yang berisi 2 cangkir teh dan sepiring kacang goreng kegemaran aku dan Pras kalau lagi main catur.

Ketika Lina membungkuk meletakkan baki di meja.. mau tak mau belahan dada dasternya terbuka dan menyingkap dua bukit payudara yang putih dan sangat padat. Serr.. Seketika darahku berdesir kencang.. ternyata Lina tidak memakai bra..!


Tampaknya Lina tak sadar kalau sudah ‘menraktir’ aku dengan pemandangan yang menggiurkan itu. Dengan wajar dia duduk di kursi sofa di seberang meja.

“Siapa jalan duluan Mas..?”
“Lina kan putih.. ya jalan duluan dong..” kataku sambil masih berdebar-debar.

Beberapa saat kami mulai asik menggerakkan buah catur. Ternyata memang benar.. Lina cukup menguasai permaian ini. Beberapakali langkah Lina membuat aku harus berpikir keras. Lina pun tampakya kerepotan dengan langkah-langkahku. Beberapakali dia tampak memutar otak. Tanpa sadar kadang-kadang dia membungkuk di atas meja yang rendah itu dengan kedua tangannya bertumpu di pinggir meja.

Posisi ini tentu saja membuat belahan dasternya terbuka lebar.. dan kedua payudaranya yang aduhai itu menjadi santapan empuk kedua mataku. Byarrr..!! Konsentrasiku mulai buyar. Satu-duakali dalam posisi seperti itu Lina mengerling kepadaku dan memergoki aku sedang menikmati buah dadanya.


Entah memang dia begitu tenggelam dalam berpikir atau memang sengaja.. dia sama sekali tidak mencoba menutup dasternya dengan tangannya.. seperti layaknya reaksi seorang wanita dalam kondisi ini. Aku semakin berani menjelajah sekitar wilayah dadanya dengan sapuan pandanganku Aku betul-betul terpesona.. sehingga permainan caturku jadi kacau dan dengan mudah ditaklukkan oleh Lina.

“Cckk.. cckk.. cckk.. Lina memang hebat.. aku ngaku kalah deh..”
“Ah dasar Mas aja yang ngalah dan nggak serius mainnya. Konsentrasi dong Mas..” jawab Lina sambil tersenyum menggoda.
“Ayo main lagi.. Lina belum puas nih..” Ada sedikit nada genit di suara Lina.

Kami main lagi.. tapi kali ini aku mencoba lebih konsentrasi. Permainan berjalan lebih seru.. sehingga suatu saat ketika sedang berpikir.. tanpa sengaja tanganku menjatuhkan biji catur yang sudah ‘mati’ ke lantai.


Dengan mata masih menatap papan catur aku mencoba mengambil biji catur tersebut dari lantai dengan tangan kananku. Rupa-rupanya Lina juga melakukan hal yang sama.. sehingga tanpa sengaja tangan kami saling bersenggolan di lantai.

Entah siapa yang memulainya.. tapi kami saling meremas lembut jari tangan di sisi meja sambil masih duduk di kursi masing-masing. Aku melihat ke arah Lina.. dia masih dalam posisi duduk membungkuk tapi matanya terpejam. Jari-jari tangan kirinya masih terus meremas jari tangan kananku.

Aku menjulurkan kepalaku dan mencium dahi Lina dengan sangat mesra.
Dia sedikit terperanjat dengan ‘langkahku’ ini.. tapi hanya sepersekian detik saja.
Matanya masih memejam dan bibirnya yang padat sedikit terbuka dan melenguh pelan.. “Ooohhh..”

Aku tak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku kulum lembut bibir Lina dengan bibirku.. dia menyambutnya dengan mengulum balik bibirku sambil tangan kanannya melingkar di belakang leherku.


Kami saling berciuman dengan posisi duduk berseberangan dibatasi oleh meja.
Kulumam bibir Lina ke bibirku beubah menjadi lumatan. Bibirku disedot pelan dan lidahnya mulai menyeberang ke mulutku.
Aku pun menyambutnya dengan permainan lidahku. Bokep Barat

Merasa tidak nyaman dalam posisi ini.. dengan sangat terpaksa aku lepaskan ciuman Lina.
Aku lantas bangkit berdiri.. berjalan mengitari meja dan duduk di sisi kiri Lina.

Belum sedetik aku duduk Lina sudah memeluk aku dan bibirnya yang kelihatan jadi lebih sensual kembali melumat kedua bibirku.
Lidahnya terus menjelajah seluruh isi mulutku sepanjang yang bisa dia lakukan.

Aku pun tak mau kalah bereaksi. Harus aku akui bahwa aku belum pernah berciuman begini ‘hot’.. bahkan dengan istriku sekalipun.
Rasanya seumur hidup kami berciuman begini.. sampai akhirnya Lina agak mengendurkan ‘serangannya’.




Kesempatan itu aku gunakan untuk mengubah arah seranganku. Aku ciumi sisi kiri leher Lina yang putih jenjang merangsang itu.
Rintih kegelian yang keluar dari mulut Lina dan aroma sabun yang harum semakin memompa semangatku.

Ciumanku aku geser ke belakang telinga Lina.. sambil sesekali menggigit lembut cuping telinganya.
Lina semakin menggelinjang penuh kegelian bercampur kenikmatan.

“Aaaahhhh.. aaaahhhhh..” Rintihan pelan yang keluar dari mulut Lina yang terbuka lebar seakan musik nan merdu di telingaku.

Lengan kananku kemudian aku rangkulkan ke leher Lina. Tangan kananku mulai menelusup di balik dasternya dan merayap pelan.. menuju puncak buah dada Lina yang sebelah kanan.

Wow.. payudara Lina.. yang sedari tadi aku nikmati dengan sapuan mataku.. ternyata sangat padat. Bentuknya sempurna.. ukurannya cukup besar karena tanganku tak mampu mengangkup seluruhnya.


Jari-jariku mulai menari di sekitar puting susu Lina yang sudah tegak menantang.
Dengan ibu jari dan telunjukku kupelintir lembut puting yang mungil itu.
Lina kembali menggelinjang kegelian.. namun tanpa reaksi penolakan sedikitpun.

Dia menolehkan wajahnya ke kiri.. dengan mata yang masih terpejam dia melumat bibirku.
Kami kembali berciuman dengan panasnya sambil tanganku terus bergerilya di payudara kanannya.
Reaksi kenikmatan Lina dia salurkan melalui ciuman yang semakin ganas dan sesekali gigitan lembut di bibirku.

Tangan kiriku aku gerakkan ke paha kiri Lina. Srengg.. Darahku semakin mengalir deras ketika aku rasakan kelembutan kulit paha mulus Lina.
Lambat namun pasti.. usapan tanganku aku arahkan semakin ke atas mendekati pangkal pahanya.

Ketika jariku mulai menyentuh celana dalam Lina di sekitar bukit kemaluannya.. aku menghentikan gerakanku.
Tangan kiriku aku kembali turunkan.. aku usap lembut pahanya mulai dari atas lutut.


Gerakan ini aku ulang beberapakali sambil tangan kananku masih memelintir puting kanan Lina dan mulut kami masih saling berpagutan.
Ciuman Lina semakin mengganas.. pertanda dia mengharapkan lebih dari gerakan tangan kiriku.

Aku pun mulai meraba bukit kemaluannya yang masih terbalut celana dalam itu.
Entah hanya perasaanku atau memang demikian.. aku rasakan denyut lembut dari alat kemaluan Lina.

Dengan jari tengah tangan kiriku.. kutekan pelan tepat di tengah bukit nan empuk itu. Jdudd..!
Denyutan itu semakin terasa. Aku juga rasakan kehangatan di sana.

“Aaahh.. Mas Ben.. aahhh.. iya.. iya..” Lina melenguh sambil sedikit meronta dan kedua tangannya menyingkap daster mininya serta menurunkan celana dalamnya sampai ke lututnya.

Serta merta mataku bisa menatap leluasa kemaluan Lina.
Bukitnya menyembul indah.. bulu-bulunya cukup tebal sekalipun tidak panjang.. bergerombol hanya di bagian atas.
Di antara kedua gundukan daging mulus itu terlihat celah sempit yang kentara sekali berwarna merah kecoklatan.


Sedetik dua detik aku sempat terpana dengan pemandangan indah yang terhampar di depan mataku ini.

Kemudian jari-jari tangan kiriku mulai membelai semak-semak yang terasa sangat lembut itu.
Betul-betul lembut bulu-bulu Lina.. aku tak pernah mambayangkan ada bulu pubis selembut ini.. hampir selembut rambut bayi.

Lina mereaksi belaianku dengan menciumi leher dan telinga kananku. Kedua tangannya semakin erat memeluk tubuhku.
Tangan kananku daritadi tak berhenti meremas-remas buah dada Lina yang sangat berisi itu.

Jari-jariku mulai mengusap lembut bukit kemaluan Lina yang sangat halus dan lembut.
Perlahan aku sisipkan jari tengah kiriku di celah sempit itu. Aku rasakan sedikit lembab dan agak berlendir.

Jemari tanganku menyusup lebih dalam lagi.. sampai kutemukan klitoris Lina yang sangat mungil dengan ujung jariku.
Srett.. Dengan gerakan memutar lembut kuusap benda kecil yang nikmat itu.

“Ahhhh.. iya.. Mas.. Ben.. ahhhh.. ahhhh..” rintihnya akibat ‘ulah nakal’ jemariku di benda sensitif tubuhnya.


Jari tengahku aku tekan sedikit lebih kuat ke klitoris Lina.. sambil aku gosokkan naik-turun.
Lina meresponsnya dengan membuka lebar kedua pahanya.. namun gerakannya terhalang celana dalam yang masih bertengger di kedua lututnya.

Sejenak aku hentikan gosokan jariku.. aku gunakan tangan kiriku untuk menurunkan benda yang menghalangi gerakan Lina itu.
Lina membantu dengan mengangkat kaki kirinya.. sehingga celana dalamnya terlepas dari kaki kirinya.

Sekarang benda itu hanya menggantung di lutut kanan Lina dan gerakan Lina sudah tak terhalang lagi.
Dengan leluasa Lina membuka lebar kedua pahanya.

Dari sudut pandang yang sangat sempit aku masih bisa mengintip bibir kemaluan Lina yang begitu tebal merangsang.. hampir sama tebal dan sensualnya dengan bibir atas Lina yang masih menciumi leherku.

Jariku sekarang makin leluasa menjelajah seluruh kemaluan Lina yang sudah sangat licin berlendir.
Penuh perasaan kugosok-gosok klitoris Lina dengan lebih kuat.. sambil sesekali mengusap ujung liang kenikmatannya dan aku gesek ke atas ke arah klitorisnya.


Aku tau ini bagian yang sangat sensitif dari tubuh wanita.. tak terkecuali wanita molek yang di sampingku ini.
Lina menggelinjang semakin hebat. “Aaaaaahhhhh.. Mas.. Mas.. ahhhhh.. terus.. ahhhhh..” pintanya sambil merintih.

Intensitas gosokanku semakin aku tingkatkan. Aku mulai mengorek bagian luar lubang senggama Lina.

“Iya.. ahhh.. iya.. Mas.. Mas.. Mas Ben..” Lina sudah lupa apa yang harus dia lakukan.

Dia hanya tergolek bersandar di sofa yang empuk itu. Kepalanya terdongak ke belakang.. matanya tertutup rapat.
Mulutnya terbuka lebar sambil tak henti mengeluarkan erangan penuh kenikmatan.
Tangannya terkulai lemas di samping tubuhnya.. tak lagi memelukku.

Tangan kananku pun telah berhenti ‘bekerja..’ karena aku harus merangkul erat Lina agar dia tidak melorot ke bawah.
Daster Lina sudah terbuka sampai ke perutnya.. menyingkap kulit yang sangat putih mulus tak bercacat.
Sementara celana dalam Lina masih menggantung di lutut kanannya. Pahanya kini telah mengangkang maksimal.

Jariku masih menari-nari di seluruh bagian luar kemaluan perempuan cantik yang semakin aku pandang semakin indah ini.
Sengaja aku belum menyentuhi bagian dalam liang surganya tersebut.


Eksesnya.. Lina bereaksi kian ‘histeris’ .. sekarang kepalanya menggeleng-geleng kiri-kanan dengan liarnya.
Rambut basahnya yang sudah mulai kering tergerai acak-acakan.. malah menambah keayuan wajah Lina.

“Mas.. Mas.. ahhhhh.. enak.. ahhhh nggak tahaaann.. ahhhh..”

Hmm.. Lina sudah hampir mencapai puncak kenikmatan birahinya. Pikirku menganalisis.

Maka kemudian dengan lembut aku mulai tusukkan jari tengahku ke dalam lubang vaginanya yang kini telah sangat basah.
Kusorongkan sampai seluruh jariku tertelan liang nikmat Lina yang terasa cukup sempit menjepit jariku.

Slebb.. kutarik perlahan sambil sedikit aku bengkokkan ke atas.. sehingga ujung jariku menggesek lembut dinding atas vagina Lina.

Gerakan ini aku lakukan berulangkali.. masuk lurus keluar bengkok.. masuk lurus keluar bengkok.. begitu seterusnya.
Hingga.. tak sampai 10 kali gerakan ini.. tiba-tiba Tubuh Lina menjadi kaku..
Kedua tangannnya mencengkeram erat pinggiran sofa. Kepalanya semakin mendongak ke belakang. Mulutnya terbuka lebar.


Gerakanku aku percepat dan aku tekan lebih dalam lagi. “Aaahhhhh..” Lina melenguh dalam satu tarikan nafas yang panjang. Tubuhnya sedikit menggigil.

Aku bisa merasakan jari tanganku makin terjepit kontraksi otot vagina Lina.. dan bersamaan dengan itu.. Srrrr.. srrr.. srrr.. kurasakan kehangatan cairan yang menyiram jariku di lorong liang nikmatnya bersamaan dengan kedutan-kedutan dinding kemaluan perempuan cantik istri tetanggaku ini. Hehe.. Lina telah mencapai orgasmenya.

Namun demikian aku tidak menghentikan gerakan jariku.. hanya sedikit mengurangi kecepatannya.
Tubuh Lina masih menggigil dan menegang. Mulutnya terbuka tapi tak ada suara yang keluar sepatahpun.. hanya embusan nafas kuat dan pendek-pendek yang dia keluarkan lewat mulutnya.

Kondisi demikian berlangsung selama beberapa saat.

Selang beberapa saat kemudian tubuh Lina berangsur melemas.. aku pun memperlambat gerakan jariku sampai akhirnya dengan sangat perlahan kucabut dari liang kenikmatan Lina.
Kulihat mata Lina masih terpejam rapat.. bibirnya masih sedikit ternganga.


Dengan lembut dan pelan aku dekatkan bibirku ke mulut Lina. Kucium mesra bibirnya yang sangat sensual itu.
Lina pun menyambut dengan tak kalah mesranya. Kami berciuman bak sepasang kekasih yang saling jatuh cinta.
Agak berbeda dengan ciuman yang menggelora seperti sebelumnya.

“Nikmat Lin..?” Dengan lembut aku berbisik di telinga Lina.
“Mas Ben.. ah.. Lina belum pernah merasakan kenikmatan seperti tadi.. sungguh Mas. Mas Ben sangat pinter.. Makasih Mas.. Winda sungguh beruntung punya suami Mas..”

“Aku yang beruntung Lin.. bisa memberi kepuasan kepada wanita secantik dan semulus kamu..”
“Ah Mas Ben bisa aja.. Lina jadi malu..” ujarnya tersipu.

Seluruh kejadian tadi sekalipun terasa sangat lama.. tapi aku tahu sesungguhnya tak lebih dari 5 menit.
Oh.. ternyata Lina wanita yang cepat mencapai orgasme.. asal tahu bagaimana caranya.
Sungguh tolol dan egois Pras kalau sampai tidak bisa memuaskan istrinya ini. Pikirku dalam hati.


Lina kemudian sadar akan kondisinya saat itu.
Dasternya awut-awutan.. kemaluannya masih terbuka lebar dan celana dalamnya tersangkut di lututnya.
Dia segera duduk tegak.. menurunkan dasternya.. sehingga menutup pangkal pahanya.
Gerakan yang sia-sia sebetulnya.. karena aku sudah melihat segalanya. Akhirnya dia bangkit berdiri.

“Lina mau cuci dulu Mas..”
“Aku ikut dong Lin.. ntar aku cuciin..” aku menggodanya.

“Ihhh Mas Ben genit..” Sambil berkata demikian dia menggamit tanganku dan menarikku ke kamarnya.
Aku tau ada kamar mandi kecil di sana.. sama persis seperti rumahku.

Sampai di kamar Lina aku berkata.. “Aku copot pakaianku dulu ya Lin.. biar nggak basah..”
Lina tidak berkata apa-apa.. tetapi mendekati aku dan membantu melepas kancing celanaku sementara aku melepaskan kaosku.
Aku lepaskan juga celanaku dan aku hanya memakai celana dalam saja.


Lina melirik ke arah celana dalamku.. atau lebih tepatnya ke arah benjolan berbentuk batang yang ada di balik celana dalamku.

Aku maju selangkah dan mengangkat ujung bawah daster Lina sampai ke atas dan Lina mengangkat kedua tangannya.. sehingga dasternya mudah terlepas.
Baru sekarang aku bisa melihat dengan jelas tubuh mulus Lina.
Sungguh tubuh wanita yang sempurna.. semuanya begitu indah dan proporsional.. jauh melampaui khayalanku sebelumnya.

Payudara yang dari tadi hanya aku intip dan raba sekarang terpampang dengan jelas di hadapanku. Bentuknya bundar kencang.. cukup besar.. tapi masih proporsional dengan ukuran tubuh Lina yang seksi itu.

Puting susunya sangat kecil bila dibanding ukuran bukit buah dadanya sendiri.
Warna putingnya coklat agak tua.. sungguh kontras dengan warna kulit Lina yang begitu putih.
Perut Lina sungguh kecil dan rata.. tak tampak sedikitpun timbunan lemak di sana.


Pinggulnya sungguh indah dan pantatnya sangat seksi.. padat dan sangat mulus.
Pahanya sangat mulus dan padat.. betisnya tidak terlampau besar dan pergelangan kakinya sangat kecil.

Rupa-rupa Lina sadar kalau aku sedang mengagumi tubuhnya.
Dengan agak malu-malu di berkata.. “Mas curang.. Lina udah telanjang tapi Mas belum buka celana dalamnya..”

Tanpa menunggu reaksiku.. Lina maju selangkah.. agak membungkuk dan memelorotkan celana dalamku.
Aku membantunya dengan melangkah keluar dari celanaku.

Tuink..!! Tongkat kejantananku yang sedari tadi sudah berdiri tegak langsung menyentak seperti mainan badut keluar dari kotaknya.

Kami berdua berdiri berhadapan sambil bertelanjang bulat saling memandangi.


Tak tahan aku hanya melihat tubuh molek Lina.. aku maju.. langsung kupeluk erat tubuh Lina.
Ughh.. Kurasakan nikmat ketika kulit tubuhku langsung bersentuhan dengan kulit halus tubuh Lina tanpa sehelai benangpun yang menghalangi.

“Kamu cantik dan seksi sekali Lin..”
“Ah Mas Ben ngeledek aja..”
“Bener kok Lin..” balasku tulus tapi modus.. hehe..
Sambil berkata demikian aku rangkul Lina lalu aku bimbing masuk ke kamar mandi.

Aku semprotkan sedikit air dengan shower ke kemauluan Lina yang masih berlendir itu.
Kemudian tangan kananku aku lumuri dengan sabun.. aku peluk Lina dari belakang dan aku sabuni seluruh kemaluan Lina dengan lembut.

Rupanya Lina suka dengan apa yang aku lakukan.. dia merapatkan punggungnya ke tubuhku.. sehingga penisku menempel rapat ke pantatnya.
Dengan gerakan lambat dan teratur aku menggosok selangkangan Lina dengan sabun.

Lina mengimbanginya dengan menggerakkan pinggulnya seirama dengan gerakanku.
Gesekan tubuhku dengan kulit halus mulus Lina seakan membawaku ke puncak surga dunia.


Akhirnya selesai juga aku membantu Lina mencuci selangkangannya dan mengeringkan diri dengan handuk.
Sambil saling rangkul kami kembali ke kamar dan berbaring bersisian di tempat tidur.
Kami saling berpelukan dan berciuman penuh kemesraan.

Aku raba seluruh permukaan tubuh mulus Lina.. betul-betul halus dan sempurna.
Lina pun beraksi mengelus batang kejantananku yang semakin menegang itu.

Aku ingin memberikan Lina kepuasan sebanyak mungkin malam ini.
Aku ingin Lina merasakan kenikmatan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya dengan seorang pria.

Dan aku merasa sangat beruntung bisa melakukan itu.. karena dari cerita Lina ke Winda.. aku tahu tak ada pria lain yang pernah menyentuhnya kecuali Pras.. dan sekarang aku.

Tubuh telanjang Lina aku telentangkan.. kemudian aku melorot mendekati kakinya.
Aku mulai menciumi betisnya.. perlahan ke atas ke pahanya yang mulus.
Aku nikmati betul setiap inci kulit paha mulus dan halusnya dengan sapuan bibir dan lidahku.


Akhirnya mulutku mulai mendekati pangkal pahanya. “Ahhhhh Mas Ben.. ah.. jangan.. nanti Lina nggak tahan lagi.. ahh..”
Sekalipun mulutnya berkata ‘jangan’ namun Lina justru membuka kedua pahanya semakin lebar.. seakan menyambut baik serangan mulutku itu.

“Nikmati saja Lin.. aku akan memberikan apa yang tidak pernah diberikan Pras padamu..”

Aku meneruskan jilatan dan ciumanku ke daerah selangkangan Lina yang sudah menganga lebar.
Aku lihat jelas bibir vaginanya yang begitu tebal dan sensual. Perlahan aku katupkan kedua bibirku ke bibir bawah Lina.

Sambil ‘berciuman’ aku julurkan lidahku mengorek ujung liang senggama Lina yang merangsang dan wangi itu.
“Ahhhh.. Mas Ben.. aaaaahhh.. please.. please..” Begitu mudahnya kata-kata Lina berubah dari ‘jangan’ menjadi ‘please..’

Bibirku aku geser sedikit ke atas.. sehingga menyentuh klitorisnya yang berwarna pink itu. Perlahan aku julurkan lidahku dan aku menjilatinya berkali-kali. Bokep Jepang


Sekarang Lina bereaksi tepat seperti yang aku duga. Dia membuka selangkangannya semakin lebar dan menekuk lututnya serta mengangkat pantatnya.

Aku segera memegang pantatnya sambil meremas-remasnya. Lidahku semakin leluasa menari di klitoris Lina.

“Aaaaaahhhhhh.. enak Mas.. enak.. ahhhh.. iya.. ahhhh ahhhhh..” Hanya itu yang keluar dari mulut Lina menggambarkan apa yang sedang dia rasakan saat ini.

Aku semakin meningkatkan kegiatan mulutku.. aku katupkan kedua bibirku ke klitoris Lina yang begitu mungil..
Kusedot lambat-lambat benda sebesar kacang hijau itu dengan cerucupan keras.

“Maaaaasss.. nggak tahaaaan.. ahhhhh.. Maassss..”

Dari pengalamanku tadi memasturbasi Lina dengan jari.. aku tahu pertahanan Lina tinggal setipis kertas. Lalu aku ubah taktikku. Aku lepaskan tangan kananku dari pantat Lina.. kemudian jari tengahku kembali beraksi menggosok klitorisnya.


Lidahku aku julurkan mengorek seluruh lubang kenikmatan Lina sejauh yang aku bisa. Dan ternyata.. sungguh luar biasa respon Lina.
Tubuhnya menegang.. membuat pantat dan selangkangannya semakin terangkat.. kedua tangannya mencengkeram kain sprei.

“Aaaahhhhh.. maaaassss..” erangnya lepas.. bersama dorongan pinggulnya ke atas.. Srrr.. srrr.. srrrr..!
Bersamaan dengan erangan Lina aku rasakan ada cairan hangat dan agak asin yang keluar dari liang vaginanya dan langsung membasahi lidahku.
Kujulurkan lidahku semakin dalam dan semakin banyak cairan yang bisa aku rasakan.

Tiba-tiba Lina ‘memberontak..’ segera menarikku untuk mendekatinya. Tangan kananku dia pegang dan sentuhkan ke kemaluannya.
Sambil matanya masih terpejam.. dia memelukku dan langsung mencium bibirku yang masih berlepotan dengan lendir kenikmatannya.

Aku tahu apa yang dia mau. Kubiarkan bibir dan lidahnya menari di mulutku menyapu semua sisa lendir yang ada di sana.

Jari tanganku kembali kubenamkan ke liang vaginanya dan aku gerakkan masuk-keluar dengan cepat.
Tubuh Lina kembali menggigil.. vaginanya mengeluarkan cairan lagi. Rupanya itu adalah sisa orgasmenya barusan.


Kami masih berciuman sampai tubuh Lina mulai melemas. Perlahan kuangkat tangan kananku dari selangkangannya.. kupeluk dia dengan lembut. Bibirku perlahan aku lepaskan dari cengkeraman mulut Lina.

Tubuh Lina tergolek lemas.. seakan tanpa tulang. Matanya sedikit terbuka menatap mesra ke arahku.
Bibirnya sedikit menyungging senyum penuh kepuasan.

“Mas.. itu tadi luar biasa Mas.. Lina belum pernah digituin.. Mas Ben hebat.. makasih Mas.. Lina hutang banyak ama Mas Ben..” ujarnya dengan suara sedikit serak namun penuh kepuasan.

“Lin.. aku juga sangat senang kok bisa membuat Lina puas seperti itu..”
Sambil aku kecup lembut keningnya. Mata Lina berbinar penuh rasa terimakasih. Aku merasakan kenikmatan bathin yang luar biasa saat itu.

Kami berbaring telentang bersebelahan untuk beberapa saat. Penisku masih tegang berdiri.. tapi aku tidak hiraukan karena nanti pasti akan dapat giliran juga.

Selang beberapa saat Lina bangkit dari tempat tidur dan berjalan ke kamar mandi. Kali ini kubiarkan dia membersihkan dirinya sendiri.
Aku tetap berbaring sambil mengenangkan keindahan yang baru kualami barusan tadi.


Tak berapa lama Lina sudah kembali dan dia langsung berbaring di sampingku.
Matanya menatap lekat ke penisku seakan dia baru sadar ada benda itu di sana.

“Mas Ben pengin diapain..?” Lina bertanya manja.
“Terserah kamu Lin.. biasanya ama Pras gimana dong..?” Aku coba memancingnya.

“Biasa.. ya langsung dimasukin aja Mas. Lina jarang puas ama dia..” ungkapnya tanpa tedeng aling-aling lagi.
“Oh.. terus Lina penginnya gimana..?”

“Ya.. kayak ama Mas Ben tadi.. Lina puas banget.. Lina pengin cium punya Mas Ben boleh nggak..?”
“Emang Lina belum pernah..?”

“Belum Mas..” agak jengah dia menjawab.. “Mas Pras nggak pernah mau..”
“Ya silakan kalau Lina mau..” ujarku lagi.

Tanpa menunggu komando Lina segera merangkak mengarahkan kepalanya mendekati selangkanganku.
Dia pegang batang penisku.. dia mengamati dari dekat sambil sedikit melakukan gerakan mengocok. Sangat kaku dan canggung memang kurasa.


“Ayo Lin.. aku nggak apa-apa kok. Kalau Lina suka.. lakuin apa yang Lina mau..”

Dengan penuh keraguan Lina mendekatkan mulutnya ke kepala penisku. Pelan-pelan dia buka bibirnya dan memasukkan helm penisku ke dalam mulutnya.
Hanya sampai sebatas leher kemudian dia sedot perlahan.

Dia tetap melakukan itu untuk beberapa saat tanpa perubahan. Tentu saja aku tidak bisa merasakan sensasi yang seharusnya.
Rupanya dia benar-benar belum pernah melakukan oral ke penis lelaki.

Maka dengan lembut aku pegang tangan kiri Lina. Aku genggam jemarinya yang lentik dan aku tarik mendekat ke mulutku.
Aku pegang telunjuknya kemudian aku masukkan ke dalam mulutku.
Aku gerakkan masuk-keluar dengan lambat.. sambil sesekali aku jilat dengan lidahku saat jari lentiknya masih dalam mulutku.


Lina segera paham bahwa aku sedang ‘memberi bimbingan’ bagaimana seharusnya yang dia lakukan. Tanpa ragu dia mempraktikkan apa yang taku kulakukan pada jarinya.

Batang penisku dimasukkan ke dalam mulutnya.. kemudian kepalanya diangguk-anggukkan.. sehingga senjataku tergesek keluar-masuk mulutnya yang sensual itu.
Sekalipun masih agak canggung tapi aku mulai bisa merasakan ‘pelayanan’ yang diberikan Lina kepadaku.

Semakin lama dia semakin tenang dan tidak kaku lagi. Kadang dia mainkan lidahnya di sekeliling kepala penisku dalam mulutnya.
Wow.. dalam sekejap Lina sudah mulai ahli dalam oral sex.

Sepertinya Lina sendiri mulai bisa merasakan sensasi dari apa yang dia lakukan dengan mulut dan lidahnya.
Dia mulai berani bereksperiman. Kadang dia keluarkan penisku dari mulutnya.. menciumi batangnya kemudian memasukkannya kembali.
Sesekali dia hanya mengisap kepalanya sambil mengocok batang kemaluanku. Aku mulai merasakan rangsangan dan ikut menikmati permainan mulut Lina.

“Gimana Lin rasanya..?”
“Mas.. Lina merasakan rangsangan yang luar biasa.. Penisnya Mas enak.. Lina suka..”


Aku bangkit berdiri di atas kasur sambil bersandar di dinding kepala ranjang. Lina pun spertinya langsung tahu harus bagaimana.
Dia lantas duduk bersimpuh di hadapanku dan kembali mengisap penisku. Kepalanya tetap digerakkan maju-mundur.

Dan sekarang dia menemukan cara baru. Dia menjepit batang penisku di antara kedua bibirnya yang terkatup.
Kemudian dia mengangguk-anggukkan kepalanya. Wow.. sungguh Lina cepat belajar dalam hal beginian.
Batang dan kepala penisku dia gesek dengan bibir tebalnya yang terkatup.

Aku membantu dia dengan menggerakkan pantatku maju-mundur. “Ohhh Lin.. mulutmu enak sekali.. terus Lin..”
“Mas Ben suka..? Winda sering ya giniin Mas Ben..?”
“Iya Lin.. tapi aku lebih suka kamu.. bibirmu seksi sekali.. ooohhh Lin.. Winda juga suka.. isep bolaku dan jilati semuanya Lin.. ohhh..”

Lina rupanya nggak mau kalah.. dia segera melepaskan batang penisku dari mulutnya dan mulai menjilati dan mengisap bola kembarku.
Tangannya sambil mengocok batang kelakianku. Oh sungguh nikmat. Aku belai rambut Lina dan aku usap kepalanya.


Lina suka sekali dan dia masih terus menggerayangi seluruh selangkanganku dengan lidahnya. Brrr..! Rasanya sungguh nikmat.

Kemudian kami berganti posisi. Aku kembali berbaring telentang.. dan Lina aku minta merangkak di atasku dengan posisi kepala terbalik. Kami di posisi 69 dan ini adalah salahsatu favoritku.

Lina sekarang sudah cukup mahir dalam oral sex. Dia segera mengulum batang penisku.. aku pun mulai menjilati vaginanya.
Dengan posisi ini liang kenikmatan Lina sangat terbuka di hadapanku dan aku lebih leluasa menikmati dengan bibir dan lidahku.

Aku jilat dan isap klitoris Lina yang sudah menantang dan jariku mengorek liang senggamanya.
Sesekali aku ciumi bibir vaginanya yang begitu merangsang.

Lina pun tak mau kalah.. dia melakukan segala cara yang dia tau terhadap tongkat kejantananku.
Dia mainkan pakai lidah.. dia kocok sambil dia isap.. dia mainkan kepala penisku mengitari kedua bibirnya. Sungguh nikmat sekali.


Tak terlalu lama aku mulai merasakan bahwa Lina sudah tidak bisa menahan lagi.
Pantatnya mulai bergoyang limbung kegelian.. namun aku menjilati terus klitorisnya sambil jariku menusuk-nusuk liang kenikmatannya.

Hingga beberapa saat berselang akhirnya Lina sampai juga di puncak nikmatnya.. lagi..!
Tubuhnya menegang.. gerakan anggukan kepalanya sambil mengisap penisku semakin menggila.
Kurasakan tubuhnya yang gemetaran.. tapi dia tetap tak rela melepas penisku dari mulutnya.

Aku semakin giat mencium klitorisnya dan mengorek vaginanya dengan jariku.
Tubuh Lina tiba-tiba mematung dan kurasakan cairan hangat meleleh keluar dari liang senggamanya.

Aku langsung menutup lubang vagina Lina dengan mulutku dan membiarkan cairan kenikmatannya membasahi lidahku.
Rasanya asin.. tapi sama sekali tidak amis.. sehingga aku tak ragu menelan cairan itu sampai tandas.


Kemudian perlahan aku mulai lagi menciumi dan menjilati seluruh permukaan vagina Lina. Otot Lina sudah agak mengendur juga.
Dia mulai lagi melakukan segala eksperimen dengan mulut dan lidahnya ke penisku.

Kami mulai lagi dari awal. Perlahan namun pasti.. Lina mulai mendaki lagi puncak kenikmatan birahinya.
Aku tangkupkan kedua tanganku ke bukit pantat Lina dan mulai membelai dan meremas lembut.
Lina menanggapinya dengan sedotan panjang di penisku. Lidahku kembali menelusuri segala penjuru selangkangan Lina.

Beberapa saat kemudian aku mulai merasakan tubuh Lina kembali gemetaran.
Aku cium bibir bawahnya dan aku sorongkan lidahku sedalam mungkin ke dalam guanya yang merangsang.
Aku juga mulai merasa kalau pertahananku mulai goyah dan bendunganku akan segera ambrol.

Lina mempercepat gerakan kepalanya dan akupun mengisap makin kuat vaginanya.
Aku sudah tak kuat menahan ‘amarah’ spermaku dan.. Crotts.. crotts.. crotts..! Lahar hangat spermaku menyembur di dalam mulut Lina.
Untuk sedetik Lina agak kaget tapi dia cepat tanggap. Dia segera mempercepat gerakan kepalanya sambil menelan seluruh air maniku.


Crotts.. crotts..! Sisa maniku kembali menyembur dan kali ini Lina menyambutnya dengan isapan kuat di penisku.. seakan ingin menyedot apa yang masih tersisa di dalam sana.
Erghhh.. Akhh..! Kurasakan nikmat yang luar biasa.

Ekspresi kenikmatan ini aku lampiaskan dengan semakin gila menjilati dan menyedot vagina Lina.
Rupanya Lina juga sudah hampir mencapai klimaksnya. Belaian lidahku di mulut vaginanya membuat puncak itu semakin cepat tercapai.

Akhirnya sekali lagi tubuh Lina menegang dan cairan hangat kembali meleleh dari kawahnya.
Lidahku kembali menerima siraman lendir kenikmatan itu yang segera aku telan.

Beberapa saat kemudian.. dengan enggan Lina bangkit dan berbaring telentang di sampingku.
Penisku.. walaupun masih berdiri.. tapi sudah tidak setegak tadi. Lina memelukku dengan manja dan kami berciuman dengan mesra.

“Gimana, Lin..? Puas..? Sorry ya.. tadi aku nggak tahan keluar di mulut kamu..” bisikku mesra di telinganya.
“Lina puas sekali Mas.. sampai duakali gitu lho.. Lina suka sperma Mas Ben.. asin-asin gimana gitu. Kapan-kapan boleh minta lagi dong Mas..” Lina mulai keluar kenesnya.


“Boleh aja Lin.. asal disisain buat Winda.. hehehe..” balasku sembari mengelus payudara sekalnya.
Lina mencubit genit lenganku. “Iihhh.. Mas Ben.. paling bisa deh.. emang Mas sering gaya gituan dengan Winda..?”
Aku tahu Winda juga sering bercerita soal kegiatan seks kami ke Lina.. jadi aku yakin Lina sudah tahu juga.

“Enggaklah.. ini baru pertama dengan kamu Lin..”
“Ah Mas bohong.. Winda kan sering cerita ke Lina.. katanya Mas Ben pinter ngeseks. Makanya diam-diam Lina pengin main ama Mas..”

“Udah kesampaian kan keinginanmu Lin..”
“Iya sih.. tapi Mas jangan marah ya.. Lina sering bayangin kita main bertiga dengan Winda.. Mas mau nggak..?”

Kaget juga kau mendengar keinginan Lina ini. Jujur saja aku juga sering berfantasi membayangkan alangkah nikmatnya bercinta dengan Winda dan Lina sekaligus.
Tapi tentu saja aku tak pernah berani ngomong dengan Winda. Bisa pecah Perang Dunia III.. lagipula itu kan hanya fantasi liar saja.






“Mau sih Lin.. tapi kan nggak mungkin.. Winda pasti marah besar..”
“Iya ya.. Winda kan orangnya agak alim..”

Beberapa saat kami terus berbincang hal-hal demikian sampai kira-kira 10 menit.
Hingga beberapa saat kemudian dengan malas kami ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

Di kamar mandi kami saling menyabuni dan saling membersihkan tubuh kami.
Aku jadi semakin mengagumi tubuh Lina. Tak ada segumpal lemakpun di tubuhnya dan semuanya padat berisi.

Setelah mengeringkan diri kami kembali ke atas ranjang dan berpelukan mesra.
Sambil saling berciuman aku mulai menggerayangi tubuh molek Lina..
Tak bosan-bosannya aku meremas dan mengusap buah dadanya yang sangat segar itu.

Perlahan aku mulai menghujani leher dan pundak Lina dengan ciumanku. Tak sampai di situ saja.. mulutku mulai aku arahkan ke dada Lina.
Buah dadanya yang tegak mulai aku cium dan aku gigit-gigit lembut.

Lina sangat menyukai apa yang aku lakukan. “Ahhhh.. iya Mas.. di situ Mas.. ahhhhh Lina terangsang Mas..”
Lidahku menjilati puting susunya yang mungil dan keras itu.


Lina semakin menggelinjang. Tangannya menyusup ke bawah ke selangkanganku. Dipegangnya batang kemaluanku yang masih agak lemas.
Dia permainkan penisku dengan jari-jarinya yang lentik. Mau tak mau burungku mulai hidup kembali. Lina dengan lembut mengocok tongkat kelelakianku penuh perasaan.

Sambil masih mengulum putingnya.. tangan kananku kembali bergerilya di daerah kemaluan Lina.
Jariku aku rapatkan dan aku tekan bukit kemaluan Lina sembari aku gerakkan memutar.
Dia juga menimpali dengan menggoyangkan pantatnya dengan gerakan memutar yang seirama.

“Mas.. aaahhhh Mas.. enak Mas.. ahhh terus.. iya..” Sambil mendesah dia menarik pantatku mendekat ke kepalanya.
Akhirnya aku terpaksa melepaskan isapanku di putingnya dan duduk berlutut di sisinya.

Lina terus menekan pantatku sampai akhirnya mulutnya mencapai batang kemaluanku yang sudah tegak menantang.
Tangan kiriku aku tempatkan di belakang kepalanya untuk menyangga kepalanya yang agak terangkat. Penisku kembali dia kulum dan jilati.

“Oooh Lin.. enak Lin.. aku suka Lin..” Aku pun menggerakkan pantatku maju-mundur.

Lina membuka lebar mulutnya dan menjulurkan lidahnya.. sehingga batang penisku meluncur masuk keluar mulutnya tergesek-gesek lidahnya.
Sungguh luar biasa apa yang aku rasakan saat itu.


Sementara itu tangan kananku terus menekan dan memutar bukit vagina Lina.
Kadang jariku aku selipkan ke celah sempit di antara kedua bukit itu dan mengusap klitoris Lina.

“Ahhh Mas.. Lina nggak tahan Mas.. ahhhhh.. iya.. aaahhhh..”

Aku segera mengubah posisi. Kedua tangan Lina aku letakkan di belakang lututnya dan membuka kedua lututnya.
Kuangkat pahanya.. sehingga liang vaginanya menganga menghadap ke atas. Lina menahan dengan kedua tangan di belakang lututnya.
Aku duduk bersimpuh di hadapan lubang kemaluan Lina. Penisku aku arahkan ke lubang yang sudah menganga itu.
Clebb..! Kutusukkan kepala penisku ke mulut lubang dan aku tahan di sana.
Kemudian.. srtt.. srtt.. dengan tangan kananku aku gerakkan penisku memutari mulut liang senggama Lina.

“Maassss.. ahhhhh.. nggak tahan.. ayo.. ahhhhhh..” rintihnya erotis..

Sengaja aku tidak mau terlalu cepat menusukkan batang kejantananku ke gua kenikmatan Lina.
Perlahan kugesek-gesekkan kepala penisku ke klitoris Lina. Akibatnya dia semakin menggelinjang menahan nikmat.

Tak lama.. akhirnya.. srrr.. srrr.. srrr.. tanggul Lina bobol juga. Tak heran.. dengan gosokan jari saja dia tadi bisa mencapai orgasme.. apalagi ini dengan kepala penisku.. tentu rangsangannya lebih dahsyat.


“Aaahhh.. ahhhh.. Masss..” Rintihan itu sekaligus menandai melelehnya cairan bening dari liang vaginanya.
Lina kembali mengalami puncak orgasme hanya dengan gosokan di klitorisnya.

Blessepp..! Kali ini aku masukkan batang penisku seluruhnya ke dalam gua kenikmatannya.
Lantas aku berbaring telungkup di atas tubuh molek Lina sambil menumpukan berat badanku di kedua sikuku.

Kucium lembut mulutnya yang masih terbuka sedikit. Lina membalas ciumanku dan mengulum bibirku.
Aku biarkan senjataku terbenam dalam lendir kehangatannya.

Di telinganya aku bisikkan.. “Lin.. nikmat ya..”
“Oh Mas.. Lina sampai nggak tahan.. nikmat Mas..” sahutnya mendesiskan nikmat.

Selanjutnya dengan perlahan dan gerakan yang sangat lembut aku mulai memompa batang penisku ke dalam liang senggama Lina yang kini sudah basah kuyup.
Aku tahu Lina pasti bisa orgasme lagi.. dan kali ini aku ingin merasakan semburan lumpur panas di batang kemaluanku.


“Ayo Lin.. nikmati lagi.. jangan ditahan.. aku akan pelan-pelan..” bisikku mesra.. memancing gairahnya kembali bangkit.
“Ahhhh.. iya Mas.. Lina pengin lagi.. ahhhhh..” balasnya disertai lenguhan dan erangan nikmat.

Masih dengan sangat pelan aku pompa terus tongkat kelakianku ke liang vagina Lina yang ternyata masih sempit untuk ukuran wanita yang sudah menikah 2 tahun.
Buah dada Lina yang menyembul tegak menggesek-gesek dadaku ketika aku turun-naik. Sungguh sensasi yang luar biasa. Sengaja aku gesekkan dadaku ke payudaranya.

“Aahh.. aahh.. aahhh.. ahhhhhhh.. iya.. ahhhhh.. Lina terangsang lagi Mas.. iyahh.. hhh..”

Kali ini aku pompa sedikit lebih kuat dan cepat. Lina menanggapinya dengan memutar pantatnya.. sehingga penisku rasanya seperti diperas-peras dalam liang vaginanya.

Gerakan Lina semakin liar.. Tangannya sudah tidak lagi menahan lutut tapi memegang pantatku dan menekannya dengan keras ke tubuhnya.

“Aaaaahhhhhh.. Mas.. aaaahhhhhhh..!”




Maka semakin kencang dan dalam kupompa pantatku menggasak.. menggesekkan batang penisku di liang nikmat perempuan cantik yang tengah megap-megap di bawah tindihan tubuhku ini.

Terlihat mata Lina sudah terpejam rapat.. kepalanya menggeleng-geleng liar ke kiri ke kanan.. seperti yang dia lakukan di sofa tadi.

Gerakannya semakin ganas dan.. “Aahhhh..!!” Dia melenguh panjang sambil menegangkan seluruh otot di tubuhnya.

Lalu.. Jleghh..!! Kutekan sedalam-dalamnya penisku ke lubang senggamanya.

Serr.. serr.. serr..! Jelas kurasakan aliran hangat di sekujur batang kemaluanku.

Tubuh Lina masih terbujur kaku di bawah tindihanku. Kuhentikan sejenak seluruh gerakanku sambil terus menekan liang vaginanya dengan penisku.
Beberapa saat sepertinya waktu terhenti. Tidak ada suara.. tidak ada gerakan dari kami berdua.
Aku memberi kesempatan kepada Lina untuk menikmati klimaks yang barusan dia dapatkan.

Beberapa saat berselang ketegangan tubuh Lina mulai mengendur.
Tangannya membelai lembut kepalaku. Bibirnya mencari bibirku untuk dihadiahi ciuman yang sangat lembut dan panjang.


“Mas.. Lina sungguh nikmat.. Mas Ben jago deh.. Mas belum keluar ya..?” Tanyanya serupa bisikan.
“Jangan pikirkan aku Lin.. yang penting Lina bisa menikmati kepuasan..” balasku pula.

Setelah kurasa ketegangan tubuhnya telah mengendur.. kemudian dengan lambat aku mulai memompa penisku di liang vaginanya lagi.

Auhhh.. Betapa kurasakan liang senggama Lina terasa sangat licin dan agak sedikit longgar.
Selama beberapa saat aku terus memompa lambat-lambat.. lalu semakin kutambah.. kecepatan sedang..

“Aaaahhhhhh.. iya.. iya.. Mas.. Lina mau lagi.. iya.. ahhhh..”

Lina kembali memutar pantatnya mengiringi irama pompaanku. Dia mulai mendesah-desah penuh kenikmatan.

Plopp..! Kucabut batang kemaluanku dari vagina Lina. Lantas aku berbaring telentang di sebelahnya.

“Kamu di atas Lin..” ujarku memberi arahan. Lina segera berjongkok di atas selangkanganku..

Aku arahkan kepala penisku ke lubangnya. Lina kemudian duduk di atas tubuhku dan bertumpu pada kedua lututnya.


Slebb.. Jlebb..! “Nghhh.. masshhh..” rintihnya penuh nikmat ketika batang penisku kembali menelusup.. membelah bibir kemaluannya.

Tak lama kemudian pantatnya mulai bergerak maju-mundur.
“Ayo Lin.. kamu sekarang yang atur.. ohhh iya nikmat Lin..” erangku tak kalah nikmat akibat gesekan padat batang penisku di belahan vaginanya.

Lina semakin bersemangat memaju-mundurkan pantatnya. Kedua payudaranya berguncang indah di hadapanku.
Secara refleks kedua tanganku meremas bukit daging yang mulus itu.

Tangan Lina dia letakkan di belakang pantatnya.. sehingga tubuhnya agak meliuk ke belakang membuat dadanya semakin membusung.
“Ohhh Lin.. susumu seksi sekali.. terus Lin.. ohhhh.. lebih keras Lin..” kataku memberi semangat.
“Aaaaahhhh Mas.. Lina sudah mau sampai lagi.. ahhhhh ahhhhhh Mas..” balasnya kian ramai.






“Ayo Lin.. terus Lin.. cepat.. ohhhhh iya.. iya Lin.. memekmu enak sekali..”
“Mas.. ahhhh.. Lina nggak tahan.. puasi Lina lagi mas.. ahhhh..”

Gerakan pantat Lina semakin cepat dan semakin cepat. Sementara itu aku pun merasa nikmat ketika penisku tergesek-gesek dinding vagina Lina yang sempit dan licin itu.

Dengan sekuat tenaga aku mencoba menahan agar aku tidak ejakulasi. Pertahananku semakin rapuh.

“Lin.. oooohhhh Lin.. aku nggak tahan.. ohhh Lin.. enak.. enak..”

“Ahhhh.. ayo.. Mas.. Lina juga udah nggak tahan.. sekarang mas.. ahhh sekarang..!”

Tepat pada detik itu bendunganku ambrol.. tak mampu menahan terjangan spermaku yang menyemprot kuat.

“Oooooooohhhhhhh Lin..!” Crotts.. crotts crotts..!
Pejuhku muncrat di dalam liang nikmatnya yang juga tengah berdenyut-denyut.. seolah ingin menyedot cairah hangat yang membanjirinya.

“Aaahhhhhh Mas.. ahhhhhhhhhhh..!!” Pekiknya melepas nikmat entah untuk keberapakalinya malam ini.

Oughh.. Kami mencapai puncak kenikmatan bersama-sama.
Penisku yang terbenam di liang vaginanya terasa hangat .. dan aku yakin Lina juga merasakan hal yang sama di dalam vaginanya.


Lina masih duduk di atas tubuhku.. tapi sudah badannya terkaku.. tak bergerak.
Vaginanya dia hujamkan terhenyak dalam.. melahap seluruh batang kemaluanku di kerapatannya.

“Oooohhh Lin.. nikmat sekali.. makasih Lin.. kamu pinter membuat aku puas..” ujarku memujinya.

Kugapai tubuh Lina dan kutarik menelungkup di atas tubuhku. Buah dadanya yang masih keras menghimpit dadaku.
Aku ciumin seluruh wajahnya yang mulai ditetesi keringat.
“Mas.. ahhhhh.. Lina sungguh puas Mas..” balasnya serupa erangan dan bisikan mesra.

Kemudian kami berbaring sambil berpelukan. Tubuh kami mulai terasa penat.. tapi bathin kami sangat puas.

Hari sudah beranjak malam. Diselingi makan malam berdua.. kami memadu kasih beberapakali lagi.
Atau lebih tepatnya Lina mengalami orgasme beberapakali lagi.. sedangkan aku hanya sekali lagi ejakulasi..
Segala gaya kami coba.. bahkan aku sempat ‘membimbing’ Lina untuk memuaskan dirinya sendiri dengan jari-jarinya yang lentik itu.


Aku betul-betul puas dan senang bisa membuat wanita secantik Lina bisa mencapai sekiankali orgasme.
Tak terasa jarum jam terus bergeser dan jam setengah sebelas malam aku meninggalkan rumah Lina.

Sebetulnya Lina meminta aku bisa bermalam menemani dia.. tetapi aku ingat keesokan harinya aku masih harus menyetir lebih dari 4 jam ke kota M menyusul istri dan anakku tercinta.

Maaf Winda.. aku telah mereguk madu kepuasan bersama sahabatmu.. Alina.




No comments:

Post a Comment

Sports

Business

Life & style

Games

Fashion

Technology