Friday, October 26, 2018

Cerita Sex Terbaru Desahan Wanita Penjaga Warung Makan Saat Diperkosa

Cerita Sex Terbaru Desahan Wanita Penjaga Warung Makan Saat Diperkosa

Cerita Sex Terbaru Desahan Wanita Penjaga Warung Makan Saat Diperkosa – Untuk kesekian kalinya, warung itu tidak pernah terlihat sepi dari pengunjung. Sebagian orang ada yang benar-benar berniat untuk membeli nasi, ada juga yang hanya membeli kopi hitam panas dan sekedar nongkrong. Kemudian mereka menghabiskan waktunya untuk main gaple atau catur di bale-bale yang tersedia di halaman depan warung. Si empunya warung tidak pernah mengusir mereka yang tidak menghasilkan keuntungan untuknya. Justru dia berbangga hati ada yang mau meramaikan warungnya. Sehingga warung itu selalu menjadi pusat perhatian orang karena berada di pinggir jalan raya. Jelas, sekarang warung pinggir jalan itu terkenal karena didatangi banyak pelanggan.

Namanya Maryam, seorang janda tanpa anak ini baru saja ditinggal suaminya. Karena kecelakaan truk bangunan, dia harus kehilangan si pemberi nafkah. Sekarang dia membantu mertuanya menjalankan usaha warung nasi pinggir jalan. Maryam selalu menjadi pusat perhatian bagi setiap laki-laki yang datang berkunjung ke warung nasi milik mertuanya. Penampilannya terlihat begitu sederhana, dia selalu memakai rok pendek dan kaos oblong, rambutnya yang panjang dan hitam pekat dikuncir olehnya tetapi terkadang dibiarkannya terurai. Paras wajahnya begitu menarik dan menggoda. Maryam memiliki bibir yang begitu enak untuk dipandang, juga mata yang indah. Seperti mata elang. Perkataannya lembut, membuat siapapun yang berbicara kepadanya seperti dituntun untuk bersikap baik dan lembut pula olehnya. Maryam adalah seorang yang pendiam, dia akan berbicara bila diajak berbicara. Selebihnya akan lebih memilih untuk diam dan mencatat arus keuangan yang masuk dan hutang-hutang dari setiap pelanggan yang datang.

Kehadiran Maryam di warung itu membuat usaha mertuanya semakin maju dan mendapatkan keuntungan yang banyak. Para pelanggan yang datang pada umumnya hanya ingin bertemu dengan Maryam tetapi kemudian mereka jajan ini-itu di warung mertuanya. Banyak lelaki menggodanya, terkadang memberikan bualan dan gombalan yang begitu kampungan. Saat itu Maryam hanya bisa tersenyum. Mungkin kegirangan,mungkin juga karena tak enak hati, maka dia membalas senyum kepada orang yang menggombal. Mertuanya tidak marah, tidak juga risih atau merasa kesal hati. Justru dia menginginkan Maryam segera menikah kembali. Sayang, maryam masih terlalu muda untuk tinggal seorang diri. Dia masih layak untuk menikmati manisnya berumah tangga dan mendapatkan sentuhan dari seorang lelaki. Banyak para pelanggan yang datang untuk mencoba mendekati Maryam, dia hanya membalasnya dengan senyum dan tidak memberikan respon yang lebih. Pernah suatu hari, Maryam dilamar oleh empat lelaki yang baru dikenalnya.
“Saya pesan satu ya mbak. Pakai telur asin dan ayam goreng saja. Minumnya kopi” suara itu berasal dari seorang pengusaha keramik di Jakarta.
Maryam mengantarkan makanan ke tempat lelaki itu duduk. Lelaki itu diam membisu, menatap wajah Maryam yang begitu enak dipandang. Setelah menghabiskan nasinya, lelaki itu membayar makanannya. Dan meminta Maryam untuk berkenan menjadi kekasihnya. Dan bersedia menikah dengannya. Maryam menolak dengan alasan, dia masih belum bisa menggantikan suaminya dengan lelaki lain. Lelaki itu meinggalkan warung membawa kekecewaan.




Di selang waktu berikutnya,datang seorang lelaki dengan pakaian rapih. Dia juga seorang pengusaha di Jakarta. Sesampainya di warung dia memesan makanan dan Maryam mengantarkan makanan itu kehadapannya. Begitu sumringahnya lelaki itu melihat Maryam. Mata yang begitu indah, tutur kata yang lembut juga bibir yang begitu menggoda. Lelaki itu menginginkan Maryam untuk menjadi istrinya. Dia datang menghamiri mertua Maryam dan meminta merestui Maryam ntuk menjadi ibu dari kedua anaknya. Rupanya lelaki itu adalah seorang duda. Mertuanya diam, tetapi Maryam menolak dengan sopan. Lelaki itu pergi meninggalkan warung juga dengan membawa kekecewaan.

Warung masih terlihat ramai. Orang-orang yang sedari tadi nongkrong dan menyaksikan peristiwa itu terus membicarakan sikap Maryam yang menolak dua orang kaya yang ingin mempersuntingnya. Ada juga yang merasa senang karena Maryam tidak menerima kedua lelaki itu, karena mereka masih bisa menikmati keindahan Maryam tanpa takut dengan dimarahi suaminya. Tak lama kemudian datang seorang lelaki dengan kulit sawo matang, tubuh yang tegap dan berisi,ada keringat yang bercucuran disana, menghiasi wajahnya yang juga berwarna sama dengan kulit di tangannya. Masih menggunakan topi proyek. Dia adalah seorang mandor dari proyek pembangunan jalan raya. lelaki itu memesan nasi dan ayam bakar, dengan kopi tentunya. Maryam datang menhampiri dan menyajikan pesanannya. Si mandor begitu terpukau melihat kecantikan Maryam, juga pada mata dan bibir Maryam yang begitu indah. Mandor itu memegang tangan Maryam begitu erat. Maryam merasa risih, kemudian dia berusaha menolak sikap yang diberikan oleh mandor itu. Saat makan, si mandor terus memperhatikan Maryam. Pandangannya tidak pernah berpaling dari Maryam. Mertuanya merasa risih dan begitu cemas, karena menantunya seperti diintai dan dimata-matai. Kemudian mertuanya datang menghampiri mandor itu.

“Kau makan saja, tidak usah menatap menantuku seperti itu. Aku yang melihatnya begitu risih, setelah makan kau boleh pergi melanjutkan pekerjaanmu di jalan” wanita tua itu menatap mandor dengan penuh ketegasan.

“Apa yang salah denganku? Menantumu begitu menarik perhatian. Dia cantik dan begitu menggoda. Ku dengar kabar, suaminya sudah meninggal. Tidakkah kau membiarkan dia menikah kembali? Jahat sekali kau ini” logatnya yang begitu kental membuat mertua Maryam semakin marah dan jengkel.

“Dia memang ditinggal suaminya mati. Tetapi sumpah mati juga, tak akan kubiarkan menantuku dipinang oleh seorang lelaki sepertimu. Mata keranjang. Setelah kau bayar. Silahkan pergi dari sini” ucap mertua Maryam dan kemudian dia pergi meninggalkan si mandor itu.

Maryam hanya menunduk. Mungkin dia takut, bisa juga dia malu mnjadi bahan omongan dan perdebatan. Semua orang yang berada di warung diam dan tidak lagi membicarakan Maryam. Si mandor itu membayar jajanannya dan pergi membawa kekesalan. Dia mengumpat habis-habisan mertua Maryam.
Kejadian itu membuat suasana warung nampak tidak enak. Banyak pelanggan yang diam. Mertua Maryam juga menjadi diam membisu. Maryam memang selalu diam. Lama setelahnya sekitar pukul 3 sore, datang seorang lelaki berbadan besar, menggunakan topi berwarna biru gelap, celana jeans dan jaket jenas besar. Lelaki itu memesan makanan kepada Maryam. Tentu saja, diapun melihat wajah Maryam. Ada ketertarikan disana.

“Aku pesan nasi pakai telor. Kopi hitamnya satu saja mbak” pesan lelaki itu sopan.
Maryam mengantarkan makanan kepada pelanggannya. Seperti yang dia lakukan biasanya. Lelaki itu tidak menatapnya, dan membiarkan Maryam melenggang pergi setelah meletakan makanan di hadapannya.

“terimakasih” ucap lelaki itu.
Langkah Maryam terhenti. Suara lelaki itu begitu lembut dan menenangkan. Hati Maryam berdegup begitu kencang. Dia begitu gugup, sampai tidak membalas ucapan lelaki itu.

Lelaki itu menghabiskan makanannya dan menyalakan rokok yang dia ambil dari balik jaket jeans miliknya. “berapa semuanya mbak?” kata lelaki itu kepada Maryam. Lagi-lagi tidak menatap wajah Maryam. Dia berbicara dari bale-bale. Maryam masih berada di dalam warung.




“7 ribu mas” Maryam datang mendekat. Entahlah, mengapa dia menghampiri lelaki itu. Tidak seperti biasanya. Mertuanya pun merasa aneh melihat sikap Maryam kepada lelaki itu.

“ini aku kasih 10 ribu. Tidak usah kembali. Untuk dirimu saja.” Kali ini lelaki itu menatap wajah Maryam. Mau tak mau. Karena Maryam sudah duduk tepat dihadapannya. Lelaki itu mampu melihat keindahan dari Maryam, begitu indah dan begitu dekat.

“terimakasih mas. Ada kah hal lain yang ingin kau berikan selain kembalian tiga ribu rupiah?” perkataan Maryam membuat lelaki itu mendelik. Seperti ada harapan disana. Seperti ada ketertarikan dan sesuatu yang berbeda disana. Mertua Maryam terus memperhatikan dari dalam warung.

“Rupanya kau Maryam yang selalu menjadi bahan perbincangan kaum lelaki. Sungguh indah rupamu. Matamu dan bibirmu yang begitu enak dipandang juga cara bicaramu yang begitu lembut, membuatku semakin tak berdaya. Andai bisa kumiliki dengan utuh dan sederhana dirimu, alangkah bahagianya diriku dan tentu saja akan kubahagiakan kau seperti aku yang sedang berbahagia di sore ini” lelaki itu terus menatap Maryam. Tatapan yang begitu lugas dan tegas. Kalimat yang begitu menyejukan hati perempuan penjaga warung nasi itu. Maryam tersenyum dan tak lagi menunduk.

“Apa janjimu untuk sore yang begitu indah ini mas?”

“tak ada janji yang bisa kuucap. Karena semua kata-kata akan menjadi indah bila berubah menjadi laku yang nyata. Kau hanya boleh menuntut kebahagiaan kepadaku. Aku bukan orang kaya, aku hanya si pemberi kata-kata pada setiap bait cerita. Aku hanya seorang penulis. Semoga kau mau merasakan bahagia bersamaku, juga menjadi pendengar cerita yang lara di setiap perjalananku.” Lelaki itu masih menatap Maryam.

Maryam tersenyum. Disentuhnya tangan lelaki itu. “Aku mau, mas”.



No comments:

Post a Comment

Sports

Business

Life & style

Games

Fashion

Technology