“Kenapa kalian nggak segera daftar supaya cepat ditangani?” kataku sambil memperhatikan tubuh seksi Dian si cewek.
“Bingung
Pak, tapi istri Bapak ambil yang mana? dan berapa lama?” jawab Dian
sambil agak gelisah karena memergoki aku sering lihat buah dada dan
pantatnya yang benar-benar menggiurkan.
“Wah nggak tahu Dik, tapi istriku selalu ambil yang dua jam setengah untuk perawatan,” kataku singkat ke arah Reinald.
“Wah kalau gitu tak tinggal dulu ke kampus dulu ya Dian, nanti tak jemput setelah dua jam,” sergah si Reynald.
“Ya sudah sana biar nggak ditinggal Pak Mahmud, jangan lupa lho jemput 2 jam lagi,” jawab Dian sambil senyum.
Setelah
itu Dian daftar dan menunggu sekitar 10 menit sampai biliknya siap.
Kesempatan itu aku pergunakan untuk minta maaf kepadanya karena suka
mencuri pandang tubuhnya.
“Dik Dian, aku minta maaf ya sudah kurang ajar tadi,” kataku membuka percakapan.
“Nggak apa-apa, saya sudah biasa kok diperlakukan begitu,” jawab Dian.
“Tapi aku nggak biasa, hanya karena memang..” aku coba menahan kalimatku.
“Kenapa Pak, teruskan saja saya nggak marah kok,” cecar Dian serius.
“Baru
kali ini saya melihat orang cantik alami dan berbadan sempurna seperti
Dik Dian, maaf kalau agak terus terang Dik,” kataku.
“Ah.. Bapak pintar memuji,” katanya malu-malu.
“Serius, saya nggak bermaksud kurang ajar tapi memang lho,” aku tersenyum.
“Suka senam dan minum jamu ya?” pujiku terselubung di pertanyaanku.
“Ng.. nggak juga asli kok,” katanya sambil memerah pipinya.
“Selamat
siang, nama saya Anie yang akan jadi assistant Ibu, Mari ke kamar di
belakang Bu!” sapa petugas tersebut sambil mengangguk ke arahku.
Sial,
lagi seru-serunya kok dipotong, batinku. Kemudian Dian permisi dan
mengikuti petugas tersebut ke arah kamar belakang di depan taman,
meninggalkan bayangan pinggul kecil nan padatnya yang bergoyang-goyang
menyiratkan kenikmatan tersembunyi, jakunku jadi makin cepatmengiring,
air liurku membasahi tenggorokan yang tiba-tiba kering.
Sesudah
itu aku pergi untuk refreshing dan makan siang kira-kira satu jam
lebih, aku balik ke klinik perawatan yang kecil nan asri tersebut.
Tetapi tidak lama kemudian datang si Anie menghampiriku dan berkata,
“Pak, Ibu Dian sudah selesai dilulur tinggal bagian pribadi. Ibunya minta supaya Bapak sendiri yang melakukan.”
“Apanya yang harus saya lakukan?” jawabku bingung.
“Eh, itu lho Pak lulur di payudara dan sebelah dalam paha,” jawab Anie malu.
“OK,
tapi nanti saya ditinggal sendirian saja ya,” jawabku sambil meredam
jantungku yang berdetak lebih kencang dari cuma 140 perdetik.
“Baiklah
Pak, tapi setelah itu tolong ditinggal ibunya supaya makin rileks dan
ibunya sudah tahu nanti jam 2 harus bilas sendiri di bak SPA-nya,” kata
Anie sambil mempersilakan aku masuk ke kamar di ujung, di depan taman
yang sejuk dan indah.
Setelah
aku masuk dan mengunci pintu, aku terbelalak ketika kulihat tubuh
telanjang Dian sudah terbungkus lulur berwarna putih dan matanya
tertutup rapat dengan buah “bengkuang”. Nafasku sesak dan hampir
terkejut ketika kusadari bahwa dada dan kemaluannya hanya ditutup handuk
kecilsedangkan tangannya sudah terlentang penuh dengan lulur. Dengan
gemetar aku ambil lulurnya dan mulai membasuh di bagian pinggir
payudaranya, ohh.. kenyal dan membulat penuh ke atas dengan puting kecil
berwarna merah mentah menantang. Aku sangat terangsang, sehingga batang
kemaluanku mulai terasa sakit karena terpaksa membengkak di dalam
kantong CD XXL.
Baca Juga : Perawan Ku Diambil Adiku Sendiri Saat Aku Tidur
Baca Juga : 7 Fakta dan cerita unik tentang Bercinta
“Aaahh.. Rey.. sshhss..” erang si Dian ketika kusap-usap sampai permukaan susunya rata terbungkus lulur kecuali putingnya.
“Sshh.. teruss.. Rey ciumin dong..” Dia menggigit bibirnya sendiri.
Gila,
bagai dapat durian runtuh nih, dalam hati aku berkata. Sambil deg-degan
karena kalau sampai tahu yang menggosok bukan pacarnya, wow.. tidak
kebayang deh akibatnya. Aku cium putingnya sambil memainkan lidahku
melilit-lilit puting merah muda itu, kemudian kugigit manja.
“Aahh.. sshhss.. aku mao keluar Rey.. sshshh gimana nih..” erang Dian.
Segera kugosokkan lulur ke arah paha dalamnya secara perlahan terus sampai mendekati daerah lipatan yang sangat hangat itu.
“Ahh.. sshshs.. Rey.. peting dong.. ada orang nggak.. ss..” lirih Dian.
“Sshh hmm.. kok diam.. please..” rengek Dian.
“Tunggu ya..” jawabku sambil kubuat-buat supaya suaraku sama dengan Reynald.
Aku
cepat-cepat cuci tangan dan melepas celana dan bajuku. Kemudian segera
kujilati lubang kemaluannya sambil mengusap-usap payudaranya, dan mulai
kujilati bibir luar vaginanya.”Ahh.. Rey.. ngapain sshh.. kamu.. di
situ.. sshh,” erang Dian dengan lidah kukait-kait klitorisnya sambil
kutelusuri garis bibir vaginanya. Sambil menggoyangkan pinggulnya
kiri-kanan Dian berkata, “Yess.. di situ.. ahh.. sshs..” katanya ketika
mulai kuhisapdan menjilati klitorisnya. Setelah membesar, aku
tusuk-tusukkan lidahku di liang senggamanya tetapi tak kuduga reaksinya.
“Aahh.. shshshsh mmhh ss.. teruss hhmm,” Dian menggelinjang-gelinjang
sambil memaju-mundurkan pinggulnya, vaginanya seolah-olah merebut
lidahku untuk masuk lebih dalam kerongga nikmat itu, sementara batang
kemaluanku sudah merah padam dari tadi ingin segera menggantikan
lidahku.
“Ahh.. teruuss.. teruuss.. lebih cepaat.. ssh..” gelinjang Dian semakin cepat.
“Shshss.. aku hampiirr.. shshh.. mmyamyam memem.. ss,” suara Dian semakin kacau.
Pantatnya
semakin cepat mengocok lidahku, sehingga ranjang lulur itu bergoyang
kencang danmenimbulkan bunyi, “Kriet.. kreyet.. kreyet.. kreyet..”
Ketika kedutan lubang kemaluannya makin rutin, segera kuhentikan dan
kutarik lidahku, terlihat alis si Dian mengkerut seperti sedang
bertanya-tanya, sementara dadanya masih naik-turun dengan cepat. Tanpa
berpikir lebih jauh tentang apa Dian masih perawan atau sudah pernah,
secepatnya kuposisikan kepala penisku ke lubang hangat dan basah itu.
“Ahh.. sshsh mm..” erang manja si Dian. Memang penisku tidak terlalu
besar, hanya kepalanya agak besar dan melengkung ke atas seperti
terompet tapi panjang lho, hehehe.. ada juga yang dibuat bangga nih.
Badan
Dian jadi seperti kaku seakan menantikan sesuatu. “Rileks sayang..
sebentar kita lanjutkan perasaanmu,” bisikku. Kemudian kudorong perlahan
kepala penisku, dan dahi Dian mengernyit tanda agak sakit atau dia
merasa penisnya agak lain? Setelah kepala penisku masuk, secara bertahap
kudorong batangku agak dalam, kutarik lagi sedikit, sorong lebihdalam,
tarik sedikit, sampai.. “Bluess.. duk..” kiranya sudah mentok kebentur
ujung rahimnya, padahal belum semuanya masuk lho. Terasa di tangan
kiriku kira-kiramasih tiga lebar jariku. tapi efeknya.. “Ssshh.. mmhh..
aahh.. auh!” jerit tertahan Dian. Kurasakan agak banjir di dalam sana
dan jepitan di sepanjang kepala penissampai hampir seluruh batangku itu
makin erat. “Ahh.. ssh shshss..” aku coba konsentrasi karena vagina yang
nikmat dan sangat sempit ini mencoba menarik semua spermaku sehingga
kepala penisku membesar dan berdenyut-denyut menahan kenikmatan yang
nyaris memancar.
Kemudian
aku coba goyang secara perlahan, makin lama makin cepat. Kupraktekkan
rumus ini-itu sambil membuatnya menikmati setiap gesekan penisku serta
mengalihkan pikiranku untuk melupakan nikmatnya lubang kemaluan Dian,
sempitnya vaginanya. Tubuhnya yang sempurna, payudaranya yang ranum dan
perawan yang tertekan dadaku. “Ouch.. sshh.. hemm..” sulit rasanya
menghadapi kenyataan nikmat ini, apalagi setelah puncak kenikmatannya
yang tertunda itu kembali melanda Dian, ini terbukti dengan goyangan
pinggul dan pantatnya berputar dan sekarang maju-mundur, menentang
setiap gerakanku yang semakin cepat tusuk dan tarik.. “Aahh..”
Kuberanikan
mencium bibirnya dan melumatnya, kulilit lidahnya, sekilas Dian
kelihatan ragu, sedetik kemudian dia tidak bisa pungkiri kenikmatan yang
melanda itu, sehingga Dian pun membalas ciumanku dengan ganasnya.
Geregetan, penasaran, kenikmatan, itu yang mungkin ada di pikirannya,
karena siapa yang menindihnya beda, juga yang di dalam vaginanya beda
danpanjang, ganas lagi. Bibirku yang di atasnya ada kumisnya (Reynald
sih culun.. mulus man!).
Setelah
hampir setengah jam kami goyang (kurasa Dian sudah dua kali keluar) dan
akhirnya vaginanya mulai menjepit dan mengurut penisku cepat sekali.
Dengan nafasnya yang memburu dangerakan pinggulnya, “Aaahh.. aku..
tahu.. sshhmm.. kamu bukan Rey.. sshs hh shsh,” Dian mulai meracau tidak
karuan sambil kakinya melingkari pinggangku dan menekan pantatku keras
seakan-akan dia sanggup menelan penis panjangku sehingga kurasa bahwa
setiap kutusuk vaginanya terasa ada benturan dan terus memutar di ujung
dalam kenikmatannya. “Sshshs aasshh.. siapa.. sshh.. kamu.. sshshsh..”
jerit tertahan Dian. Aku pun kelagapan dan kepalang tanggung, aku goyang
dan memaju-mundurkan agak kasar liang vagina sempit ini, “Duk..bluess..
duuk.. bluess..” kulihat pangkal penisku agaknya nyaris semuanya
masuk,”Sssh shh shh.. teruss.. Pak Mike.. sshh,” reka si Dian. “Aku
puas.. sshh hmm.. Pak.. cepat.. sshh,” lanjutnya. “Tubuhmu bagus.. dan
sempurna.. sayang..apa bol..”aku mulai berani berbicara. “Di.. dalam..
saja.. shsh shh mmhh..” Dian memotong sambil menaikkan pinggulnya sambil
menekan pantatku serta membenamkan seluruh penisku seluruhnya.”Aaahh..
ssmmhh hhmm..” kurasakan vaginanya berdenyut-denyut keras membuat suara
becek goyangan kami yang makin keras.
Aku
sudah tidak kuat lagi, ilmuku seakan hilang, kesadaranku melayang.
Kemudian sambil melenguh kutarik punggulnya lengket ke pangkal penisku
dan kujilat serta kugigit putingnya, kulepas semua spermaku,
“Aaahh.. sshh..”
“Crot.. crot.. crot..”
Hampir enam atau delapan kali semprotan maniku melesat ke dalam rahimnya.
“Aaahh ss mm.. hmm.. enak.. hangat..” Dian mengerang-erang, sambil terus menggoyangkan pinggulnya berputar-putar.
Dalam
keheningan nikmat, kubiarkan penisku di dalam vaginanya yang masih
terasa sempit, kucium lembut bibirnya dan Dian pun membalas manja,
kemudian kubuka tutup matanya sambil tersenyum danmembelalakkan matanya
seakan tak percaya kalau aku yang ada di atas tubuhnya serta mengisi
penuh liang vaginanya. Kemudian sambil bersikap marah Dian memeluk
diriku serta menggigit hisap leherku. Wah.. merah nih jadinya.
“Biar
istrimu tahu kalau kamu habis memperkosa aku,” ejeknya sambil senyum.
Kuceritakan kesalahan ini disebabkan si Anie dan aku terpaksa memenuhi
permintaan Dian yang sudah tidak tahan tadi, kami pun tertawa renyah.
Dian mengaku kalau dia hanya sekali berhubungan senggama dengan Reynald,
itupun karena kebablasan waktu peting saat gesek-gesek kemaluan mereka,
tapi punya si Rey kecil sehingga tidak terasa sudah masuk dan merenggut
selaput darahnya. Kami merasakan bahagia bercampur rasa bersalah
terhadap pasangan kami, sehingga kami berjanji untuk merahasiakan
kekeliruan ini.
Tapi
kami melewati perasaan senang dan nikmat bercampur dosa sampai saat
ini. Dian dinikahi si Reynald dan punya anak satu. Aku kangen kamu lho,
bagiku kamu masih sempurna. To be apart of you, and you apart of me. The
only love.. Sayup-sayup terdengar lagu si Bee Gees.
No comments:
Post a Comment