Nama
qhu Nessi, samaran tentunya. Saat ini aqhu sedang menyelesaikan skripsi
S1 di kota B. Berikut ini adalah salah satu isi diary-ku yang ingin
dipublikasikan ke khalayak ramai. Mohon maaf sebelumnya, tapi aqhu ingin
beritahukan bahwa aqhu menggunakan account email sobat tercintaqhu
Dytha, seorang cowok yang baik hati dan penuh perhatian.
Bandung, 6 Desember 1999
“Tok…tokkk…tokkkkkkk..”
“Nes, kuliah nggak loe?” suara Risa terdengar tak sabar menunggu di luar pintu kamar mandi.
Aqhu
masih sempat terbayang perlaqhuan pria itu semalam. Lidah-lidahnya
benar-benar membuatku gila dan menyiksa semua syaraf-syaraf
kenikmatanku. Perlaqhuannya yang sulit ditebak, kadang cepat dan kasar,
kadang lembut penuh perasaan, membuatku terengah-engah melayang
bergoyang dicabik badai. Tiada henti dia membiarkan diriku santai
sejenak meresapi gesekan kulit dadanya di ujung-ujung payudaraqhu.
Vaginaqhu diserang habis-habisan dengan tusukan-tusukannya yang semakin
lama semakin menguras staminaqhu. Dansa kami di atas pembaringan
berakhir pada saat musik indah tergantikan suara hujan di luar sana.
Sial..!
Aqhu
mendapati diriku basah kuyup oleh keringat dan baju tidurku yang tak
mampu menutupi tubuhku secara normal. Aqhu beranjak bangun dan membenahi
baju tidurku. Sekali lagi aqhu menghampiri pintu kamarku untuk
memastikan kondisinya yang masih aman terkunci. Jam 3:20, Masih beberapa
jam untuk melanjutkan tidurku. Aqhu terpaksa mengganti underwear-ku
yang basah oleh keringat bercampur cairan kewanitaanku. Mudah-mudahan
pria itu datang lagi ke dalam mimpiku. Berharap semu birahiku terpuaskan
kembali.
Hari
ini benar-benar lembab dan dingin. Hujan telah mengguyur kota sejak
dini hari dengan tetesan-tetesannya. Kadang untuk beberapa puluh menit,
tetesan-tetesan itu terhenti seolah memberi kesempatan kepada manusia
untuk memikirkan langkah kehidupan selanjutnya. Langit temaram dengan
ditemani sinar mentari yang bermalas-malasan. Beberapa gumpalan awan
berkumpul seolah sepasang kaki wanita yang sedang berbaring manja.
Untung
Risa juga ada kelas yang sama denganku jam 8 ini. Aqhu bisa ikut
menumpang mobilnya dengan aman dari rasa taqhut macet, basah, atau
berdesakan di angkot. Seperti biasa jika bermobil di pagi hari, Risa
menghindari simpang jalan D yang selalu macet dan semrawut. Tampaknya
lampu lalu lintas sedang ngambek menjalankan tugasnya. Cerita lama…
Kami
dapat tiba dengan selamat tanpa kekurangan suatu apapun dan segera
menuju kelas kami masing-masing. Selama perkuliahan aqhu sedikit
terpecah berkonsentrasi dengan diiringi mulutku yang selalu menguap.
Hari
ini bergerak seperti biasanya. Tiada yang menarik untukku selama waktu
yang berputar. Beberapa saat kemudian, aqhu sudah duduk termangu di
sebuah angkot yang membawaqhu pulang dari kampus tercinta. Risa mungkin
sudah pulang duluan.
Android4d BO Togel Bonafid Terbaik Terpercaya Terjamin Aman
Aqhu ada kelas lebih dari satu mata kuliah hari ini, pada hari Senen pula! Payung kesayanganku tetap setia mendampingi, sambil sesekali tanganku mengibas rambut yang tertiup angin sejuk dari jendela angkot itu. Entah mengapa desiran angin membuat gairahku kembali bangkit. What’s wrong with me? Begitu tersiksanyakah tubuhku berharap sentuhan dan lambaian seorang pria? Paddy, I really miss You, Honey! Aqhu hanya bisa mendengar suaramu yang membentang laut dan samudra.
Kerinduanku
memuncak saat hanya desahanmu yang terucap. Ohhh… Aqhu rindu guratan
merah di dadaqhu, tanda nakal yanng tersisa darimu. Hembusan nafasmu
yang melahap pori-pori perutku. Begitu cepatnya kewanitaanku melembab
hanya dengan sapaanmu yang menggoda. Paddy… I love you. I need you. I
want you!
Aqhu
kembali duduk diam tanpa pikiran apapun. Dan tiba-tiba ia naik! Cukup
tinggi dan ramping. Kepalanya bergerak ke segala arah untuk mencari
tempat duduk yang cocok baginya. Ia menatapku sekejap seolah meminta
ijin untuk duduk di tempat kosong di sebelahku. Dengan cekatan ia
berbalik arah dan tanpa sengaja ransel di punggungnya menabrak dadaqhu.
“Damn!” runtukku dalam hati. Dengan segera ia memperbaiki posisi
duduknya dan tersenyum polos penuh penyesalan. Akhirnya ia bisa duduk
dengan tenang ditemani ransel kulit di atas pangkuannya. Ia mengambil
sapu tangan dari kantung jeansnya dan menyeka wajahnya. I don’t know why
but I like the way he is doing with his stuff. Tanpa sepatah kata, ia
bergerak bersandar dan mulai memejamkan matanya seolah menikmati ayunan
seorang ibu kepada anaknya yang mau tidur. He’s really cool and rilex.
Angkot
bergerak membelah jalan mengarungi hujan. Satu persatu penumpang turun
dengan bergegas memusuhi hembusan angin dan hujan. Di simpang Cisitu,
angkot berhenti berharap tambahan penumpang yang hanya menyisakan kami
berdua, selain supir angkot tentunya. Aqhu meyakinkan diriku untuk tidak
membuang kesempatan ini.
“Pulang kuliah, Mas?” tanyaqhu tiba-tiba dan cukup mengagetkan dirinya.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
“Nope.
Cuma ngasih laporan praktikum ke lab aja. Tadi mampir sebentar ke
Aquarius nyari CD,” tetap dengan gaya bicaranya yang membuatku semakin
tertarik.
“Sekarang udach beli donk?” tanyaqhu lagi menyelidik.
Dia hanya nyengir dan kemudian menjawab lirih, “Ketipu nich gue. Shit!”
Aqhu hanya menatapnya bingung.
“Temen
gue kemarin bilang dia lihat ada CD yang udach lama gue incer. Gue
datangi ke sana dan nggak ada tuch… Pake acara kehujanan lagi!”
lanjutnya sambil menghela nafas.
“Emang cari lagu apa sich?” tanyaqhu lagi.
“Jazz. Tau jazz?” tanggapnya dengan suara berintonasi sedikit mengejekku.
Kurang
ajar nich cowok! runtukku dalam hati. Nggak tau apa dia berbicara sama
aqhu yang penikmat jazz juga? Tapi kuaqhui juga sich, di antara
teman-temanku yang cewek, populasi penikmat jazz-nya juga minim. Mungkin
dia berpikir aqhu hanya cewek yang suka musik musiman atau yang biar
dicap ikut trend doank.
“Aqhu
suka Fusion. Kamu bukan penikmat mainstream, hip-hop, blues, ato swing
khan? tanyaqhu lagi dengan tatapan penuh penasaran menunggu reaksinya.
Tentu saja dia kaget! hihihihii…
“Aqhu tadi nyari The Best of Rippingtons. Di-release aja belum apalagi dijual…” dengan suaranya yang dibuat lebih hati-hati.
“Russ Freeman, khan? Setauku juga emang belum ada,” jawabku dengan suara bangga.
“By the way, aqhu Indra,” tangannya terbuka dan segera kubalas bersalaman singkat. “Nessi,” sambil tersenyum.
Tampaknya
pembicaraan kami semakin menggairahkan sesuai kesamaan minat. Angkot
sudah bergerak kembali menuju tempat mangkalnya yang terakhir. Apakah
suatu kebetulan, rumah kost kami relatif dekat walau hanya berjarak
200-an meter saja. Aneh juga sich, di daerah kost kami di Cisitu Indah,
angkot yang lewat cuma satu jurusan. Tapi kok nggak pernah ketemu yach?
Mungkin itu yang namanya jodoh? Atau nafsuku saja yang menjebak? Aqhu
menerima ajakannya untuk mampir ke tempatnya. Ia berasalan untuk saling
bertukar koleksi CD dan berharap aqhu akan mampir kelak. Am I a slut or
what? Tapi aqhu menikmati perlaqhuannya ketika kami sepayung berdua
menembus rintik hujan dengan rangkulan tangannya di pundakku. Aqhu jadi
teringat sebuah film Indonesia klasik yang pernah kutonton dan aqhu
tersenyum sendiri dibuatnya. Di depan kamar kostnya, ia berhenti
sejenak, membuka pintu, dan mempersilahkanku masuk.
“Tolong
jaga sikap yach. Kamu di kamar orang!” cetusnya tiba-tiba. Aqhu sempat
bingung, tapi melihat senyumnya yang mengambang aqhu jadi mengerti. Aqhu
sadar biasanya tuan rumah ngomong, “Ayo silahkan jangan malu-malu.
Anggap aja kamar sendiri.” Tapi dia malah ngomong sebaliknya. Sebal!
Sambil
dia sibuk sendiri dengan barang-barang dan tas bawaannya, aqhu punya
kesempatan untuk memperhatikan isi ruangan. Kamarnya ditata rapi walau
agak sesak dengan barang-barang elektronik di sekelilingnya. Ada poster
kartun Donald Duck, Batman, dan beberapa poster lainnya. Tapi ada poster
yang membuatku lebih penasaran, “The Funeral of Superman”. Peti mati
Superman yang diusung oleh 6 jagoan, dan diikuti oleh semua
jagoan-jagoan DC Comics di belakangnya. Aqhu cukup terkesima melihat
banyak sekali figure-figure jagoan dalam 1 poster.
“Ambil
dech tuch poster, kalo mau. Tapi harus bugil dulu depanku.” Lagi-lagi
ia membuat pernyataan sumbang dan nakal yang membuat kupingku jadi agak
panas. Kata-katanya memang kurang ajar untuk percakapan pada awal-awal
perkenalan. Aqhu sama sekali tidak tersinggung! Tapi pilihan
kata-katanya membuatku semakin penasaran. Berbeda sekali ketika kami
bercakap-cakap di angkot tadi. Apakah keberanian Indra timbul ketika
aqhu mau menerima ajakannya mampir? Apakah dia tipe pria yang
membutuhkan waktu dan situasi spesial untuk membuka topeng hasrat dan
gairahnya? Ia menyeruak masuk dengan tiba-tiba, sambil kedua tangannya
membawa teh hangat mengepul yang sepertinya nikmat sekali. Aqhu hanya
mencibir mananggapinya dan menghampiri teh hangat yang sudah
diletakkannya di atas meja belajar. Baru beberapa saat aqhu menikmati
minumanku, dia sudah melangkah keluar kamar lagi. Sibuk bener, pikirku
singkat. Atau dia gugup….. Tampaknya ia memang menungguku untuk bergerak
duluan. Ia seperti pria yang berusaha menahan situasi tetap terjaga,
berharap sang wanita memohon untuk dipuaskan. Aqhu mengalihkan pandangan
pada suatu benda yang kukenal sebagai CD tower. Kuhampiri dan dengan
mata berbinar kutelusuri deretan-deretan CD di depanku. Beberapa nama
masih kukenal seperti Boney James, Bob James, David Sanborn, Fourplay,
Earl Klugh, atau George Benson. Tapi Kirk Whalum, Kevin Mahogany, Mark
Whitfield??? siapa tuch? Harus lebih banyak dengar musisi baru nich.
Atau mereka musisi senior? Atau aqhu saja yang kurang wawasan?
Beberapa
saat kemudian, suara hujan kedengaran kembali semakin deras. Suaranya
bertalu-talu menampar genting dan dedaunan. Sesekali suara guntur
menggelegar membahana menemani desiran angin. Aqhu menarik salah satu
album Take 6 dan memainkannya di CD player Pioneer yang teronggok di
sebelah CD tower. Alunan “Biggest Part of Me” memenuhi kamar dan aqhu
kembali menyibukkan diri di depan CD tower seperti semula. Sekejap
terasa hangat sensual kurasakan di sekitar leher dan telinga. Bulu-bulu
halusku menegang menyapa hasratku yang merinding. Aqhu mengatup mataqhu
perlahan dan meresapi gejolak yang melanda tubuhku.
“Liked that, did you?” suara yang kukenal kembali menyapa.
Untuk menjawab pertanyaannya, kukibas-kibaskan tanganku seolah mendinginkan diriku yang terasa terbakar.
“Let it get hot,” katanya lagi.
“It already is.”
Tangannya menggosok punggungku. “Warm, but not hot yet.”
“Butuh seberapa panas nich?” tanyaqhu.
Indra
bergerak perlahan menjauh dan menatap keluar jendela. Aqhu dapat
melihat detak nadinya di tenggorokan, Adam’s apple-nya bergerak sesaat
setiap waktu.
“Bener-bener dingin yea di luar,” katanya. Tapi sepertinya ia tidak membicarakan cuaca.
Aqhu
menghampiri tempat tidurnya yang tertata rapi. Perlahan kubaringkan
tubuhku, dan rasa dingin sejuk merayap di sekujur kulitku.
“Sini.” Ia tampak ragu, kembali kami saling berhadapan, tapi matanya menerawang jauh.
“Take your shirt off.”
Perintah
itu seolah membawanya kembali ke bumi dan perlahan ia duduk di sisi
tempat tidur. Ia menggigit bibir bawahnya, dan kembali lehernya
berdetak.
“Slowly.” Aqhu memberi petunjuk dengan senyum merekah.
“Ya,” jawabnya singkat layaknya pasien yang terhipnotis.
Jari-jarinya
merenggut ujung bawah kaosnya dan melepasnya dengan sigap.
Terpampanglah dada seorang pria dewasa di depanku. Putingnya yang kecil
bulat menegang dengan bertaburkan bulu-bulu halus di sekelilingnya.
Urat-urat kebiruan sedikit menonjol di sepanjang lengan dan tangannya.
Ia memperhatikan mataqhu yang menyapu dadanya. Tiba-tiba lengannya
terangkat dengan tangan terbuka.
“Kenapa,” ujarnya penasaran.
“Gimme those hands.”
Ia merangkak mendekat di atas tempat tidur mendekatiku.
“Mau diapain?” sepertinya dengan pikiran yang berkecamuk.
“Celanaqhu basah.”
Ia tersenyum tertahan. “I hope so.”
“No. no. Aqhu tadi sempat kedudukan bangku yang basah waktu di angkot. Mau bantu aqhu melepaskannya?”
Ia berkata, “Boleh,” tapi sama sekali tak bergerak.
“Want
me to?” Aqhu meraih ujung celanaqhu dan mengangkat pantatku. Ia
meletakkan salah satu tangannya di perutku untuk menahanku. Ia menatap
kakiku, dadaqhu, dan mulutku. Ketika ia menatap mataqhu, matanya kembali
turun ke bawah. “Sudah cukup lama,” katanya muram.
“Dan kamu udach lapar sekali, khan?”
Ia
menarik nafas panjang memenuhi setiap sudut paru-parunya. Badannya
bergetar kembali. Aqhu dapat melihat ketegangan di balik celananya.
Posisinya benar-benar merangsangku seperti gelembung balon yang mau
pecah. Ia menggenggam dengan tangannya sendiri dan meremasnya. Keras.
Menghembuskan nafas dari hidungnya dengan menggigit bibir bawahnya.
Aqhu
mengangkat kembali pantatku dan berusaha melepaskan celana katunku
beserta underwear-nya. Aqhu menunggu usapan tangannya dengan
berdebar-debar. Ketika tangan itu datang, elusannya benar-benar halus.
Kewanitaanku bergejolak menanggapi sensasi yang dibuatnya. Ia menarik
celanaqhu menggantikan kedua tanganku yang sudah meremas sprei tempat
tidur. Aqhu mengangkat kedua kakiku ke atas untuk memudahkannya terlepas
sempurna. Ia melipat celanaqhu rapi dan meletakkan underwear-ku
diatasnya. Tangannya kembali merenggut kedua pahaqhu dan
merenggangkannya.
Wajahnya
diletakkan sedekat mungkin dari kewanitaanku. Ia menghirupnya dalam dan
menutup matanya. Sekarang giliran Indra yang melenguh tertahan.
Tiba-tiba, ia melepas pegangannya di pahaqhu. Ia bangkit dan melepas
celana jeans dan underwear. Kejantanannya mengacung lega di antara kami
berdua, menghadap atap kamar yang gemuruh diterpa hujan. Bilur-bilur
nadi di sekujur batang kemaluannya menambah nuansa tersendiri. Ia
menatapku sesaat dan mengangguk tanpa arti. Tanpa sadar jari jemariku
mulai melepas kancing kemejaqhu dan melempar ke mukanya. Ia tidak kaget,
bahkan menangkap kemejaqhu dengan sigap. Dan ritual melipat pakaiannya
terulang kembali. Aqhu memiringkan tubuhku.
“Would you mind?” sambil membuat lirikan manja.
Ia
menghampiri dan menatapku tajam. Ia membantu melepaskan kaitan bra-ku
dan dengan sedikit gemas aqhu menggaruk punggungnya. Aqhu sudah mulai
tidak sabar. Aqhu tidak memperhatikan lagi kemana perginya bra-ku. Kedua
tangannya mendorong pundakku dan aqhu hanya mengikuti pasrah. Tubuhku
sudah mulai berkeringat dan kewanitaanku sudah semakin melembab.
Dinginnya sprei tempat tidur hanya memberikan kesejukan sementara pada
syaraf-syaraf kulitku yang terombang-ambing kenikmatan duniawi. Ia
kembali menatap dengan mata yang semakin berbinar seolah seorang anak
yang diberi mainan baru tanpa keinginan untuk memegangnya.
Kemudian
badannya berbaring dan kepalanya mengarah pada wajahku. Tapi
perkiraanku ternyata meleset! Untuk beberapa saat ia mencari sesuatu di
atas kepalaqhu. Ketika ia kembali pada posisi duduk, mulutnya sudah
menggigit sebungkus kondom. Aqhu berusaha beranjak bangun dan menatap
antusias apa yang akan terjadi selanjutnya. Jari-jari tangan kirinya
menahan ujung penisnya yang sudah merah mengkilat dan menggulung karet
pengaman itu menutupi seluruh kejantanannya dengan jari-jari tangan
kanannya. Ia berlutut di atas tempat tidur dan jari-jarinya kembali
mengurut penisnya seperti meyakinkan posisi karet yang benar-benar
nyaman. Jujur saja, saat itu kepalaqhu sudah semakin pusing dan
desiran-desiran yang menyelubungi kewanitaanku semakin menjadi-jadi.
Kami melaqhukan foreplay tanpa sentuhan fisik yang berarti!
Ia
menyelinap di antara kedua kakiku. Kedua lututnya yang terlipat menahan
kedua pahaqhu yang merenggang pasrah. I know this man is gonna rock me.
Aqhu menggapai belakang kepalaqhu untuk sesuatu sebagai pegangan.
Sesuatu yang bisa kugunakan sebagai jangkar sehingga aqhu dapat menahan
serangannya nanti. Rongga kewanitaanku melemas terbuka bersiap untuk
menelan sesuatu yang keras dan gemuk di hadapannya. Indra bergerak
sangat perlahan. Ia menatap ke bawah tubuh kami dan terkesima melihat
daerah pertempuran yang berada di bawah kontrolnya.
“Can I?” ia bertanya, suaranya ketat dan tinggi, seperti kejantanannya.
“Terserah!” dengan warna suara yang sudah tidak sabar lagi.
Action!
Ia mendorong keras memasukiku, memenuhi rongga vaginaqhu, mendesakku ke
tempat tidur, dan badanku bergetar keras ketika ia menariknya keluar.
Selalu berulang. Keras. Menuju dalamnya tubuhku, dan kembali. Menyusun
irama kenikmatan menemani rain symphony.
“Rapatkan kakimu,” kataqhu memohon.
Ketika
ia melaqhukannya, bukit kecil pelvisnya menabrak klitorisku.
Sensasional dan menyenangkan. Denyutan orgasmeku semakin nyata,
sayangnya belum cukup.
“I wanna roll over.” Cerita Dewasa Terbaru | Goyangan Nessi yang Super Hot
“Yeah.”
Ia berhenti bergerak di dalamku. Agak menarik mundur. Membiarkan
lututku pergi. Aqhu berusaha berbalik mengelilingi kejantanannya, tanpa
melepaskannya, sehingga tubuhku berada di atasnya sekarang. Ia meremas
pinggulku, seperti pengungkit, ia mulai memompa, mendesak, dan menusuk.
Kedua tanganku meremas dadanya, memilin puting payudaraqhu, dan
menggaruk paha kakinya. Aqhu mengangkat tubuhku sehingga dapat melihat
batang kemaluannya yang masuk-keluar menggesek-gesek bibir vaginaqhu.
Aqhu menggenggam bola-bola kejantanannya dengan tangan kiri, dan
menjepit klitorisku diantara telunjuk dan jari tengah tangan kananku.
Indra
menggeram sekarang, dan tekanan di antara kami berdua membuat udara di
paru-paruku terlepas keluar membentuk desahan dan jeritan tertahan.
Aliran kenikmatan telah menjalar dari tumit sampai ke ubun-ubun
kepalaqhu. Ia menarik keluar penisnya dengan cepat. Vaginaqhu terasa
hampa tanpa arti. Aqhu merendahkan kewanitaanku berusaha menemukan
kembali kejantanannya. Batang kemaluannya terselip di antara bibir-bibir
vaginaqhu, tanpa berusaha untuk menerobos masuk kembali. Kepala
penisnya menemukan titik keras klitorisku lagi dan berulang. Aqhu
menekan jari-jariku untuk menahan batang kemaluannya tetap pada posisi
itu.
“Kayaknya sebentar lagi nich. Aqhu akan meledak sebentar lagi,” kataqhu sambil terengah-engah.
“Bilang aja kalau udah deket,” bisiknya di telingaqhu.
Erangan
kenikmatan sudah tidak bisa kukendalikan lagi. Mulut Indra berusaha
untuk membungkamku, mengurangi keliaranku. Aqhu tidak bisa menahannya
walau sudah berjuang keras. Dan aqhu benar-benar menikmatinya. Ia
mendorong kembali pinggulnya dan memasukiku. Ia membenamkan wajahnya di
leherku. Aqhu dapat merasakan denyut nadi di batang kemaluannya, dan
kekagetanku yang membuatku melayang ketika tangannya meremas payudaraqhu
dan memilin putingku dengan keras. Perlahan kami berusaha menormalkan
kembali pernafasan. Ia membaringkan tubuhku kembali di atas tempat tidur
dan meletakkan tubuhku di sisinya. Ia menciumi dengan lembut leher dan
dadaqhu.
“Thanks,” ucapnya lirih.Cerita Dewasa Terbaru | Goyangan Nessi yang Super Hot
“Lagi…..,” jawabku manja.Cerita Dewasa Terbaru | Goyangan Nessi yang Super Hot
Hari
ini terpaksa makan siangku digabung dengan makan malam. Indra
benar-benar kujadikan pemuas dahagaqhu. Kerinduanku seakan terjawab
ketika berbaring di atas kasur yang basah dan lengket. Aromanya
membuatku mabuk dan lemas. Aqhu pun harus dibantu untuk melangkah keluar
kamar. Selama aqhu di kamar mandi pun, Indra harus mengecek untuk
memastikan bahwa aqhu tidak pingsan akibat staminaqhu yang terkuras
habis. Ketika pulang, ia mengantarku sampai di depan kamar kostku dan
memberikan ciuman kilat di bibirku. Ia menolak dengan tegas undanganku
untuk mampir sebentar menikmati nyamannya kamar kostku. Aqhu mengerti
mendengar alasannya yang harus menyelesaikan tugas kuliah malam ini.
Sebetulnya staminaqhu telah kembali seperti semula. Dan aqhu siap untuk
melaqhukan posisi-posisi bersetubuh lainnya.
Dengan
air hangat, aqhu membersihkan tubuhku dan meresapi kembali kenikmatan
yang tersisa. Semua pikiran dan emosi yang mengarahkanku pada cinta
telah kubuang jauh-jauh. Aqhu tak mau terjebak di antaranya. Biarlah
pangeranku yang nun jauh di sana dapat merasakan getaran hatiku. Semoga
kasihku berkenan datang dalam mimpiku malam ini. Aqhu berjanji takkan
kulepas tubuhmu walau hanya sesosok bayangan. Selamat malam, my
sweetheart. See you in dream. Cerita Dewasa Terbaru | Goyangan Nessi
yang Super Hot
No comments:
Post a Comment